Supervisi Akademik Kepala Sekolah

 

Tugas Pokok Kepala Sekolah

1. Manajerial   

a. Merencanakan Program Sekolah
b. Mengelola Standar Nasional Pendidikan:

  1. Melaksanakan pengelolaan Standar Kompetensi Lulusan
  2. Melaksanakan pengelolaan Standar Isi
  3. Melaksanakan pengelolaan Standar Proses
  4. Melaksanakan pengelolaan Standar Penilaian
  5. Melaksanakan pengelolaan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
  6. Melaksanakan pengelolaan Standar Sarana dan Prasarana
  7. Melaksanakan pengelolaan Standar Pengelolaan
  8. Melaksanakan pengelolaan Standar Pembiayaan

c. Melaksanakan Pengawasan dan Evaluasi
d. Melaksanakan kepemimpinan sekolah
e. Mengelola Sistem Informasi Manajemen Sekolah.

2. Pengembangan Kewirausahaan

a. Merencanakan acara pengembangan kewirausahaan
b. Melaksanakan acara pengembangan kewirausahaan:
  1. Program Pengembangan Jiwa Kewirausahaan (inovasi, kerja keras, pantang menyerah, dan motivasi untuk sukses)
  2. Melaksanakan acara pengembangan jiwa kewirausahaan
  3. Melaksanakan pengembangan acara unit produksi
  4. Melaksanakan acara pemagangan.
c. Melaksanakan Evaluasi Program Pengembangan Kewirausahaan

3. Supervisi terhadap Guru dan Tenaga Kependidikan

  1. Merencanakan acara supervisi guru dan tenaga kependidikan
  2. Melaksanakan supervisi guru
  3. Melaksanakan supervisi terhadap tenaga kependidikan
  4. Menindaklanjuti hasil supervisi terhadap Guru dalam rangka kenaikan profesionalisme Guru
  5. Melaksanakan Evaluasi Supervisi Guru dan Tenaga Kependidikan
  6. Merencanakan dan menindaklanjuti hasil penilaian dan pelaporan pelaksanaan kiprah supervisi terhadap Guru dan tenaga kependidikan

Konsep Supervisi Akademik

Salah satu kiprah kepala sekolah/madrasah merupakan menjalankan supervisi akademik. Untuk menjalankan supervisi akademik secara efektif diperlukan keahlian konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007). Oleh lantaran itu,  setiap kepala sekolah/madrasah mesti mempunyai dan menguasai rancangan supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain merupakan selaku berikut.

  1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan kemajuan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan.
  2. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
  3. Membimbing guru dalam memutuskan dan memakai strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang sanggup meningkatkan banyak sekali potensi siswa.
  4. Membimbing guru dalam menjalankan kegiatan pembelajaran/ panduan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk meningkatkan potensi siswa.
  5. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, meningkatkan dan memakai media pendidikan dan kepraktisan pembelajaran.
  6. Memotivasi guru untuk mempergunakan teknologi pemberitahuan untuk pembelajaran.

Kompetensi supervisi akademik pada dasarnya merupakan membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik merupakan guru dalam menjalankan proses pembelajaran, yang berisikan materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, penyeleksian strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi pemberitahuan dalam pembelajaran, menganggap proses dan hasil pembelajaran serta observasi tindakan kelas. Oleh lantaran itu, materi ini dikehendaki sanggup menyediakan pengetahuan terhadap Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: 

  1. memahami rancangan supervisi akademik, 
  2. membuat planning acara supervisi akademik, 
  3. menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, 
  4. menerapkan supervisi klinis, dan 
  5. melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik

Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan menolong guru meningkatkan kemampuannya mengorganisir proses pembelajaran untuk meraih tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al. 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengorganisir pembelajaran. Sergiovanni (1987) memastikan bahwa refleksi gampang penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik merupakan menyaksikan keadaan konkret kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang bahwasanya terjadi di dalam kelas?, apa yang bahwasanya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan acara di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang sudah dilakukan oleh guru dalam meraih tujuan akademik?, apa keistimewaan dan kehabisan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. 

Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh pemberitahuan mengenai kesanggupan guru dalam mengorganisir pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa sehabis menjalankan penilaian kinerja memiliki arti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan mesti dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pengerjaan acara supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik

  1. membantu guru meningkatkan kompetensinya,
  2. mengembangkan kurikulum,
  3. mengembangkan kalangan kerja guru, dan membimbing observasi tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al. 2007, Sergiovanni, 1987)

Prinsip-prinsip Supervisi Akademik
  1. Praktis, artinya gampang dilakukan sesuai keadaan sekolah.
  2. Sistematis, artinya dikembangan sesuai penyusunan rencana acara supervisi yang masak dan tujuan pembelajaran.
  3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
  4. Realistis, artinya menurut kenyataan sebenarnya.
  5. Antisipatif, artinya bisa menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
  6. Konstruktif, artinya meningkatkan kreativitas dan penemuan guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.
  7. Kooperatif, artinya ada kolaborasi yang bagus antara supervisor dan guru dalam meningkatkan pembelajaran.
  8. Kekeluargaan, artinya memikirkan saling asah, asih, dan asuh dalam meningkatkan pembelajaran.
  9. Demokratis, artinya supervisor dihentikan mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
  10. Aktif, artinya guru dan supervisor mesti aktif berpartisipasi.
  11. Humanis, artinya bisa bikin hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan sarat humor.
  12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara terencana dan berkesinambungan oleh Kepala sekolah).
  13.  Terpadu, artinya menyatu dengan dengan acara pendidikan.
  14. Komprehensif, artinya menyanggupi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).
Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi merupakan alat yang digunakan oleh supervisor untuk meraih tujuan
supervisi itu sendiri yang pada balasannya sanggup menjalankan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan suasana dan kondisi. Menurut Gwyn (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 23), teknik-teknik supervisi akademik termasuk dua macam, yaitu: perorangan dan kelompok. 

Teknik supervisi perorangan merupakan pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini cuma berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui mutu pembelajarannya. Teknik supervisi perorangan ada lima macam yakni kunjungan kelas, pengamatan kelas, konferensi individual, kunjungan antar kelas, dan menganggap diri sendiri. Berikut uraian ke-5 macam teknik supervisi individual.

1) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk memperhatikan proses pembelajaran di kelas. Tujuannya merupakan untuk menolong guru dalam menangani urusan di dalam kelas.
Cara menjalankan kunjungan kelas:
  1. dengan atau tanpa pemberitahuan apalagi dulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
  2. atas usul guru bersangkutan,
  3. sudah mempunyai instrumen atau catatan-catatan, dan
  4. tujuan kunjungan mesti jelas.

Ada empat tahap dalam menjalankan kunjungan kelas.
  1. Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor mempersiapkan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
  2. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor memperhatikan jalannya proses pembelajaran berlangsung.
  3. Tahap simpulan kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bareng guru mengadakanperjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
  4. Tahap terakhir merupakan tahap tindak lanjut.

Dalam menjalankan kunjungan kelas, digunakan enam persyaratan yaitu:
  1. memiliki tujuan-tujuan tertentu;
  2. mengungkapkan aspek-aspek yang sanggup memperbaiki kesanggupan guru;
  3. menggunakan instrumen pengamatan untuk mendapat data yang obyektif;
  4. terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menyebabkan sikap saling pengertian;
  5. pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan
  6. pelaksanaannya disertai dengan acara tindak lanjut.

2) Observasi kelas
Observasi kelas merupakan memperhatikan proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya merupakan untuk mendapatkan data objektif aspek-aspek suasana pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam perjuangan memperbaiki proses pembelajaran.

Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a. usaha-usaha dan acara guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b. cara memakai media pengajaran
c. kombinasi metode,
d. ketepatan penggunaan media dengan materi
e. ketepatan penggunaan sistem dengan materi, dan
f. reaksi mental para siswa dalam proses berguru mengajar.

Pelaksanaan pengamatan kelas ini lewat tahap:
a. persiapan,
b. pelaksanaan,
c. penutupan,
d. penilaian hasil observasi; dan
e. tindak lanjut.

Supervisor dalam pengamatan kelas sudah siap dengan instrumen observasi, menguasai urusan dan tujuan supervisi, serta pengamatan tidak mengusik proses pembelajaran.

3) Pertemuan Individual
Pertemuan perorangan merupakan satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar anggapan antara supervisor guru. Tujuannya adalah:
  1. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru lewat pemecahan kesusahan yang dihadapi;
  2. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
  3. memperbaiki segala kehabisan dan kehabisan pada diri guru; dan
  4. menghilangkan atau menyingkir dari segala prasangka.
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis konferensi (percakapan) individual
sebagai berikut:
  1. classroom-conference, yakni percakapan perorangan yang dilaksanakan di dalam kelas saat murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat);
  2. office-conference, yakni percakapan perorangan yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang sanggup digunakan untuk menyediakan klarifikasi pada guru;
  3. causal-conference, yakni percakapan perorangan yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan berjumpa dengan guru;
  4. observational visitation, yakni percakapan perorangan yang dilaksanakan sehabis supervisor menjalankan kunjungan kelas atau pengamatan kelas.

