Pada postingan ini, akan memperlihatkan teladan kisah sejarah untuk membantu kiprah Bahasa Indonesia membuat Teks Sejarah.
Kisah Tembok Pembatas di Jerman
Tembok Berlin yang dalam bahasa Jermannya Berliner Mauer, merupakan tembok beton setinggi 4 meter yang memisahkan Kota Berlin pecahan barat dan pecahan timur. Tembok tersebut mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur). Tujuan didirikannya tembok ini untuk melindungi warga Jerman Timur dari elemen-elemen fasis yang sanggup memicu gerakan-gerakan besar, sehingga pemerintah Jerman Timur sanggup membentuk pemerintahan komunis. Setelah didirikannya Tembok Berlin, masyarakat Berlin Timur tidak sanggup pergi ke Berlin Barat, begitu pula sebaliknya.
Setelah kekalahan Jerman pada Perang Dunia 2 di tahun 1945, diadakan Perjanjian Postdam yang berisi pembagian wilayah kependudukan Jerman. Jerman dibagi menjadi 4 wilayah kependudukan, yaitu Amerika Serikat, Britania Raya, dan Perancis menguasai wilayah Jerman pecahan barat, sedangkan Uni Soviet menguasai wilayah Jerman pecahan timur. Berlin, sebagai ibukota Jerman juga dibagi menjadi 4 kekuasaan walaupun berada pada wilayah kekuasaan Uni Soviet.
Selama kurang lebih dua tahun, ada perubahan politik diantara Soviet dan anggota sekutu lainnya. Hal ini terjadi alasannya yaitu Soviet menolak oke untuk rencana rekonstruksi kembali Jerman pasca-perang. Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan negara-negara Beneluks kemudian bertemu untuk menggabungkan kawasan-kawasan non-Soviet menjadi satu daerah untuk direkonstruksi dan menyetujui ekspansi dari Marshall Plan. Marshall Plan yaitu aktivitas ekonomi skala besar pada tahun 1947 - 1951 oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan ekonomi negara - negara di Eropa sesudah Perang Dunia 2 usai.
Sebagian masyarakat Jerman Timur yang tidak menyetujui paham komunis yang dianut oleh pemerintahan Jerman Timur, melarikan diri menuju Jerman Barat memalui Kota Berlin Barat. Pelarian ini menimbulkan merosotnya perekonomian Jerman Timur, sehingga pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht secara belakang layar membangun Tembok Berlin pada tanggal 13 Agustus 1961.
Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F Kennedy pada tahun 1963 tiba dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang populer Ich bin ein Berliner yang artinya “Aku orang Berlin”. Pada tahun 1983, Presiden Amerika Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire yang berarti Kekaisaran yang kejam. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dieksekusi oleh hidup”.
Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar 5.000 orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah orang yang tewas tanggapan mencoba kabur, hingga ketika ini masih menjadi perdebatan. Menurut Alexandra Hildebrandt, Direktur Museum Pos Pemeriksaan Charlie, diperkirakan jumlah orang yang tewas yaitu lebih dari 200 orang. Sebuah kelomok bersejarah di Center for Contemporary Historical Research (ZZF) di Potsdam mengkonfirmasikan bahwa ada 136 jumlah orang tewas. Sebelumnya, yang tercatat resmi yaitu 98 orang yang dibunuh.
Setelah memperbolehkan celah bagi para penduduknya untuk melewati perbatasan ketika demam isu panas, Hungaria jadinya secara efektif menghilangkan pembatas fisik negaranya dengan Austria tanggal 19 Agustus 1989. Di bulan September, lebih dari 13.000 orang Jerman Timur kabur ke Austria melalui Hungaria. Hal ini menimbulkan beberapa rentetan bencana berikutnya. Orang Hungaria mencegah semoga tidak semakin banyak orang Jerman Timur yang menyebrang perbatasan, dan mengembalikan mereka ke Budapest. Orang-orang Jerman Timur ini memenuhi kedutaan Jerman Barat dan menolak untuk kembali ke Jerman Timur.
