Manungsa Dhemen Yummy Lan Kapenak, Nanging Kudu Nukoni Kangelan


Judul di atas merupakan goresan pena R Kartawibawa, Tulungagung dalam buku Gagasan Prakara Tindaking Ngaoerip, cetakan Balai Pustaka, 1921 kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih menjadi “Manusia suka hidup nikmat namun mesti dibeli dengan kesulitan”, merupakan ungkapan sederhana yang maknanya sama dengan “Jer Basuki Mawa Beya

Apa yang disampaikan R Kartawibawa tidak muluk-muluk, saya terjemahkan bebas selaku berikut.

Hidup insan pastinya ingin serba enak. Enak yang dimakan, nikmat yang didengar, nikmat yang dirasakan. Imbangan dari nikmat itu kesusahan (Kepenak iku timbangane kangelan). Sebenarnya antara nikmat dan tidak nikmat itu sama saja. Hanya beda dari apa yang kita rasakan saja, batasnya tidak ada. Kalau tidur itu enak, cobalah tidur selama tiga hari tanpa terbangun. Kalau orang tidak pernah tahu apa yang dimaksud tidak enak, darimana ia bisa tahu rasanya enak? Oleh lantaran itu siapa pun yang ingin mencicipi enak, mesti pernah mencicipi tidak nikmat apalagi dahulu. Merasakan beratnya orang mengalami kesulitan.

Enak menurut pertimbangan saya (R Kartawibawa) adalah: Utuhnya badan dari makan cukup dan busana utuh; Badan sehat, bisa menggerakkan badan secara maksimal; Mendengar ucapan-ucapan yang sesuai dengan hatinya (pujian). Enak dan kebanggaan sering membuat pamrih yang merugikan orang lain namun keuntungannya besar. Perlu jadi pegangan lantaran insan kalau tak punya impian ini bisa mengacaukan negara, tidak ada peraturan, tidak ada orang nekad, tidak ada orang mau mencar ilmu dan tidak ada kemajuan.

Catatan saya: Orang suka disanjung ini tidak baik. Dalam hal ini R Kartawibawa menatap dari sudut lain. Adanya orang yang ingin nikmat dan ingin disanjung ini (bukankah kita semua demikian?) merupakan "motivator" untuk mengembangkan daya saing, orang akan berlomba mencar ilmu dan berkarya menciptakan sesuatu yang berharga untuk dirinya, sekaligus memperoleh penghargaan atas prestasinya. Negara mesti mengurus hal ini dengan baik, pastinya dengan aturan-aturan sehingga yang diperoleh merupakan pertumbuhan bukan pertikaian. Pengertian pangalembana disini lebih sempurna diterjemahkan selaku pengukuhan ketimbang pujian. Kita teruskan lagi dengan goresan pena R Kartawibawa yang menerangkan lebih lanjut:

Mengingat kini ini jaman kemajuan, kejarlah hal-hal tersebut: “Enak, kepenak dan pangalembana (pujian)” dengan catatan: “Tidak menyakiti orang lain (jadi sifat empati tetap dipegang. Baca juga Tepa selira dan Ngono ya ngono ning aja ngono).

Orang yang suka memperoleh apresiasi bagaimanapun akan berkembang keberaniannya dan membulatkan tekad. Gunung tinggi yang belum pernah dirambah insan akan ia daki. Berani bertarung dengan musuh yang sudah tenar tanpa tanding. Belajar ilmu yang sulit-sulit. Mengambil risiko yang menantang bahaya. Tujuannya ingin diakui prestasinya

Orang ingin punya anak pandai, maka ia tidak segan-segan untuk menyekolahkan anaknya (untuk ukuran kini barangkali menyekolahkan anak ke luar negeri, ke sekolah favorit, mengikutkan anak ke pendidikan perhiasan di luar sekolah yang kini bertebaran dimana-mana). Orang ingin dihormati kemudian mencari fasilitas biar menjadi “priyayi”. Orang ingin punya duit banyak, makan kenyang dan berpakaian baik kemudian berdagang, mendirikan pabrik, biar memperoleh laba banyak. Ingin anak cucunya berbahagia kemudian bersusah payah siang malam biar mendapatkan laba banyak, sebagian uangnya ditabung untuk kebutuhan keturunannya. Orang ingin santai di rumah dengan tenteram kemudian banting tulang biar bisa membangun rumah bagus lengkap dengan perabotnya. Orang yang ingin kelihatan lebih ganteng atau lebih bagus kemudian berhias. Demikian pula orang yang ingin setelah mati masuk sorga akan mengembangkan amal dan ibadahnya.

Demikianlah apa yang disampaikan R Kartawibawa. Berangkatnya memang dari motivasi insan yang ingin nikmat dan diakui. Tetapi seluruhnya mesti diperoleh lewat tidak nikmat atau kesusahan lebih dahulu. Manungsa dhemen nikmat lan kapenak, nanging kudu nukoni kangelan. Tidak ada dalam kamus kalimat “Thenguk-thenguk nemu kethuk”. Penjelasan sederhana dari “Jer Basuki Mawa Beya” (IwMM)

Related : Manungsa Dhemen Yummy Lan Kapenak, Nanging Kudu Nukoni Kangelan

0 Komentar untuk "Manungsa Dhemen Yummy Lan Kapenak, Nanging Kudu Nukoni Kangelan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)