Pada pelaksanaan konferensi individual, supervisor mesti berupaya meningkatkan segi-segi positif guru, mendorong guru menangani kesulitan-kesulitannya, menyediakan pengarahan, dan menjalankan kontrak terhadap hal-hal yang masih meragukan.

4) Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas merupakan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya merupakan untuk menyebarkan pengalaman dalam pembelajaran.

Cara-cara menjalankan kunjungan antar kelas:
  1. harus direncanakan;
  2. guru-guru yang hendak dikunjungi mesti diseleksi;
  3. tentukan guru-guru yang hendak mengunjungi;
  4. sediakan segala kepraktisan yang diperlukan;
  5. supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat;
  6. adakah tindak lanjut sehabis kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan sumbangan tugas-tugas tertentu;
  7. segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
  8. menyesuaikan pada suasana dan keadaan yang dihadapi;
  9. adakan perjanjian-perjanjian untuk menyelenggarakan kunjungan antar kelas berikutnya.

5) Menilai diri sendiri
Menilai diri merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.

Cara-cara menganggap diri sendiri diuraikan selaku berikut.
  1. Suatu daftar persepsi atau usulan yang disampaikan terhadap murid-murid untuk menganggap pekerjaan atau sebuah aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
  2. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
  3. Mencatat acara murid-murid dalam sebuah catatan, baik mereka melakukan pekerjaan secara individu maupun secara kelompok.
Teknik supervisi kalangan merupakan satu cara menjalankan acara supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, mempunyai urusan atau keperluan atau kelemahan-kelemahan yang serupa dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian terhadap mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau keperluan yang mereka hadapi, ada tiga belas teknik supervisi kalangan yaitu: kepanitiaan-kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan
kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi,
diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, buletin supervisi, konferensi guru, lokakarya atau konferensi kelompok.

Untuk tentukan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat, seorang kepala sekolah mesti mengenali faktor atau bidang keahlian yang hendak dibina dan karakteristik setiap teknik di atas serta sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina lewat supervisi akademik.

Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (Kementerian Pendidikan Nasional, 2007:43) menyarankan mudah-mudahan kepala sekolah memikirkan enam faktor kepribadian guru, yakni keperluan guru, minat guru, talenta guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatik guru (aktivitas fisik).

Pendekatan Supervisi Akademik

Pendekatan berasal dari kata approach merupakan cara mendekatkan diri terhadap objek atau langkah-langkah menuju objek. Dalam hal ini pendekatan supervisi akademik merupakan strategi untuk menjalankan kegiatan supervisi akademik. Sudjana (2004) membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yakni pendekatan eksklusif (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama sanggup disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan memakai perantara, seumpama lewat surat menyurat, media massa, media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga pendekatan kolaboratif, yakni pendekatan yang memadukan kedua pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham: 2007). Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan
supervisi terbaru didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, bahwasanya juga sungguh bergantung terhadap prototipe orang yang disupervisi.

Menurut Piet A. Sahertian (2000:44-52), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu:
  1. Pendekatan eksklusif (direktif), yakni cara pendekatan terhadap urusan yang bersifat langsung. Kepala sekolah menyediakan isyarat eksklusif terhadap pendidik. Sudah tentu pengaruh sikap kepala sekolah lebih dominan.
  2. Pendekatan tidak eksklusif (non-direktif), yakni cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku kepala sekolah dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah.
  3. Pendekatan kolaboratif, yakni cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik kepala sekolah maupun guru sepakat untuk tentukan struktur, proses dan persyaratan dalam melaksanakan proses percakapan terhadap urusan yang dihadapi guru. Perilaku kepala sekolah merupakan menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan bernegosiasi.

