Dilihat dari segi teknis yang dimaksud dengan kebuntingan bekerjsama dimulai semenjak ketika sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin jantan didalam susukan alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian ampula.
Sedangkan Frandson (1992) menyampaikan bahwa kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor binatang betina. Satu periode kebuntingan yakni periode dari mulai terjadinya fertilisasi hingga terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi sehabis 11 hingga 15 jam dari inseminasi/perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 hingga 15 hari sehabis terakhir menstruasi.
Pertumbuhan mahluk gres hasil fertilisasi atau pembuahan antara ovum dengan spermatozoa, sanggup dibedakan tiga tahap/periode yaitu :
1) periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi hingga implantasi.
2) Periode embrio yaitu periode dari ketika terjadinya implantasi hingga ketika dimulainya pem bentukan alat- alat badan cuilan dalam.
3) Periode fetus yaitu periode terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat-alat badan cuilan dalam dan extremitas (anggota tubuh) hingga terjadi kelahiran.
Pengetahuan wacana apakah ternak yang dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak yakni sangat penting. Ada beberapa cara untuk membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak.
Berbagai cara yang sanggup dilakukan yakni :
1) Ternak tidak mengalami berahi lagi
Sebagai indikasi kebuntingan yang cukup sederhana dan efektif yakni bahwa sehabis 45 hari sehabis perkawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga melesetnya lantaran ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini sanggup disebabkan lantaran dalam ovariumnya terdapat corpus luteum yang persisten.
2) Perubahan kontur abdomen.
Pada ternak yang bunting maka akan terjadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen).
3) Pemeriksaan sanggup juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaitu dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ-organ reproduksi tertentu. Untuk ini diperlukan seorang yang jago dan
terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkembangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur-struktur yang terkait pada binatang betina.
4) Sinar X Diagnose kebuntingan dengan memakai sinar X kurang
begitu efektif dan bermanfaat.
Sinar X akan efektif apabila dipakai untuk menetapkan kebuntingan sehabis tulang-tulang fetus telah mengalami kalsifikasi.
5) Ultra bunyi (ultra sound).
Ultra sound sanggup dipakai untuk mendeteksi kebuntingan pada banyak sekali jenis ternak ibarat sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 hingga 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan.
6) Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonadotropin dalam serum darah maka sanggup di pastikan bahwa ternak tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu
bunting.
Metode investigasi kebuntingan pada banyak sekali jenis ternak tertera pada
Tabel 6
Sedangkan Frandson (1992) menyampaikan bahwa kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor binatang betina. Satu periode kebuntingan yakni periode dari mulai terjadinya fertilisasi hingga terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi sehabis 11 hingga 15 jam dari inseminasi/perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 hingga 15 hari sehabis terakhir menstruasi.
Pertumbuhan mahluk gres hasil fertilisasi atau pembuahan antara ovum dengan spermatozoa, sanggup dibedakan tiga tahap/periode yaitu :
1) periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi hingga implantasi.
2) Periode embrio yaitu periode dari ketika terjadinya implantasi hingga ketika dimulainya pem bentukan alat- alat badan cuilan dalam.
3) Periode fetus yaitu periode terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat-alat badan cuilan dalam dan extremitas (anggota tubuh) hingga terjadi kelahiran.
Pengetahuan wacana apakah ternak yang dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak yakni sangat penting. Ada beberapa cara untuk membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak.
Berbagai cara yang sanggup dilakukan yakni :
1) Ternak tidak mengalami berahi lagi
Sebagai indikasi kebuntingan yang cukup sederhana dan efektif yakni bahwa sehabis 45 hari sehabis perkawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga melesetnya lantaran ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini sanggup disebabkan lantaran dalam ovariumnya terdapat corpus luteum yang persisten.
2) Perubahan kontur abdomen.
Pada ternak yang bunting maka akan terjadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen).
3) Pemeriksaan sanggup juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaitu dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ-organ reproduksi tertentu. Untuk ini diperlukan seorang yang jago dan
terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkembangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur-struktur yang terkait pada binatang betina.
4) Sinar X Diagnose kebuntingan dengan memakai sinar X kurang
begitu efektif dan bermanfaat.
Sinar X akan efektif apabila dipakai untuk menetapkan kebuntingan sehabis tulang-tulang fetus telah mengalami kalsifikasi.
5) Ultra bunyi (ultra sound).
Ultra sound sanggup dipakai untuk mendeteksi kebuntingan pada banyak sekali jenis ternak ibarat sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 hingga 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan.
6) Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonadotropin dalam serum darah maka sanggup di pastikan bahwa ternak tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu
bunting.
Metode investigasi kebuntingan pada banyak sekali jenis ternak tertera pada
Tabel 6
Tabel 6. Metode Pemeriksaan Kebuntingan
pada Berbagai Jenis Ternak
pada Berbagai Jenis Ternak
Sumber : Partodihardjo, 1980 |
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam alatkelamin betina pada ketika kebuntingan :
1) Perubahan pada Uterus
Pada ternak yang mengalami kebuntingan maka akan terjadi perubahan-perubahan pada uterusnya, ibarat :
a) Terjadi vaskularisasi pada endometrium.
b) Terbentuknya lebih banyak kelenjar endo metrium.
c) Myometrium menjadi damai yaitu tidak mengalami kontraksi lagi.
d) Setelah terjadi implan tasi, penyaluran masakan dari induk ke anak lebih lancar. Ada korelasi yang lebih bersahabat dari trophoblast dengan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
e) Terjadi pertukaran zatmakanan dari induk keanak dan zatbuangan dari anak keinduk. Hal ini terjadi semenjak terjadinya implantasi yang juga disertai oleh terbentuknya anyaman pembuluh darah.
