Bodoh menyerupai kerbau. Sungguh malang nian nasib kerbau, dijadikan sebutan untuk orang tolol. Bagi yang telah agak tua, mungkin masih ingat lirik lagu “kodhok ngorek” yang sederhana dengan solmisasi sederhana pula: sol mi mi mi, sol mi mi mi, sol la sol fa mi re, sol re re re, sol re re re, sol la sol mi re do. Intinya yang pinter itu dokter yang bodo itu kebo.
Kodhok ngorek kodhok ngorek, ngorek pinggir kali, theyot teblung theyot teblung theyot theyot teblung. Bocah pinter bocah pinter besuk dadi dokter, bocah bodho bocah bodho besuk kaya kebo.
Jaman dahulu memang bawah umur Sekolah Menengan Atas yang pandai, banyak diterima di Fakultas Kedokteran (sombong sedikit: tergolong saya). Orang renta dahulu pun apabila ngudang (bahasa Indonesianya saya tidak tahu) dan menggadang-gadang (mengharapkan) anak atau cucunya, banyak yang “sekolah sing pinter suk gedhe ben dadi dokter”.
KERBAU: DULU UNTUK NAMA ORANG
Kembali ke kerbau pada jaman dahulu sebelum yang dulu, kira-kira jaman Kerajaan Singasari dan Majapahit, justru menggunakan nama binatang, misalnya Gajah Mada, Mahisa Anabrang, tergolong Kebo Ijo merupakan kehormatan. Kebo Ijo merupakan tertuduh pembunuh Tunggul Ametung atas nalar Ken Arok dengan meminjamkan Keris Empu Gandring supaya dibawa-bawa dahulu oleh Kebo Ijo sebelum dipakai Ken Arok untuk membunuh, dan balasannya Kebo Ijo mati dibunuh Ken Arok. Orang akan bilang Kebo ijo ini “Stupid”, kok mau-maunya dipinjami keris.
KERBAU: BODOH KARENA PENURUT?
Kerbau memang hewan yang amat penurut. Dalam bahasa Indonesia ada peribahasa “seperti kerbau dicucuk hidung” artinya merupakan orang yang amat penurut, mungkin sebab saking bodohnya. Dipukuli pun kerbau tak pernah protes, selain itu pemeliharaannya juga amat mudah: Kandang seadanya, sajian cukup rumput dan dedaunan lokal. Untuk relaksasi kerbau tidak perlu macam-macam. Asal sanggup berendam di air atau lumpur yang telah ditawarkan alam dengan gratis, masuk sangkar telah tenteram dan esok perjuangan lagi.
KERBAU DIAJARI MEMBACA
Adalah suatu ceritera ngayawara, seorang petani punya anak yang menyibukkan diajar membaca. Saking pegalnya beliau masuk sangkar kerbau dan menjajal mengajari kerbaunya membaca. Walau dipukuli si kerbau cuma sanggup menguak, bukan membaca. Pak petani kembali masuk rumah kemudian bilang pada anaknya:”kamu ndeso plonga-plongo kayak kerbau”. Bu petani yang lebih akil menjawab: “Hanya kerbau beranak kerbau, pak”.
Beruntunglah anak buah jaman kini sebab telah nyaris tidak pernah lagi ada boss menghujat dengan menggunakan kata kerbau. Mungkin telah lupa apabila ada hewan namanya kerbau sebab di kota tidak ada kerbau. Kerbau telah termarginalkan makin ke perifer. Mungkin juga kerbau telah terhapus dari alam sadarnya, masuk alam bawah sadar.
EPILOG:
Saya tetap bersimpati pada kerbau. Bolehlah bodoh, namun kerbau merupakan pekerja keras, tuntutannya tidak banyak dan loyalitasnya sanggup diandalkan. Kerbau juga siap menyerahkan kepalanya untuk tumbal pembangunan gedung atau jembatan. Bahkan kerbau bule (albino) mempunyai kedudukan tinggi diantara kerbau-kerbau lainnya. (IwMM)
Dilanjutkan ke Kebo (2): Kebo Nusu Gudel
0 Komentar untuk "Kebo (1): Bodho Kaya Kebo"