Migrasi CDMA ke GSM SALAH

Sebenarnya pemakaian CDMA dilarang itu tidak benar, demikian pula CDMA harus beralih ke GSM juga tidak benar. Yang benar frekuensi yang digunakan CDMA di 800MHz sekarang harus dialihkan agar misalnya dapat digunakan untuk LTE (4G). Rentang frekuensi radio 824-835 MHz berpasangan dengan 869-880 MHz dan rentang frekuensi radio 880-890 MHz berpasangan dengan 925-935 dengan moda "Frequency Division Duplexing" (FDD) bisa diterapkan teknologi netral. CDMA lokal selalu berawalan dengan kode kota, misalnya 021 untuk Jakarta dan tarifnya akan murah untuk sesama CDMA Lokal dan ke PSTN Lokal. Jadi CDMA FREN yang memakai awalan 0888 bukan CDMA Lokal, tetapi CDMA Nasional dan tarifnya tak berbeda jauh dengan tarif GSM.

Sebenarnya CDMA secara teknis lebih baik daripada GSM, tetapi karena CDMA telat muncul dan mengambil porsi murah, maka CDMA pemakainya makin sedikit, apalagi pihak ke tiga sudah tidak menjual perangkat CDMA lagi. Untuk pemakaian data CDMA jelas lebih unggul, karena Voice dan Data menggunakan channel yang terpisah (dual channel), sedangkan GSM hanya single channel dimana satu kanal dipakai Voice dan Data, makanya sering putus. CDMA boleh dikatakan tidak pernah putus, kalau tidak ada transfer data, ia tetap tidak akan putus, yang pasti tidak ada drop.

CDMA Flexi
Telkom, pemilik CDMA Flexi itu paling kesal ketika muncul CDMA Esia, karena Esia dengan prefix 01010nya menggerogoti pemakaian Telepon Rumah (PSTN) untuk Interlokal, dan dengan perangkat yang bisa dibawa-bawa, walaupun tarifnya lebih mahal sedikit, maka untuk pemakaian Telepon Lokalnyapun lebih unggul daripada Telepon Rumah yang statis, apalagi Esia juga mengeluarkan Telepon Statis untuk kepentingan di rumah,/kantor, jadi kalau anda pindah kantor/ruko, maka perangkatnya tinggal dibawa saja. Oleh karena itu CDMA Flexi yang paling gencar menyuarakan adanya Migrasi CDMA ke GSM. Pada bulan Januari 2015, saya telah melakukan migrasi tersebut ke As Flexi. As Flexi menggunakan perangkat GSM, tetapi sama sekali tidak diberikan handsetnya, hanya diberikan bonus jika pemakaian Flexi kita sebelumnya banyak. Untuk bonus, saya anjurkan untuk minta pulsa saja. Tarif As Flexi Rp 100 untuk setiap SMS dan Rp 49 per menit telepon ke sesama As Flexi Lokal dan Telepon Rumah Lokal. Untuk SMS memang murah, bahkan lebih murah daripada As yang Rp 159 per SMS, tetapi untuk telepon suaranya sangat jelek, bahkan lebih jelek daripada pertamakali Esia muncul (2006). Setelah lebih dari satu bulan, maka As Flexi sering tak dapat digunakan untuk menelepon dengan catatan Jaringan Sibuk, tetapi ketika kedua kalinya kita menelepon atau membiarkan telepon berdering berkali-kalai, maka akan ada catatan Telepon Dialihkan dan ternyata tarifnya kurang lebih Rp 1000 per menit. Jadi sudah tidak ada telepon murah lagi pada jam 'sibuk', karena memang mungkin Telkom menginginkan kematian CDMA murah. Tetapi pada jam kosong, menelpon dari Bandung ke telpon rumah di Kudus hanya Rp 49/menit dengan suara yang lumayan, saya duga menggunakan internet phone. Mengingat kita sulit mengetahui kapan dialihkan, maka sebaiknya jangan mengisi pulsa banyak-banyak. Jika pulsa anda hanya Rp 5.000 dan kena pengalihan, maka dalam 10 menit pulsa akan habis dan tidak terlalu sakit. Saya anjurkan lebih baik jangan migrasi dulu, tetapi habiskan saja pulsa Flexi anda sebelum tanggal 1 Juli 2015. Hal ini tentu tidak akan merepotkan anda dan juga meringankan kerja Telkom. Migrasi jika dirasa perlu dapat dilakukan di Telkomsel Grapari. Tetapi di Bandung, harus ke Telkom Jalan Lembong dengan catatan Telkomsel Grapari Dago tidak mau melayani migrasi.

