Sebatang pohon Petai di Blok Kliwon Desa Cipetir, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat menciptakan geger warga.
Pasalnya, pohon tersebut bisa mengeluarkan gemercik air yang dianggap banyak orang sedang “menangis”. Dari keterangan yang diperoleh Radar Cirebon, insiden itu terjadi semenjak Jumat (28/11) sore. Dari verbal ke mulut, warga mengabarkan ketaknormalan adanya gemercik air yang keluar dari dahan pohon Petai itu. Padahal ketika itu cuaca tidak hujan ataupun mendung. Yang lebih abnormal lagi, air yang dikeluarkan itu wangi melati.
“Betul keluar air dari atas (dahan dan ranting pohon, red). Kaya gerimis hujan saja, meskipun cuaca tidak sedang hujan. Saya coba cium amis airnya, ternyata amis melati, wangi sekali,” tutur Ro’i menyerupai yang dilansir Radar Cirebon (Grup JPNN.com), Minggu (30/11).
Sejak Jumat itu, ribuan warga berduyun-duyun ke lokasi tumbuhnya pohon Petai di Cipetir. Bahkan, jalanan yang terbilang tidak lebar itu pun mendadak macet. Aparat desa dan juga pegawanegeri kepolisian pun turut mengecek kebenaran gosip yang beredar sangat cepat itu. Ramainya lokasi yang tak jauh dari pertigaan menuju Cadas Ngampar itu, berlangsung hingga pukul 11 malam.
Keesokan harinya, Sabtu (29/11), suasana yang sama pun terjadi. Bahkan, kali ini bukan hanya para pengunjung yang ingin melihat, melainkan diramaikan pula oleh para pedagang kaki lima. Namun, pemandangan menyerupai itu tidak berlangsung hingga sore karena hujan gerimis mengguyur tempat Cipetir dan sekitarnya.
Pohon Petai itu bangkit diatas lahan milik Jana (46), warga setempat. Tingginya diperkirakan mencapai 15 meter sedangkan diameter batang pohonnya sekitar 50 cm. Pohon tersebut tumbuh di pinggir jalan desa, kompleks perkebunan hingga dahan dan rantingnya membungkuk ke tubuh jalan desa. Aneka jenis pohon terlihat tumbuh di area perkebunan tersebut, mulai dari pohon bambu hingga pohon jati. Diperkirakan usia pohon Petai “menangis” itu mencapai 20 tahun.
Jarak sekitar 50 meter dari TKP, tampak terdapat tempat pemakaman umum. Sedangkan lokasi pohon Petai hanya berjarak 5 meter saja dari pertigaan jalan menuju Dusun Cadas Ngampar, desa setempat.
Bagi warga sekitar, keluarnya cipratan air dari pohon Petai merupakan keanehan. Sebab jikalau melihat pohon Petai lain, tidak memperlihatkan tanda-tanda serupa. Terlebih air yang dikeluarkannya berbau melati.
Leni (45), warga Cipetir yang kebetulan tengah berada di bawah pohon Petai mengaku gres tahu kejadian abnormal itu semenjak Jumat. Dia merasa kaget ketika banyak orang yang berbondong-bondong ke lokasi. Leni menyaksikan sendiri, jalan desa berhotmik itu lembap terkena cipratan air dari dahan pohon Petai.
“Dari atas tuh kaya gerimis hujan, padahal cuacanya sedang panas. Kan bisa dilihat dibawah, aspal jalannya lembap selingkaran. Sedangkan di tempat lain, aspalnya kering. Pohon Petai lain juga tidak mengeluarkan air menyerupai itu,” turut Leni yang tengah menggendong anaknya, Sabtu (29/11) sore.
Senada Leni, Endang (51) yang juga warga setempat menuturkan hal serupa. Dikatakan, dari dahan dan ranting pohon Petai mengeluarkan cipratan air menyerupai hujan gerimis. Peristiwa ini gres tertangkap lembap Jumat yang hasilnya menyebar ke warga lain. Karena pohon Petai lain tidak mengeluarkan cipratan air serupa.
“Tapi jujur saja, sebenarnya saya sering lewat ke sini. Saya juga mencicipi adanya cipratan air semenjak 3 bulan lalu. Saya juga melihat, aspal jalan lembap meskipun sedang demam isu kemarau. Tapi saya gak bilang-bilang. Mungkin kalau sekarang, ada orang yang melihat itu, pribadi membuatkan informasinya dari verbal ke verbal hingga beredar cepat,” ungkap laki-laki yang berprofesi sebagai penggali sumur itu.
Endang juga mengakui, itu sebuah keanehan. Karena ia tidak menjumpai pohon Petai lain mengeluarkan cipratan air. Terlebih airnya mengeluarkan wangi melati dan pahang. “Iya wangi melati dan terasa pahang,” tandasnya.