Pemerintah Jerman Timur menanggapi hal ini dengan menutup semua perjalanan ke Hungaria, tapi masih memperbolehkan mereka yang mau kembali ke Jerman Timur. Pada kesempatan kali ini, otoritas Jerman Timur memperbolehkan mereka untuk pergi, asalkan saja nanti kereta yang mereka pakai melewati Jerman Timur. Maka muncullah demonstrasi besar-besaran di Jerman Timur sendiri. Pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, mengundurkan diri tanggal 18 Oktober 1989 dan digantikan oleh Egon Krenz beberapa hari kemudian. Honecker telah memprediksi bahwa tembok itu masih akan bertahan hingga 50 atau 100 tahun lagi, jikalau kondisi negara itu tidak berubah.
Protes demonstrasi pecah di seluruh Jerman Timur bulan September 1989. Pada awalnya, para demonstran ingin pergi menuju ke barat, sambil meneriakkan Wir wollen raus! (Kami mau pergi!). Tapi kemudian para demonstran mulai berteriak Wir bleiben hier (Kami akan tetap di sini!). Maka, ini yaitu awal dari apa yang disebut orang Jerman Timur sebagai "Revolusi Damai" di simpulan 1989. Para pemrotes semakin besar di awal November. Para demonstran mencapai puncaknya pada tanggal 4 November, ketika hampir setengah juta orang berkumpul di Demonstrasi Alexanderplatz.
Sementara itu, para pengungsi yang meninggalkan Jerman Timur ke Jerman Barat semakin meningkat, dan mereka menemukan jalan gres untuk keluar dari Jerman Timur, yaitu dengan cara melalui Hungaria via Cekoslowakia yang diizinkan oleh pemerintahan Krenz yang gres dengan persetujuan pemerintah komunis Cekoslowakia. Agar keadaan tidak semakin rumit, jadinya politbiro (pembuat kebijakan sentra dan tubuh pelaksana Partai Komunis Uni Soviet) yang dipimpin oleh Krenz memperbolehkan para pengungsi untuk keluar pribadi melalui pintu perbatasan antara Jerman Timur dan Jerman Barat, termasuk Berlin Barat pada tanggal 9 November 1989.
Pada tanggal 9 November 1989 sebagian Tembok Berlin mulai dihancurkan. Orang-orang tiba membawa palu godam dan sejenisnya untuk menghacurkan beberapa pecahan tembok dan juga membuat beberapa lubang perbatasan yang tidak resmi. Orang-orang ini disebut sebagai Mauerspechte atau pelatuk tembok.
Rezim Jerman Timur kembali mengumumkan bahwa mereka akan membuka 10 pintu perbatasan baru, termasuk di beberapa tempat bersejarah ibarat Potsdamer Platz, Glienicker Brücke, dan Bernauer Straße. Massa dari 2 sisi menunggu berjam-jam, bersorak-sorai ketika buldoser menghancurkan tembok ini. Pintu perbatasan gres terus dibuka sepanjang tahun 1990, termasuk di Gerbang Brandenburg tanggal 22 Desember 1989.
Penduduk Jerman Barat dan Berlin Barat diperbolehkan masuk ke Jerman Timur tanpa visa mulai tanggal 23 Desember 1989. Sampai tanggal itu, mereka hanya diperbolehkan masuk dengan aneka macam persyaratan dan diharuskan membuat aplikasi untuk pembuatan visa. Selain itu, mereka diharuskan membayar minimal 25 DEM per harinya. Maka, sesungguhnya pada tanggal 9 November dan 23 Desember ini, penduduk Jerman Timur lebih bebas daripada Jerman Barat. Karena, hampir semua pecahan tembok ini telah diruntuhkan.
Banyaknya penduduk yang menghancurkan pecahan Tembok Berlin pada tanggal 9 November ramai diberitakan di televisi. Berita tersebut membuat banyak orang di luar negeri berpikir bahwa tembok ini akan dihancurkan secepatnya. Sebenarnya, tembok ini tetap dijaga meskipun intensitas penjagaan semakin kecil. Di bulan pertama itu, militer Jerman Timur berusaha untuk memperbaiki kembali tembok yang dihancurkan oleh para "Pelatuk Tembok". Lalu, seiring berjalannya waktu, tindakan ini dihentikan, dan para penjaga semakin toleran dengan agresi penghancuran tembok dan perginya penduduk melalui tembok yang berlubang.
