Kisah Orang Buta Dan Orang Lumpuh

Syahdan, disebuah negeri hiduplah dua insan cacat, yang satu picak alias buta dan satunya lagi lumpuh. Sipicak memiliki banyak problema untuk menyanggupi keinginan hidupnya, khususnya dikala hendak pergi ke mana-mana. Memang ia memegang tongkat selaku alat bantunya untuk beraktivitas. Namun, tongkat tetap tidak bermata, sehingga si buta masih sering terjerambab akhir terantuk bebatuan dihadapannya. Dus, babak bundas alias lecet-lecet di sekujur tubuh merupakan insiden sungguh biasa bagi si buta. Bahkan terakhir kali ia terjungkir ke kali akhir kurang hati-hati. Untung saja, ada orang melihatnya, sehingga sanggup bersegera membantu dirinya. Peristiwa itu menghasilkan si picak depresi berat setengah mati, akhir dirinya hampir mati di kali.

Alhasil, si picak itu balasannya senantiasa dibayangi rasa gamang dan ngeri setiap kali hendak pergi ke wilayah yang ia kehendaki . Ia merasa seolah diri selaku orang termalang di dunia ini. “Duh gusti…, alangkah sengsara menjadi orang buta. Andai saya punya mata, mungkin hidup ini senang alasannya merupakan bisa pergi ke mana-mana dengan leluasa,” begitu pikirnya.

Lain halnya dengan si lumpuh. Karena kaki tak berfungsi, ia tak bisa beranjak ke maa-mana, kecuali cuma duduk thingak-thinguk (menoleh ke kanan ke kiri), menyaksikan kemudian lalang orang dihadapannya. Dengan derma tangan sering kali ia ngingsut alias ngesot (bergeser dari tempatnya), tetapi jarak tempuhnya tak lebih dari beberapa meter saja. Sebab nafas si lumpuh secepatnya ngos-ngosan kecapean dan tangannya pegal tak ketulungan.

Alhasil, kendati si limpuh memiliki mata, tetapi dunianya cuma sebatas di kiri kanannya. Setiap kali memandang wira-wiri, lalu-lalangnya insan di sekitarnya ia senantiasa menggerutu di hati, merasa seakan menjadi langsung termalang di wajah bumi. “Duhai Ilahi….,malang nian nasib diri si lumpuh ini. Andai saya bisa jalan, tentu saya bisa pergi ke mana yang saya inginkan,”demikian rintih hatinya.

Suatu hari, si picak menyelusuri jalan untuk berbelanja makan. Tak beberapa usang berjalan, si picak terantuk watu jalanan, Ahh.., si picak jatuh, terguling, kemudian tubuhnya babak bundas luka-luka lagi. Si lumpuh yang duduk tak jauh dari wilayah terjadinya insiden itu secepatnya ngosot mendekati si picak, menolongya dengan tangan, mengusap, membersihkan cuilan tubuh si buta yang kotor kena debu.
“Terima kasih sobat, sampeyan baik budi,” kata si buta, “Inilah nasib insan tak bermata
“Jangan sedih sobat. Meski buta, sampeyan tetap lebih mujur dibanding saya,” kata si lumpuh.
“Lho, kok bisa begitu?” impal si picak dalam nada tanya.
“Lha iya. Saya bisa memandang, tetapi tak bisa jalan seumpama sampeyan,”jawab si lumpuh. “Sampeyan masih bisa jalan ke mana-mana, sedangkan saya seumur-umur cuma mbregegek diam di sana-sini saja,” lanjut si lumpuh.