Selain 3 pendekatan supervisi akademik tersebut, terdapat 3 pendekatan lain dalam
supervisi akademik (Achecon, Keith A, at al, 1997 dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2023: 78) adalah:
  1. Scientific, didasarkan atas data (hasil pengamatan dan pencatatan yang teliti, objektif dan valid) untuk selanjutnya diambil langkah perbaikan yang diperlukan.
  2. Artistic, dilakukan secara tidak eksklusif pada problem (to the point) tetapi kepala sekolah memakai seni tertentu. Pendekatan artistik menganjurkan mudah-mudahan kepala sekolah turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pengajaran yang dilakukan oleh guru. 
  3. Clinic, didasarkan atas diagnosis kehabisan (kelemahan/penyakit) untuk langkah perbaikan selanjutnya
Langkah-langkah pendekatan artistik, yaitu:
  1. Ketika hendak berangkat ke lapangan, kepala sekolah dihentikan mempunyai pretensi apa pun mengenai pengajaran yang hendak diamati.
  2. Melakukan pengamatan terhadap guru dengan cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang.
  3. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal, sehabis pengajaran selesai.
  4. Menyusun hasil interpretasi dalam bentuk narasi.
  5. Menyampaikan hasil interpretasi yang sudah dinarasikan terhadap guru.
  6. Menerima umpan balik dari guru terhadap pengamatan yang sudah dilakukan.
Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik Terhadap Guru
Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti mudah-mudahan menyediakan efek yang konkret bagi peningkatkan profesionalisme guru. Dampak konkret ini dikehendaki sanggup dicicipi penduduk maupun stakeholders. Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan dan penghargaan diberikan terhadap guru yang sudah menyanggupi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan terhadap guru yang belum menyanggupi standar dan guru diberi peluang untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
1. Pembinaan     
Kegiatan pembinaan sanggup berupa pembinaan eksklusif dan tidak langsung.

1.a. Pembinaan Langsung
Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan secepatnya dari hasil analisis supervisi.

1.b. Pembinaan Tidak Langsung
Pembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya lazim yang perlu perbaikan dan perhatian sehabis mendapatkan hasil analisis supervisi.
Beberapa cara yang sanggup dilakukan kepala sekolah/madrasah dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran merupakan selaku berikut:
  1. Menggunakan secara efektif isyarat bagi guru dan materi pembantu guru lainnya.
  2. Menggunakan buku teks secara efektif.
  3. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang sanggup mereka pelajari selama pembinaan profesional/inservice training.
  4. Mengembangkan teknik pembelajaran yang sudah mereka miliki.
  5. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel).
  6. Merespon keperluan dan kesanggupan perorangan siswa.
  7. Menggunakan lingkungan sekitar selaku alat bantu pembelajaran.
  8. Mengelompokan siswa secara lebih efektif.
  9. Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama.
  10. Berkooperasi dengan guru lain mudah-mudahan lebih berhasil.
  11. Mengikutsertakan penduduk dalam mengorganisir kelas.
  12. Meraih moral dan motivasi mereka sendiri.
  13. Memperkenalkan teknik pembelajaran terbaru untuk penemuan dan kreatifitas layanan pembelajaran.
  14. Membantu menunjukan siswa dalam meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan urusan dan pengambilan keputusan.
  15. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
1.2. Pemantapan Instrumen Supervisi
Kegiatan memantapkan instrumen supervisi sanggup dilakukan dengan cara diskusi kalangan oleh para supervisor mengenai instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi non akademik. Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi seumpama berikut.
1.Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:
(1) Silabus.
(2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(3) Program Tahunan.
(4) Program Semesteran.
(5) Pelaksanaan proses pembelajaran.
(6) Penilaian hasil pembelajaran.
(7) Pengawasan proses pembelajaran.

Cara-cara menjalankan tindak lanjut hasil supervisi akademik selaku berikut.
  1. Mengkaji rangkuman hasil penilaian.
  2. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai, maka semestinya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keahlian dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.
  3. Apabila ternyata memang maksudnya belum tercapai maka mulailah mendesain kembali acara supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
  4. Membuat planning agresi supervisi akademik berikutnya.
  5. Mengimplementasikan planning agresi tersebut pada masa berikutnya.

Semoga Bermanfaat

Bacaan Lainnya:

Aplikasi Raport Projek Profil Pancasila





Aplikasi Nilai Sekolah Penggerak (baca)

Aplikasi Raport Sekolah Penggerak (baca)

Aplikasi Supervisi Tendik (klik tautan)

Aplikasi Penilaian Diri Kinerja Kepala Madrasah

  Aplikasi Raport Kurikulum 2013 MTs Versi 08.2023 

Selanjutnya Baca disini 

Apk Penetapan Angka Kredit Tahunan PK Guru SMP/MTs (PK Guru 360 Derajat)

Silahkan Baca Selanjutnya

Aplikasi Penetapan Angka Kredit Tahunan PK Guru SD 
(PK Guru 360 Derajat)

Silahkan Baca Selanjutnya 
Semoga Bermanfaat.

Related : Supervisi Akademik Kepala Sekolah

0 Komentar untuk "Supervisi Akademik Kepala Sekolah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)