Esia
Esia sebenarnya secara diam-diam telah menjalin kerjasama dengan SmartFren untuk penggunaan BTS. BTS Esia hanya sedikit dan lebih banyak menggunakan BTS SmartFren, tetapi kualitas suara Esia dan SmartFren (yang terakhir disebut, lebih bagus) tidak sama, ini berarti tidak ada penggabungan pemakain frekuensi. Di Bekasi, Gallery Esia ada di Jalan Ahmad Yani, di kompleks ruko Sentra Niaga Kencana, disebelah kompleks BCP. Gallery Esia tidak tampak dari jalanan, tetapi terletak pada ujung utara kompleks, dekat kantor Gedong Tua Jaya atau kira-kira di belakang toko Eiger (yang ini kelihatan dari jalan). Esia tetap di CDMA dan handset CDMA tetap bisa dipergunakan, hanya untuk data dialihkan dan harus memakai kartu SmartFren. Selama ini Esia Max-D untuk pemakaian data tidak pernah berhasil, karena kecepatannya lambat sekali, dan Esia Max-D memang dimatikan, karena Esia tak mau menggarap data lagi, apalagi Smartfren sudah unggul jauh sekali. Anjuran saya tetap gunakan Esia anda selama masih bisa digunakan. Untuk menelepon rumah sudah tidak bisa (mungkin tak ada kerjasama antara Esia dan Telkom), untuk menelepon As Flexi akan kena tarif mahal, seperti menelepon ke GSM, tetapi setidaknya Esia anda tetap dapat dipergunakan untuk menelepon ke sesama Esia, bahkan untuk Interlokal dengan awalan 01010 dari Jakarta ke Bandung dengan tarif Rp 265 per menit, tetapi suaranya memang kurang baik, karena menggunakan VOIP (Voice Over Internet Protocol).

SmartFren
Yang paling beruntung adalah pemakai SmartFren, karena tidak perlu migrasi sama sekali. SmartFren adalah gabungan dari Smart dan Fren, memiliki ijin untuk Nasional dan Lokal, frekuensinya komplit selain di 800MHz, juga di 1900MHz. Suaranya saat ini bahkan lebih bagus dari Telkomsel dan servicenyapun lebih baik. Hanya saja penyebaran SmartFren kebanyakan hanya di kota-kota besar saja, misalnya di Bali, tidak seluruh Bali ter-cover, banyak blank spotnya.

StarOne
StarOne dari Indosat, menurut penjual pulsa, hanya saya yang mengisi pulsa StarOne. Di Jakarta atau Bekasi sinyalnya jelek, tetapi di Bandung lumayan dan StarOne banyak digunakan di Medan. Menurut Customer Service yang saya telepon, sampai saat ini belum ada rencana migrasi dan menganjurkan saya untuk memakainya terus selama belum ada SMS dari mereka tentang migrasi. Melihat keberhasilan Esia dan SmartFren, maka bisa saja tak ada migrasi dari StarOne. Kualitas suara dan service dari StarOne memang di bawah SmartFren, walaupun tetap dikategorikan Lumayan. Yang saya salut StarOne ini dibawa ke mana saja ke luar kota tetap bisa dipakai tentunya dengan memencet terlebih dahulu *123#0xx(kode lokasi), sedangkan jaringan SmartFren lebih terbatas. Tetapi sudah dua bulan ini, penggunann *123#0xx sudah tak bisa, jadi tampaknya StarOne memang sengaja akan dimatikan, karena migrasi sebenarnya bukan keharusan dan tidak bisa dipaksa, kecuali perusahaannya bangkrut. Jika anda memang mau migrasi ke GSM dengan tarif GSM tentunya, saat ini galeri Indosat bahkan buka pada hari Minggu dan hari Libur hingga jam 8 malam.

WRAP UP
Biarkan hanya Flexi dan StarOne yang migrasi, dan CDMA MURAH tetap ada. Asal tahu saja saat ini Telkom sedang gencar-gencarnya untuk mengganti kabel telepon rumah kita (dengan sedikit memaksakan atau membujuk secara berlebihan) agar kabel telepon tersebut diganti dengan kabel data yang sekaligus bisa untuk telepon, menonton TV dan Internet. Banyak sekali saat ini telepon rumah di Bandung yang tak dapat menelepon ke luar, tetapi masih tetap dapat menerima telepon dan sudah melaporkan hal ini (keluhan) berkali-kali selama berbulan-bulan tetap tidak diperbaiki, malah yang 'ingin' mengganti dengan kabel data datang lebih (sangat) cepat.