Tanggal 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh militer Jerman Timur, dimulai dari Jalan Bernauer Straße. Penghancuran tembok ini kembali diteruskan sesudah Reunifikasi Jerman hingga jadinya selesai bulan November 1991. Hanya sedikit pecahan tembok dan menara tetap dipertahankan, sebagai tempat memorial. Jatuhnya Tembok Berlin merupakan awal dari Reunifikasi Jerman, yang ditandatangani pada tanggal 3 Oktober 1990.
Setelah kekalahan Jerman pada Perang Dunia 2 di tahun 1945, diadakan Perjanjian Postdam yang berisi pembagian wilayah kependudukan Jerman. Jerman dibagi menjadi 4 wilayah kependudukan, yaitu Amerika Serikat, Britania Raya, dan Perancis menguasai wilayah Jerman pecahan barat, sedangkan Uni Soviet menguasai wilayah Jerman pecahan timur. Berlin, sebagai ibukota Jerman juga dibagi menjadi 4 kekuasaan walaupun berada pada wilayah kekuasaan Uni Soviet.
Selama kurang lebih dua tahun, ada perubahan politik diantara Soviet dan anggota sekutu lainnya. Hal ini terjadi alasannya yaitu Soviet menolak oke untuk rencana rekonstruksi kembali Jerman pasca-perang. Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan negara-negara Beneluks kemudian bertemu untuk menggabungkan kawasan-kawasan non-Soviet menjadi satu daerah untuk direkonstruksi dan menyetujui ekspansi dari Marshall Plan. Marshall Plan yaitu aktivitas ekonomi skala besar pada tahun 1947 - 1951 oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan ekonomi negara - negara di Eropa sesudah Perang Dunia 2 usai.
Sebagian masyarakat Jerman Timur yang tidak menyetujui paham komunis yang dianut oleh pemerintahan Jerman Timur, melarikan diri menuju Jerman Barat memalui Kota Berlin Barat. Pelarian ini menimbulkan merosotnya perekonomian Jerman Timur, sehingga pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht secara belakang layar membangun Tembok Berlin pada tanggal 13 Agustus 1961.
Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F Kennedy pada tahun 1963 tiba dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang populer Ich bin ein Berliner yang artinya “Aku orang Berlin”. Pada tahun 1983, Presiden Amerika Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire yang berarti Kekaisaran yang kejam. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dieksekusi oleh hidup”.
Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar 5.000 orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah orang yang tewas tanggapan mencoba kabur, hingga ketika ini masih menjadi perdebatan. Menurut Alexandra Hildebrandt, Direktur Museum Pos Pemeriksaan Charlie, diperkirakan jumlah orang yang tewas yaitu lebih dari 200 orang. Sebuah kelomok bersejarah di Center for Contemporary Historical Research (ZZF) di Potsdam mengkonfirmasikan bahwa ada 136 jumlah orang tewas. Sebelumnya, yang tercatat resmi yaitu 98 orang yang dibunuh.
Setelah memperbolehkan celah bagi para penduduknya untuk melewati perbatasan ketika demam isu panas, Hungaria jadinya secara efektif menghilangkan pembatas fisik negaranya dengan Austria tanggal 19 Agustus 1989. Di bulan September, lebih dari 13.000 orang Jerman Timur kabur ke Austria melalui Hungaria. Hal ini menimbulkan beberapa rentetan bencana berikutnya. Orang Hungaria mencegah semoga tidak semakin banyak orang Jerman Timur yang menyebrang perbatasan, dan mengembalikan mereka ke Budapest. Orang-orang Jerman Timur ini memenuhi kedutaan Jerman Barat dan menolak untuk kembali ke Jerman Timur.
Pemerintah Jerman Timur menanggapi hal ini dengan menutup semua perjalanan ke Hungaria, tapi masih memperbolehkan mereka yang mau kembali ke Jerman Timur. Pada kesempatan kali ini, otoritas Jerman Timur memperbolehkan mereka untuk pergi, asalkan saja nanti kereta yang mereka pakai melewati Jerman Timur. Maka muncullah demonstrasi besar-besaran di Jerman Timur sendiri. Pemimpin Jerman Timur, Erich Honecker, mengundurkan diri tanggal 18 Oktober 1989 dan digantikan oleh Egon Krenz beberapa hari kemudian. Honecker telah memprediksi bahwa tembok itu masih akan bertahan hingga 50 atau 100 tahun lagi, jikalau kondisi negara itu tidak berubah.