Pada saat kebuntinganjuga terjadi pembesaran volume uterus. Dimana pada ketika permulaan kebuntingan sebagian besar disebabkan oleh pertambahan cairan amnion danallantois, tetapi pada pertengahan kebuntingan maka pertambahan volume cairan menjadi hampir sama dengan per komplemen volume uterus dan pada selesai kebuntingan maka sebagian besar merupakan volume vetus.
1) Perubahan pada Uterus
Pada ternak yang mengalami kebuntingan maka akan terjadi perubahan-perubahan pada uterusnya, ibarat :
a) Terjadi vaskularisasi pada endometrium.
b) Terbentuknya lebih banyak kelenjar endo metrium.
c) Myometrium menjadi damai yaitu tidak mengalami kontraksi lagi.
d) Setelah terjadi implan tasi, penyaluran masakan dari induk ke anak lebih lancar. Ada korelasi yang lebih bersahabat dari trophoblast dengan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
e) Terjadi pertukaran zatmakanan dari induk keanak dan zatbuangan dari anak keinduk. Hal ini terjadi semenjak terjadinya implantasi yang juga disertai oleh terbentuknya anyaman pembuluh darah.
Pada saat kebuntinganjuga terjadi pembesaran volume uterus. Dimana pada ketika permulaan kebuntingan sebagian besar disebabkan oleh pertambahan cairan amnion danallantois, tetapi pada pertengahan kebuntingan maka pertambahan volume cairan menjadi hampir sama dengan per komplemen volume uterus dan pada selesai kebuntingan maka sebagian besar merupakan volume vetus.
2) Perubahan pada Ovarium
Perubahan-perubahan pada ovarium yakni :
a) Folikel de graaf yang telah kosong (setelah terjadi ovulasi) akan membentuk suatu kawah dan diisi oleh darah yang cepat membeku dan disebut corpus hemorrhagikum.
b) Corpus hemorrhagikumakan terbentuk sel-sel gres yang berwarna kuning yang disebut sel luteum.
c) Sel-sel luteum makin usang makin banyak dan kesudahannya mengisi penuh ruangan tersebut dan diberi nama korpus luteum.
d) Selama kehamilan corpus luteumtetap ada dan berfungsi terus selama masa kehamilan.
e) Apabila tidak terjadi kebuntingan maka corpus luteumakan dinon aktifkan oleh prostalgandin dan mengalami degenerasi dan bermetamorfosis jaringan ikat yang berwarna putih mengkilat yang disebut corpus albican.
Perubahan-perubahan pada ovarium yakni :
a) Folikel de graaf yang telah kosong (setelah terjadi ovulasi) akan membentuk suatu kawah dan diisi oleh darah yang cepat membeku dan disebut corpus hemorrhagikum.
b) Corpus hemorrhagikumakan terbentuk sel-sel gres yang berwarna kuning yang disebut sel luteum.
c) Sel-sel luteum makin usang makin banyak dan kesudahannya mengisi penuh ruangan tersebut dan diberi nama korpus luteum.
d) Selama kehamilan corpus luteumtetap ada dan berfungsi terus selama masa kehamilan.
e) Apabila tidak terjadi kebuntingan maka corpus luteumakan dinon aktifkan oleh prostalgandin dan mengalami degenerasi dan bermetamorfosis jaringan ikat yang berwarna putih mengkilat yang disebut corpus albican.
3) Perubahan Servix
Setelah terjadi fertilisasi maka kripta- kripta serviks akan menghasilkan lendir yang kental dimana semakin bau tanah kehamilannya maka semakin kental lendir yang dihasilkan. Fungsi lendir ini yakni untuk menyumbat lumen servix.
Setelah terjadi fertilisasi maka kripta- kripta serviks akan menghasilkan lendir yang kental dimana semakin bau tanah kehamilannya maka semakin kental lendir yang dihasilkan. Fungsi lendir ini yakni untuk menyumbat lumen servix.
4) Perubahan Vulva dan Vagina
Pada ketika kebuntingan maka tidak terjadi perubahan pada alat kelamin vulva maupun vagina tetapi sehabis terjadi kebuntingan 6 hingga 7 bulan (pada sapi) maka akan terjadi eidema/membengkak. Periode kebuntingan tiap ternak bervariasi antara spesies satu dengan species lainnya. Demikian juga antara individu satu dengan individu lainnya. Sebagai teladan :
a) rata-rata periode kebuntingan pada kuda yakni 336 hari atau ± 11bulan.
b) rata-rata periode kebuntingan pada sapi yakni 282 hari atau ± 9 bulan.
Pada ketika kebuntingan maka tidak terjadi perubahan pada alat kelamin vulva maupun vagina tetapi sehabis terjadi kebuntingan 6 hingga 7 bulan (pada sapi) maka akan terjadi eidema/membengkak. Periode kebuntingan tiap ternak bervariasi antara spesies satu dengan species lainnya. Demikian juga antara individu satu dengan individu lainnya. Sebagai teladan :
a) rata-rata periode kebuntingan pada kuda yakni 336 hari atau ± 11bulan.
b) rata-rata periode kebuntingan pada sapi yakni 282 hari atau ± 9 bulan.
0 Komentar untuk "Kebuntingan Pada Hewan"