Kapolri Jenderal Pol Sutarman diminta untuk menjadikan momentum tertangkapnya dua oknum anggota kepolisian Indonesia oleh Polis Diraja Malaysia, sebagai teladan untuk lebih intensif melaksanakan pelatihan bagi pegawapemerintah kepolisian yang ada.
Eaknya jadi polisi, bebas tanpa kendala kayak jalan tol saja. Entah kenapa yang pemakai sanggup lolos untuk menjadi pegawapemerintah penegak aturan di Indonesia ini.
Pasalnya, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oknum-oknum pegawapemerintah kepolisian terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, sedikitnya setiap tahun terdapat 200 anggota Polisi Republik Indonesia yang ditindak alasannya yaitu terlibat penyalahgunaan narkoba.
Sebagai langkah maju, kepolisian kata Neta, sudah saatnya melaksanakan tes urine secara terencana terhadap anggotanya. Terutama yang bekerja di unit narkoba. Langkah pengujian sangat dimungkinkan alasannya yaitu Polisi Republik Indonesia mempunyai alat tes urine yang sederhana dan sanggup dikontrol atasan langsung.
“Sebaiknya tes urine dilakukan pada Minggu dan Senin pagi. Sebab pada hari Sabtu dan Minggu malam itulah kerap terjadi penyalahgunaan narkoba di tempat-tempat hiburan malam,” katanya.
Meski mempunyai alat, namun untuk tes urine kata Neta, kepolisian tetap memerlukan keterlibatan forum independen. Agar tidak menyebabkan keraguan masyarakat.
“Tujuannya supaya anggota polri dan institusi Polisi Republik Indonesia terlindungi dari aksi-aksi penyalahgunaan narkoba. Karena makin banyak anggota polri terlibat narkoba, sudah patut diduga jaringan berandal narkoba telah masuk begitu dalam ke kalangan tertentu di kepolisian,” katanya.
Neta menilai, tanpa disadari oleh polri, jaringan berandal narkoba sudah merongrong dan memecundangi institusi kepolisian yang seharusnya higienis dari praktik-praktik penyalahgunaan narkotika.
“Kasus tertangkapnya 2 oknum anggota Polisi Republik Indonesia di Malaysia makin menguatkan indikasi ini. Dengan iming-iming uang dan fasilitas, para berandal narkoba sudah memerdaya anggota Polri. Situasi ini harus dicermati Kapolri,” katanya.
Karena itu Neta menilai penelitian dan penelusuran perlu dilakukan Polisi Republik Indonesia untuk mengetahui sejauh mana anggotanya menjadi budak narkoba. Selain itu, tindakan tegas, berupa pemecatan juga harus dilakukan kepala kepolisian republik indonesia terhadap anggota yang terlibat narkoba.
Menurutnya, tindakan tegas diharapkan supaya ada efek jera. Karena selama ini masih ada perilaku toleransi yang tinggi di kalangan elit polri untuk memaafkan polisi-polisi yang bermasalah. Akibatnya, anggota polri tersebut terus menerus mempermalukan dirinya dan institusinya.
sumber: jpnn.com
Eaknya jadi polisi, bebas tanpa kendala kayak jalan tol saja. Entah kenapa yang pemakai sanggup lolos untuk menjadi pegawapemerintah penegak aturan di Indonesia ini.
Pasalnya, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oknum-oknum pegawapemerintah kepolisian terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, sedikitnya setiap tahun terdapat 200 anggota Polisi Republik Indonesia yang ditindak alasannya yaitu terlibat penyalahgunaan narkoba.
Sebagai langkah maju, kepolisian kata Neta, sudah saatnya melaksanakan tes urine secara terencana terhadap anggotanya. Terutama yang bekerja di unit narkoba. Langkah pengujian sangat dimungkinkan alasannya yaitu Polisi Republik Indonesia mempunyai alat tes urine yang sederhana dan sanggup dikontrol atasan langsung.
“Sebaiknya tes urine dilakukan pada Minggu dan Senin pagi. Sebab pada hari Sabtu dan Minggu malam itulah kerap terjadi penyalahgunaan narkoba di tempat-tempat hiburan malam,” katanya.
Meski mempunyai alat, namun untuk tes urine kata Neta, kepolisian tetap memerlukan keterlibatan forum independen. Agar tidak menyebabkan keraguan masyarakat.
“Tujuannya supaya anggota polri dan institusi Polisi Republik Indonesia terlindungi dari aksi-aksi penyalahgunaan narkoba. Karena makin banyak anggota polri terlibat narkoba, sudah patut diduga jaringan berandal narkoba telah masuk begitu dalam ke kalangan tertentu di kepolisian,” katanya.
Neta menilai, tanpa disadari oleh polri, jaringan berandal narkoba sudah merongrong dan memecundangi institusi kepolisian yang seharusnya higienis dari praktik-praktik penyalahgunaan narkotika.
“Kasus tertangkapnya 2 oknum anggota Polisi Republik Indonesia di Malaysia makin menguatkan indikasi ini. Dengan iming-iming uang dan fasilitas, para berandal narkoba sudah memerdaya anggota Polri. Situasi ini harus dicermati Kapolri,” katanya.
Karena itu Neta menilai penelitian dan penelusuran perlu dilakukan Polisi Republik Indonesia untuk mengetahui sejauh mana anggotanya menjadi budak narkoba. Selain itu, tindakan tegas, berupa pemecatan juga harus dilakukan kepala kepolisian republik indonesia terhadap anggota yang terlibat narkoba.
Menurutnya, tindakan tegas diharapkan supaya ada efek jera. Karena selama ini masih ada perilaku toleransi yang tinggi di kalangan elit polri untuk memaafkan polisi-polisi yang bermasalah. Akibatnya, anggota polri tersebut terus menerus mempermalukan dirinya dan institusinya.
sumber: jpnn.com
0 Komentar untuk "Polisi Tantang Polisi Sampai Tes Urine"