Lima siswa SMPN 4, Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, terpaksa berada di rumah ketika teman-temannya mencar ilmu di sekolah, Jumat (11/10). Mereka dipulangkan pihak sekolah dan harus menjalani skors dua pekan alasannya ialah mengendarai motor ke sekolah.
Masa skors sampai dua ahad itu dikeluhkan orang bau tanah siswa. Mereka menilai hukuman tersebut keterlaluan. "Terlalu panjang. Apalagi, pihak sekolah tidak memperlihatkan kiprah untuk dikerjakan siswa di rumah. Padahal, anak aku gres kali ini membawa motor ke sekolah. Seharusnya ditegur dulu," kata Ti, 40, salah seorang wali murid, kemarin.
Dia juga menilai ada yang tidak biasa dalam surat skors yang diterima anaknya. Tidak ada tanda tangan kepala sekolah (Kasek) di sana. "Saya konfirmasikan sebelumnya. Yang tanda tangan hanya guru BP. Saat aku tanya alasan masa skorsnya yang usang sekali, mereka bilang, 'Itu urusan Ibu.' Kalau hukuman yang diberikan mendidik, kami tentu tidak berkeberatan. Ini dirumahkan dua pekan tanpa penugasan," ungkapnya.
Kepala SMPN 4 Tambang Syahrul SPd MPd dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Monaliza Herly ketika dikonfirmasi tidak membantah bahwa pihaknya menjatuhkan skors dua ahad kepada siswa yang membawa motor ke sekolah.
"Sanksi ini kami terapkan semenjak sekolah ini masih berstatus swasta sampai sekarang. Larangan untuk membawa kendaraan dan handphone ke sekolah itu juga disetujui orang bau tanah dikala mendaftarkan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama ini. Selain itu, dulu kami pernah panggil orang bau tanah dan jatuhkan skors seminggu. Ternyata masih ada yang membawa kendaraan," papar Syahrul.
Menurut dia, langkah itu diambil untuk meminimalkan imbas yang mungkin terjadi ketika siswa bermotor ke sekolah. "Mereka juga belum remaja dan sering ugal-ugalan berkendara. Kalau orang bau tanah sayang sama anak, berikan mereka sepeda untuk ke sekolah. Kalau tidak mau bersepeda, mereka dapat naik becak ke sekolah," tambahnya.
sumber:
jawa pos.
Masa skors sampai dua ahad itu dikeluhkan orang bau tanah siswa. Mereka menilai hukuman tersebut keterlaluan. "Terlalu panjang. Apalagi, pihak sekolah tidak memperlihatkan kiprah untuk dikerjakan siswa di rumah. Padahal, anak aku gres kali ini membawa motor ke sekolah. Seharusnya ditegur dulu," kata Ti, 40, salah seorang wali murid, kemarin.
Dia juga menilai ada yang tidak biasa dalam surat skors yang diterima anaknya. Tidak ada tanda tangan kepala sekolah (Kasek) di sana. "Saya konfirmasikan sebelumnya. Yang tanda tangan hanya guru BP. Saat aku tanya alasan masa skorsnya yang usang sekali, mereka bilang, 'Itu urusan Ibu.' Kalau hukuman yang diberikan mendidik, kami tentu tidak berkeberatan. Ini dirumahkan dua pekan tanpa penugasan," ungkapnya.
Kepala SMPN 4 Tambang Syahrul SPd MPd dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Monaliza Herly ketika dikonfirmasi tidak membantah bahwa pihaknya menjatuhkan skors dua ahad kepada siswa yang membawa motor ke sekolah.
"Sanksi ini kami terapkan semenjak sekolah ini masih berstatus swasta sampai sekarang. Larangan untuk membawa kendaraan dan handphone ke sekolah itu juga disetujui orang bau tanah dikala mendaftarkan anaknya ke Sekolah Menengah Pertama ini. Selain itu, dulu kami pernah panggil orang bau tanah dan jatuhkan skors seminggu. Ternyata masih ada yang membawa kendaraan," papar Syahrul.
Menurut dia, langkah itu diambil untuk meminimalkan imbas yang mungkin terjadi ketika siswa bermotor ke sekolah. "Mereka juga belum remaja dan sering ugal-ugalan berkendara. Kalau orang bau tanah sayang sama anak, berikan mereka sepeda untuk ke sekolah. Kalau tidak mau bersepeda, mereka dapat naik becak ke sekolah," tambahnya.
sumber:
jawa pos.
0 Komentar untuk "5 Siswa Diskors Alasannya Yakni Sekolah Naik Motor"