Tambahan 9 Maret 2015:
Menurut SmartFren, saat ini justru terjadi penambahan pelanggan CDMA, tetapi tidak jelas disebutkan apakah tambahan tersebut berasal dari mantan pemakai Esia atau mantan pemakai Flexi. Yang pasti jaringan Esia telah diberikan (mungkin dijual) kepada SmartFren sehingga SmartFren mempunyai bandwith yang cukup untuk juga melaksanakan LTE (4G). Karena Esia sekarang ini istilahnya numpang pada SmartFren, entah bagaimana nasibnya kelak, tetapi kemungkinan besar tak akan ada migrasi dari CDMA ke GSM oleh SmartFren dan Esia.

Tambahan 19 Maret 2015:
Pengalaman saya AsFlexi tidak dapat menghubungi Esia demikian juga sebaliknya.
 
Tambahan 28 Maret 2015:
Saat ini kualitas Smartfren, setelah migrasi internet dari Esia ke Smartfren, semakin buruk, karena jumlah pelanggan bertambah, tetapi bandwith Smartfren dan fasilitas lainnya tetap, sedangkan bandwith Esia sekarang ini dipakai untuk 4G LTE. Berhubung pemakai internet Esia sebelumnya membayar lebih murah daripada berlangganan Smartfren, maka saya perkirakan akan banyak juga ex-pelanggan Esia yang akan berhenti berlangganan, apalagi kalau dipakai hanya untuk Facebook dan Whats app. Kemungkinan mereka akan pindah ke Three yang jauh lebih murah.

Tambahan 9 Juni 2015:
Karena sudah memasuki bulan Juni 2015, StarOne sudah sebulan lebih tidak dapat dibawa ke luar kota dan StarOne Indosat belum mengirimkan SMS Migrasi, maka saya datangi gallery Indosat yang berada di Pintu Timur Metropolitan Mal menanyakan hal ini tentang migrasi dan ternyata memang harus migrasi. Migrasi harus dilakukan tanpa kompensasi apapun dan jika Flexi menjadi AsFlexi dengan tarif khusus, maka StarOne dapat menjadi IM3 tanpa tarif khusus apapun. Saya migrasi hari Kamis tanggal 4 Juni 2015, tetapi sampai hari ini Selasa tanggal 9 Juni 2015 mau berakhir, ternyata pulsa StarOne saya belum ditransfer ke IM3. Jumlahnya lebih dari Rp 800.000. Hingga saat ini proses migrasi Indosat adalah yang paling jelek.

Tambahan 12 Juni 2015:
Tanggal 10 Juni malam saya menghubungi Call Center Indosat, setelah saya search Call Center Indosat melalui Internet, karena pada bungkus kartu perdana tidak tertera Call Center Indosat dan terpaksa harus saya beli Rp 5.000, karena tidak diberikan gratis oleh Indosat dalam proses migrasi, padahal provider lainnya memberikannya secara gratis. Ternyata Call Centernya macam-macam dan untuk Mentari dan IM3, Call Centernya adalah 100 dengan biaya Rp 400/panggilan. Saya dilayani oleh Putra dan dijanjikan proses akan terjadi dalam 24 jam. Saya terpaksa ke Galeri Indosat lagi pada tanggal 12 Juni 2015 siang, karena saldo dompetku masih nol dan dijanjikan akan segera diproses dan yang agak mengagetkan, katanya masalah saldo adalah wewenang IM2 penerbit StarOne. Saya terus terang bingung dengan proses migrasi Indosat yang menurut saya kacau dan tidak terintegrasi, karena Telkomsel lancar, demikian juga Internet Esia yang migrasi ke SmartFren (beda provider), semuanya instan tak perlu tunggu berhari-hari. Apakah perlu saya melapor ke BRTI dengan nomor telepon 021-315.4970. Hanya sayang BRTI ini hanya buka Senin-Jumat jam 08:30-17.00.

