Motivasi Dan Pembelajaran

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berpangkal pada kata motif  yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motif sanggup dikatakan sebagai daya aktivis dari dalam dan di dalam subjek untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif sanggup diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi sanggup diartikan sebagai daya aktivis yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008: 73).

Baca Juga: PP Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Guru

Menurut Mc. Donald sebagaimana ditulis kembali oleh Sardiman (2008: 73-74) “motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan jawaban terhdap adanya tujuan”. Dari pengertian tersebut, motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu; (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan perubahan energi pada setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) afeksi seseorang, (3) Motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dari pendapat di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi yaitu keseluruhan daya aktivis baik dari dalam diri maupun dari luar dengan membuat serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memperlihatkan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu sanggup tercapai.

B.Teori wacana Motivasi

Teori wacana motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut andal ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya (Sardiman, 2008: 80-81).

Dalam hal ini ada beberapa teori motivasi yang selalu bergayut pada soal kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis; menyerupai lapar, haus, istirahat, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa kondusif (security); bebas dari takut dan cemas.
3. Kebutuhan akan Cinta dan Kasih; rasa diterima dalam masyarakat atau golongan.
4. Kebutuhan untuk aktualisasi diri; membuatkan bakat.

Bila seorang guru ingin siswanya mencar ilmu dengan baik, maka harus dipenuhi seluruh kebutuhannya. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihi, tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, goncang harga dirinya, tentu tidak akan sanggup mencar ilmu dengan baik.

Selain teori diatas, ada teori-teori lain wacana motivasi yang perlu diketahui (Sardiman, 2008: 80-84), yaitu:
  1. Teori insting; Menurut teori ini tindakan setiap diri insan diasumsikan menyerupai tingkah jenis binatang. Tindakan insan itu dikatakan selalu berkait dengan instinf atau pembawaan. Dalam memperlihatkan respons terhadap adanya kebutuhan seperti tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini yaitu Mc. Dougall.
  2. Teori fisiologis; Teori ini juga disebutnya “Behavior Theoris” berdasarkan teori ini semua tindakan insan itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, menyerupai kebutuhan wacana makanan, minuman, udara dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kebutuhan badan seseorang. Dari teori inilah muncul usaha hidup, usaha untuk mempertahankan hidup, struggel for survival.
  3. Teori Psikoanalitik; Teori ini menyerupai dengan teori insting, namun lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa tindakan insan lantaran adanya unsur pribadi insan yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini yaitu Freud.

C. Prinsip Motivasi Belajar


Prinsip-prinsip motivasi mencar ilmu perlu dipedomani guru. Sebab, dengan memedomani prinsip-prinsip motivasi belajar, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajarn yang motivasional. Suatu pembelajaran yang menggairahkan siswa untuk belajar, yang membuat siswa tidak tertekan ketika mencar ilmu dan menjadikan siswa butuh dengan acara mencar ilmu (Ali Imron, 2011: 145).

Aktivitas mencar ilmu bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan terlepas dari factor lain. Aktivitas mencar ilmu merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu motivasi yang kuat. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip motivasi dalam mencar ilmu tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterapkan dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip motivasi dalam mencar ilmu (Sumiati & Asra, 2008: 237), yaitu:
  1. Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna lantaran sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka motivasi mencar ilmu siswa akan meningkat.
  2. Pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang telah dikuasai siswa sanggup dijadikan landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan selanjutnya.
  3. Motivasi mencar ilmu siswa akan meningkat kalau guru bisa menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditiru.
  4. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melaksanakan tugas.
  5. Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa.
  6. Dapat membuatkan kemampuan mencar ilmu siswa menyerupai berfikir logis, sistematis, induktif, atau deduktif.

Sedangkan Ramayulis (2005: 120) mengemukakan beberapa prinsip motivasi dalam pembelajaran, diantaranya yaitu:
  1. Kebermaknaan; Peserta didik akan tertarik mencar ilmu kalau materi yang dipelajari mempunyai kegunaan atau penting bagi dirinya. Contoh, pendidik sanggup memperlihatkan argumen wacana perlunya penerima didik menjauhi zina dengan membuat pola akhir orang yang melaksanakan zina.
  2. Pengetahuan dan keterampilan prasyarat; Peserta didik akan sanggup mencar ilmu dengan baik kalau ia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Contoh, penerima didik akan tertarik mempelajarai tayamum kalau sebelumnya ia telah mempunyai pengetahuan wacana wudlu.
  3. Model; Peserta didik membutuhkan model untuk ditiru (uswah). Ia akan menguasai keterampilan gres dengan baik kalau guru memperlihatkan keteladanan yang baik untuk ditiru.
  4. Komunikasi terbuka; Adanya komunikasi yang terbuka antara guru dan penerima didik. Kondisi pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa yang membuat penerima didik merasa nyaman.
  5. Penilaian tugas; Pemberian kiprah terlalu sering akan membuat penerima didik lelah. Sebaliknya, pinjaman kiprah yang terlalu usang akan membuat penerima didik tidak merasa dinilai hasil belajarnya. Sehingga kiprah yang baik ialah yang tidak terlalu cepat dan terlalu usang rentang waktunya.
  6. Mengembangkan bermacam-macam kemampuan; Sekolah perlu menyediakan aneka macam pengalaman mencar ilmu yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan aneka macam kecerdasan yang berbeda sanggup terlayani secara optimal. Hal ini yang perlukan yaitu layanan unggul, bukan sekolah unggul.
  7. Melibatkan sebanyak mungkin indera; Peserta didik akan mencar ilmu secara optimal kalau dalam belajarnya dimungkinkan memakai sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.

D. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melaksanakan kegiatan mencar ilmu sehingga tujuan pembelajarn tercapai (Munadi, 2008: 47).
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi sanggup memilih baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan ulet berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, ulet membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak hirau tak acuh, gampang putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran jadinya banyak mengalami kesulitan mencar ilmu (Ahmadi, 2004: 83).

Selain itu, berdasarkan E. Mulyasa (2013: 158) motivasi merupakan salah satu faktor yang turut memilih keefektifan bealajar lantaran motivasi menimbulkan adanya tingkah laris kearah tujuan tertentu. Oleh lantaran itu, motivasi merupakan suatu penggalan yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran. Para penerima didik akan mencar ilmu dengan sungguh-sungguh apabila mempunyai motivasi yang tinggi dan mereka akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin selalu terlibat dalam suatu kiprah atau kegiatan.

Semakin besar lengan berkuasa motivasi yang mendorong untuk mencar ilmu semakin tinggi hasil mencar ilmu yang mungkin untuk dicapai. Semakin penting arti suatu acara bagi pemecahan kebutuhan tertentu semakin keras usaha yang dilakukan. Dan pendapat tersebut, maka untuk mencar ilmu dengan baik dibutuhkan motivasi. Makin sempurna motivasi yang kita berikan kemungkinan makin berhasil belajarnya.
Belajar sangat memerlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of  learning. Hasil mencar ilmu akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin sempurna motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pelajaran itu. Sehingga motivasi ini memengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2008: 85), yaitu:
  1. Mendorong insan untuk berbuat, jadi sebagai aktivis atau motor yang melepaskan energi. Penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
  3. Menyeleksi perbuatan, yakni memilih perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang harmonis guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong dan aktivis insan dalam berbuat, penentu perbuatan, dan sanggup menyeleksi perbuatan manusia. Adanya motivasi dalam diri insan selama proses mencar ilmu mengajar yaitu penting untuk mencapai tingkat keberhasilan belajarnya. Adanya intensitas motivasi dalam diri siswa, akan sangat memilih pencapaian prestasi mencar ilmu siswa. Untuk itu guru harus sanggup memperlihatkan dan menumbuhkan motivasi mencar ilmu siswa seoptimal mungkin melalui keterampilan-keterampilan mengajar yang dikuasai dan dimilikinya.

E. Macam-macam Motivasi

Motivasi dibagi menjadi dua macam (Sardiman, 2008: 89-90), yaitu:

1. Motivasi Instrinsik
Yakni motif-motif menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, lantaran dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Sebagai pola seseorang yang bahagia membaca, maka tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Jika dilihat dari tujuan belajar, maka motivasi instrinsik ini yaitu ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan mencar ilmu itu sendiri. Sebagai pola konkrit, seorang siswa itu melaksanakan belajar, lantaran betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan biar sanggup berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak lantaran tujuan yang lainnya. Instrinsic motivation are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes.

Motivasi Instrinsik contohnya ialah siswa yang belajar, lantaran memang ia ingin mendapat pengetahuan, nilai ataupun keterampilan biar sanggup mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik sanggup juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya acara mencar ilmu dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan acara belajarnya.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif lantaran adanya rangsangan dari luar. Sebagi pola seseorang itu mencar ilmu lantaran keesokan harinya akan ujian dengan impian mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh gurunya, orang tuanya, atau temannya. Kaprikornus mencar ilmu bukan lantaran ingin mengetahui sesuatu, tapi lantaran nilai atau hadiah.
Misalnya, seseorang mencar ilmu lantaran tahu besok akan ada ulangan dengan impian mendapat nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin mencar ilmu untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan mencar ilmu bukan untuk mendapat pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapat nilai baik, kebanggaan ataupun hadiah dari orang lain. Ia mencar ilmu lantaran takut eksekusi dari guru atau orang tua. Waktu mencar ilmu yang tidak terang dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi pola bahwa seseorang mencar ilmu lantaran adanya motivasi ekstrinsik.

F. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah


Di dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi sangat dibutuhkan baik instrinsik maupun ekstrinsik. Dengan motivasi, pelajar sanggup membuatkan acara dan inisiatif, sanggup mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Donal O. Hebb dalam Munadi (2008: 47) menjelaskan bahwa guru sanggup memotivasi siswanya dengan dua cara yakni arousal dan expectancy, pertama ia menyebutnya arousal yaitu suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive siswanya. Sedangkan yang kedua expectancy yaitu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu impian yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu.

Secara lebih rinci, bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalm kegiatan belajar-mengajar disekolah (Sardiman, 2008: 92-95), diantaranya ialah: (1) Memberi angka (nilai), (2) Hadiah, (3) Saingan/kompetisi, (4) Ego-Envolvement, (5) Memberi ulangan/ujian, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui.

Di samping bentuk-bentuk motivasi yang sudah dijelaskan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam-macam motivasi itu sanggup dikembangkan dan diarahkan untuk sanggup melahirkan hasil mencar ilmu yang bermakna.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Asri, Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
E. MulyasA. 2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Munadhi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama islam. Jakarta: Kalam Mulia
Sardiman. 2008. Interaksi dam Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
 

Related : Motivasi Dan Pembelajaran

0 Komentar untuk "Motivasi Dan Pembelajaran"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)