“Saya memang bisa ke mana-mana, tetapi semua tetap tak ada beda. Antara siang dan malam, antara gelap dan terang, antara putih dan hitam, saya tak bisa membedakan. Di mana pun dan kapan pun tak ada beda bagi saya. Waktu dan tem,pat tak membedakan kehidupan saya,” timpal si picak.
“Tapi menurutkku, sampeyan tetap lebih mujur daibanding aku,” tukas si lumpuh.
“Lho, kok bisa?” mengajukan pertanyaan si buta lagi.
“Lha iya. Sampeyan buta, tak bisa menyaksikan apa-apa, oleh karenanya tak pernah disiksa oleh rasa ingin tau ingin menyaksikan segala sesuatu yang berbeda, ditempat berbeda, dan di waktu berbeda,” si lumpu menjelaska.”Sementara saya, mata bisa menyaksikan pagi dan petang, membedakan aneka warna dan keindahan, yamg semua itu member dorongan pada naluri saya untuk menyaksikan segala yang baru. Hajat itu tak terpenuhi, alasannya merupakan saya tak bisa berlangsung ke sana ke mari. Hati ini sering dongkol, murka tak terperi. Oleh alasannya merupakan itu, sampeyan yang buta tetap lebih mujur disbanding saya.” Kata si lumpuh nerocos memberi dalil argumentasi.

“Tapi dengan punya mata sampeyan tak pernah babak bundas seumpama saya, alasan si buta tidak ingin kalah.

Keduanya lantas diam. Mereka merenung, bertepekur, dengan segenap beban asumsi yang berkecamuk di benak. Banyak hal mengganjal dan membuncah di dalam dada, tetapi tak semua bisa mereka ekspresikan dalam kata-kata, kecuali cuma dengan lelehan air mata. Sesekali, nafas mereka terlihat begitu berat menampilkan betapa kegalauan menjejali asumsi mereka. Mata si lumpuh menerawang ke depan. Sedangkan si buta thingak-thinguk berupaya mempertajam daya dengarnya, untuk sanggup menangkap segala insiden di sekelilingnya. Suasana menjadi hening, sunyi, diam, beku.

“Beginilah hidup,” kata si picak memecah keheningan, “wang-sinawang.”
“Apa?” Tanya si lumpuh menimpali selaku tanda tak memahami.
“Kita sering memandang orang lain lebih beruntung, lebih nikmat dibanding diri kita,” terperinci si picak.
“yaaaah…., sampeyan betul, timpal si lumpuh.
“Padahal setiap orang memiliki problema sendiri-sendiri,” lanjut si picak.
“Sampeyan betul lagi,” timpal si lumpuh.
“Padahal setiap orang tentu punya kekurangan, sekaligus punya kelebihan,” sambung si picak.
“Itu juga betul,” sambut si lumpuh.

Kembali keduanya diam membisu, situasi menjadi tenang beku. Tiba-tiba, “Nah…., kenapa tak koordinasi untuk mengakali kesusahan kita?” si picak da si lumpuh bicara dengan kata-kata sama dan dalam waktu yang hampir sama. Ternyata kebisuan sudah menimbulkan inspirasi yang serupa di antara keduanya.
“Saling tolong mempergunakan keunggulan yang ada untuk memperbaiki mutu hidup kita,” kata si lumpuh.
,“Saling bantu mengurangi halangan hidup akhir kelemahan alias cacatnya tubuh kita.,” sambung si picak meleengkapi.
“Saya akur dengan asumsi sampeyan,” sambut si lumpuh dengan senyum.
“Saya pun setuju dengan asumsi sampeyan,” timpal si picak.
“Caranya…?” mereka saling Tanya, hampir serrempak pula.
“Sampeyan buta, tetapi bisa jalan,” kata si lumpuh.
“Sampeyan lumpuh, tetapi bisa melihat,” kata si buta.
“Jadi…,, pandangan saya bisa dimanfaatkan selaku penuntun sampeyan, sebaliknya kaki sampeyanbermanfaat bagi saya yang lumpuh tak bisa jalan,” kata si lumpuh.

Setelah keduanya setuju bulat, si buta secepatnya menggendong si lumpuh, lantas mulai melangkahkan kaki.. Sedangka si lumpuh yang nangkrig di gendongan si buta, memberi arahan “Kanan-kiri.” Dengan cara itu si lumpuh sanggup pergi ke mana-mana di atas gendongan si buta, sedagkan si buta tinggal melangkah dengan kepercayaan diri di bawah bimbingan “Kanan-kiri” si lumpuh tadi. Si buta dan si lumpuh akhirya sanggup pergi ke mana-mana melalui koordinasi ini.