Sekarang ini, pohon-pohon Petai sedang mulai berbuah. Namun hal itu tidak dialami oleh pohon Petai “menangis”.
sumber: jpnn.com
Pasalnya, pohon tersebut bisa mengeluarkan gemercik air yang dianggap banyak orang sedang “menangis”. Dari keterangan yang diperoleh Radar Cirebon, insiden itu terjadi semenjak Jumat (28/11) sore. Dari verbal ke mulut, warga mengabarkan ketaknormalan adanya gemercik air yang keluar dari dahan pohon Petai itu. Padahal ketika itu cuaca tidak hujan ataupun mendung. Yang lebih abnormal lagi, air yang dikeluarkan itu wangi melati.
“Betul keluar air dari atas (dahan dan ranting pohon, red). Kaya gerimis hujan saja, meskipun cuaca tidak sedang hujan. Saya coba cium amis airnya, ternyata amis melati, wangi sekali,” tutur Ro’i menyerupai yang dilansir Radar Cirebon (Grup JPNN.com), Minggu (30/11).
Sejak Jumat itu, ribuan warga berduyun-duyun ke lokasi tumbuhnya pohon Petai di Cipetir. Bahkan, jalanan yang terbilang tidak lebar itu pun mendadak macet. Aparat desa dan juga pegawanegeri kepolisian pun turut mengecek kebenaran gosip yang beredar sangat cepat itu. Ramainya lokasi yang tak jauh dari pertigaan menuju Cadas Ngampar itu, berlangsung hingga pukul 11 malam.
Keesokan harinya, Sabtu (29/11), suasana yang sama pun terjadi. Bahkan, kali ini bukan hanya para pengunjung yang ingin melihat, melainkan diramaikan pula oleh para pedagang kaki lima. Namun, pemandangan menyerupai itu tidak berlangsung hingga sore karena hujan gerimis mengguyur tempat Cipetir dan sekitarnya.
Pohon Petai itu bangkit diatas lahan milik Jana (46), warga setempat. Tingginya diperkirakan mencapai 15 meter sedangkan diameter batang pohonnya sekitar 50 cm. Pohon tersebut tumbuh di pinggir jalan desa, kompleks perkebunan hingga dahan dan rantingnya membungkuk ke tubuh jalan desa. Aneka jenis pohon terlihat tumbuh di area perkebunan tersebut, mulai dari pohon bambu hingga pohon jati. Diperkirakan usia pohon Petai “menangis” itu mencapai 20 tahun.
Jarak sekitar 50 meter dari TKP, tampak terdapat tempat pemakaman umum. Sedangkan lokasi pohon Petai hanya berjarak 5 meter saja dari pertigaan jalan menuju Dusun Cadas Ngampar, desa setempat.
Bagi warga sekitar, keluarnya cipratan air dari pohon Petai merupakan keanehan. Sebab jikalau melihat pohon Petai lain, tidak memperlihatkan tanda-tanda serupa. Terlebih air yang dikeluarkannya berbau melati.
Leni (45), warga Cipetir yang kebetulan tengah berada di bawah pohon Petai mengaku gres tahu kejadian abnormal itu semenjak Jumat. Dia merasa kaget ketika banyak orang yang berbondong-bondong ke lokasi. Leni menyaksikan sendiri, jalan desa berhotmik itu lembap terkena cipratan air dari dahan pohon Petai.
“Dari atas tuh kaya gerimis hujan, padahal cuacanya sedang panas. Kan bisa dilihat dibawah, aspal jalannya lembap selingkaran. Sedangkan di tempat lain, aspalnya kering. Pohon Petai lain juga tidak mengeluarkan air menyerupai itu,” turut Leni yang tengah menggendong anaknya, Sabtu (29/11) sore.
Senada Leni, Endang (51) yang juga warga setempat menuturkan hal serupa. Dikatakan, dari dahan dan ranting pohon Petai mengeluarkan cipratan air menyerupai hujan gerimis. Peristiwa ini gres tertangkap lembap Jumat yang hasilnya menyebar ke warga lain. Karena pohon Petai lain tidak mengeluarkan cipratan air serupa.
“Tapi jujur saja, sebenarnya saya sering lewat ke sini. Saya juga mencicipi adanya cipratan air semenjak 3 bulan lalu. Saya juga melihat, aspal jalan lembap meskipun sedang demam isu kemarau. Tapi saya gak bilang-bilang. Mungkin kalau sekarang, ada orang yang melihat itu, pribadi membuatkan informasinya dari verbal ke verbal hingga beredar cepat,” ungkap laki-laki yang berprofesi sebagai penggali sumur itu.
Endang juga mengakui, itu sebuah keanehan. Karena ia tidak menjumpai pohon Petai lain mengeluarkan cipratan air. Terlebih airnya mengeluarkan wangi melati dan pahang. “Iya wangi melati dan terasa pahang,” tandasnya.
Sekarang ini, pohon-pohon Petai sedang mulai berbuah. Namun hal itu tidak dialami oleh pohon Petai “menangis”.
sumber: jpnn.com
0 Komentar untuk "Sebatang Pohon Petai Di Blok Kliwon Desa Cipetir Dapat Menangis"