Protes demonstrasi pecah di seluruh Jerman Timur bulan September 1989. Pada awalnya, para demonstran ingin pergi menuju ke barat, sambil meneriakkan Wir wollen raus! (Kami mau pergi!). Tapi kemudian para demonstran mulai berteriak Wir bleiben hier (Kami akan tetap di sini!). Maka, ini yaitu awal dari apa yang disebut orang Jerman Timur sebagai "Revolusi Damai" di simpulan 1989. Para pemrotes semakin besar di awal November. Para demonstran mencapai puncaknya pada tanggal 4 November, ketika hampir setengah juta orang berkumpul di Demonstrasi Alexanderplatz.
Sementara itu, para pengungsi yang meninggalkan Jerman Timur ke Jerman Barat semakin meningkat, dan mereka menemukan jalan gres untuk keluar dari Jerman Timur, yaitu dengan cara melalui Hungaria via Cekoslowakia yang diizinkan oleh pemerintahan Krenz yang gres dengan persetujuan pemerintah komunis Cekoslowakia. Agar keadaan tidak semakin rumit, jadinya politbiro (pembuat kebijakan sentra dan tubuh pelaksana Partai Komunis Uni Soviet) yang dipimpin oleh Krenz memperbolehkan para pengungsi untuk keluar pribadi melalui pintu perbatasan antara Jerman Timur dan Jerman Barat, termasuk Berlin Barat pada tanggal 9 November 1989.
Pada tanggal 9 November 1989 sebagian Tembok Berlin mulai dihancurkan. Orang-orang tiba membawa palu godam dan sejenisnya untuk menghacurkan beberapa pecahan tembok dan juga membuat beberapa lubang perbatasan yang tidak resmi. Orang-orang ini disebut sebagai Mauerspechte atau pelatuk tembok.
Rezim Jerman Timur kembali mengumumkan bahwa mereka akan membuka 10 pintu perbatasan baru, termasuk di beberapa tempat bersejarah ibarat Potsdamer Platz, Glienicker Brücke, dan Bernauer Straße. Massa dari 2 sisi menunggu berjam-jam, bersorak-sorai ketika buldoser menghancurkan tembok ini. Pintu perbatasan gres terus dibuka sepanjang tahun 1990, termasuk di Gerbang Brandenburg tanggal 22 Desember 1989.
Penduduk Jerman Barat dan Berlin Barat diperbolehkan masuk ke Jerman Timur tanpa visa mulai tanggal 23 Desember 1989. Sampai tanggal itu, mereka hanya diperbolehkan masuk dengan aneka macam persyaratan dan diharuskan membuat aplikasi untuk pembuatan visa. Selain itu, mereka diharuskan membayar minimal 25 DEM per harinya. Maka, sesungguhnya pada tanggal 9 November dan 23 Desember ini, penduduk Jerman Timur lebih bebas daripada Jerman Barat. Karena, hampir semua pecahan tembok ini telah diruntuhkan.
Banyaknya penduduk yang menghancurkan pecahan Tembok Berlin pada tanggal 9 November ramai diberitakan di televisi. Berita tersebut membuat banyak orang di luar negeri berpikir bahwa tembok ini akan dihancurkan secepatnya. Sebenarnya, tembok ini tetap dijaga meskipun intensitas penjagaan semakin kecil. Di bulan pertama itu, militer Jerman Timur berusaha untuk memperbaiki kembali tembok yang dihancurkan oleh para "Pelatuk Tembok". Lalu, seiring berjalannya waktu, tindakan ini dihentikan, dan para penjaga semakin toleran dengan agresi penghancuran tembok dan perginya penduduk melalui tembok yang berlubang.
Tanggal 13 Januari 1990, tembok ini resmi dihancurkan oleh militer Jerman Timur, dimulai dari Jalan Bernauer Straße. Penghancuran tembok ini kembali diteruskan sesudah Reunifikasi Jerman hingga jadinya selesai bulan November 1991. Hanya sedikit pecahan tembok dan menara tetap dipertahankan, sebagai tempat memorial. Jatuhnya Tembok Berlin merupakan awal dari Reunifikasi Jerman, yang ditandatangani pada tanggal 3 Oktober 1990.
0 Komentar untuk "Contoh Dongeng Sejarah : Kisah Tembok Pembatas Di Jerman"