Mutiara Hikmah:
Di dunia ini tak ada insan sempurna, dan setiap insan tentu punya keunggulan dan kekurangan. Adalah tidak bijak memandang kelemahan kehabisan pada diri selaku suatu bencana, terlebih menilai diri selaku orang termalang di dunia. Setiap kelemahan tentu sanggup dituntaskan dengan keunggulan yang kita mililki, terlebih jikalau koordinasi dengan orang lain, menggabungkan keunggulan untuk meraih perkembangan dan kesejahteraaan bersama.

Sumber :D hurorudin Mashad (Catatan Linda Yandriani)

Baca Artikel lainnya:
Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka Sekolah Menengah Pertama Tahun 2023
Aplikasi Raport ini sanggup mempermudah kiprah Guru dalam mengolah nilai dan hasil menimba ilmu pada kurikulum Merdeka.
Aplikasi menurut Panduan Penilaian Kurikulum Merdeka untuk Sekolah Menengah Pertama Revisi Juni 2023 dan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2023. Aplikasi support pada Ms Excel 2007 dan Ms Excel 2010 (lebih baik). Aplikasi diformat dengan ekstensi *.exe (Application).
Aplikasi ini dilengkapi dengan: 1. Input Aspek Pengetahuan dengan 8 Kompetensi Dasar 2. Input Aspek Ketrampilan dengan 8 Kompetsni Dasar 3.  Jurnal KI-1 dan KI-2.

Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka MI Revisi Tahun 2023
Aplikasi Raport ini sanggup mempermudah kiprah Guru dalam mengolah nilai dan hasil menimba ilmu pada kurikulum Merdeka.
Aplikasi menurut Panduan Penilaian Kurikulum Merdeka untuk SD Revisi Desember 2023 dan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2023. Aplikasi support pada Ms  Excel 2010. Aplikasi diformat dengan ekstensi *.exe (Application).Aplikasi ini dilengkapi dengan: 1. Input Aspek Pengetahuan dengan 9 Kompetensi Dasar 2. Input Aspek Ketrampilan dengan 9 Kompetsni Dasar 3.  Jurnal KI-1 dan KI-2. 
Kemudahan Aplikasi
Guru cuma input Data Siswa dan Nilai Siswa. Kompetensi Dasar (KD) sudah terintegrasi dalam aplikasi. Deskripsi capaian otomatis muncul, demikian juga deskripsi perilaku spiritual dan perilaku sosial.

Aplikasi Rapor Kurikulum Merdeka SD Tahun 2023
Aplikasi Raport ini sanggup mempermudah kiprah Guru dalam mengolah nilai dan hasil menimba ilmu pada kurikulum Merdeka.
Aplikasi menurut Panduan Penilaian Kurikulum Merdeka untuk SD Revisi Aplikasi ini dilengkapi dengan: 1. Input Aspek Pengetahuan dengan 9 Kompetensi Dasar 2. Input Aspek Ketrampilan dengan 9 Kompetsni Dasar 3.  Jurnal KI-1 dan KI-2. 
Kemudahan Aplikasi
Guru cuma input Data Siswa dan Nilai Siswa. Kompetensi Dasar (KD) sudah terintegrasi dalam aplikasi. Deskripsi capaian otomatis muncul, demikian juga deskripsi perilaku spiritual dan perilaku sosial.

Output Aplikasi
1. Nilai-Predikat, Deskripsi setiap mapel 
2. Raport UTS  
3. Raport Semester   
4. Daftar Kumpulan Nilai (DKN) per siswa  
5. Daya Serap mapel/kelas  6. Buku Induk Lengkap. 
Semoga Bermanfaat.

Related : Kisah Orang Buta Dan Orang Lumpuh

0 Komentar untuk "Kisah Orang Buta Dan Orang Lumpuh"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)