Tambahan 18 Juni 2015:
Perlu ditegaskan bahwa pada Indosat Gallery IM3 tidak terdapat samasekali flyer atau brosur tentang migrasi dan ini jelas sangat berbeda dengan Telkomsel Gallery. Tanggal 18 Juni 2015 belum ada tanda-tanda masuknya pulsa atau mengapa pulsa tidak masuk. Pesan dari customer service hanya tunggu pesan/telepon dari kami. Detail dari kartu yang saya masukkan berbarengan pada tanggal 4 Juni 2015 adalah:
Nomor 021-30900350 sebesar Rp 181.035
Nomor 021-30900270 sebesar Rp 151.750
Nomor 021-30900301 sebesar Rp 160.422
Nomor 021-30900180 sebesar Rp 199.950
Nomor 021-30900201 sebesar Rp 186.955

Tambahan 25 Juni 2015:
Perlu ditegaskan bahwa sampai saat ini belum ada kabar dari Indosat tentang migrasi saya. Mungkin saat ini Indosat, belum separah Esia. Sungguh menyedihkan menyaksikan Gallery Esia sekarang ini. Di Bekasi Ahmad Yani, Gallery Esia pindah ke seberang jalan di Ruko Mutiara Blok C, di belakang Klinik Mata Nusantara. Gallery Esia yang dulu sudah kecil, sekarang bertambah kecil dengan pegawai yang menyusut dan kelihatan lebih banyak bengongnya. Di Bandung Electronic Center Basement, Gallery Esia yang dulu selalu ramai sekarang pindah ke lantai II, numpang di sebuah toko Gadgets dengan customer service yang mungkin (tampak) hanya satu orang. Migrasi Internet Esia ke Smartfren sudah berakhir dan kini Esia hanya melayani telepon dan SMS. Bagusnya, karena sudah bekerjasama dengan Smartfren, maka ke luar kota sudah tidak perlu pakai GoGo lagi, seperti halnya Hepi atau Lokal Plus dari Fren yang sekarang sudah tidak dijual lagi, tetapi layanannya masih ada. Sekarang ini Esia Perdana hanya dijual di Banten, Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan di luar wilayah itu Esia harus migrasi ke Smartfren. Dengan coverage yang semakin kecil, masih mampukah Esia bertahan???

Tambahan 30 Juni 2015:
Tanggal 27 Juni 2015 pulsanya masuk, tetapi saya tak bisa menggunakannya, karena ketika saya pencet nomor yang tertera langsung hilang. Tanggal 28 Juni 2015, saya lapor ke Call Center dan tampaknya mereka secara teknis tidak menguasainya. Dari suaranya saat ini banyak customer service yang muda-muda, sehingga jika teknologi baru, mereka sangat paham, tetapi jika menyangkut hal yang jadul mereka mati kutu, karena belum pernah tahu. Mungkin perlu adanya supervisor yang tahu misalnya sejarah tentang Indosat sejak berdiri dan dulu Indosat merupakan satu-satunya channel untuk menelepon ke luar negeri melalui satelit (Satelindo). Tanggal 29 Juni 2015, saya ke Indosat Medan Merdeka Barat, tetapi sudah dua minggu tutup, karena direnovasi, dianjurkan untuk ke Galeri Indosat Sarinah yang buka 24 jam (inilah salah satu keunggulan Gallery Indosat Sarinah), terlihat megah di atas Mc Donald, tetapi lebih mudah di akses melalui tangga putih dari luar gedung. 2 customer service yang melayani saya tersenyum, ketika saya mengeluarkan HP jadul saya yang tentunya bukan smartphone dan hanya bisa menelepon dan SMS saja. Mereka memberi contoh pada Tablet mereka dan ternyata mudah banget, tetapi nomor PIN saya harus direset dan diminta menunggu dan ia memberikan contoh nomor pelanggan lain yang menunggu hanya sekitar 20 menit lebih. Karena sudah lama menunggu, maka saya tinggal pulang dan mbaknya akan mengSMS saya, jika sudah dapat dipakai. Di perjalanan SMS masuk dan 3 jam kemudian dari Indosat, kemungkinan IM2, menelepon saya tentang proses migrasi, karena saya belum melakukan apapun, termasuk mengganti PIN, karena sore hari di bulan puasa macetnya minta ampun. Malamnya saya melakukan pembelian pulsa dan ternyata untuk membeli pulsa setidaknya perlu melakukan 15x pencet tombol, berbeda degan menggunakan tablet yang hanya beberapa kali. Dan jika salah memencet, maka prosedur Jawab-Ketik Nomor-Kirim yang harus terus dilakukan berulang-ulang, harus dimulai dari awal lagi dengan memencet *789#.  Tablet atau Smartphone mungkin lebih canggih dan mudah penanganannya, tetapi mana ada yang berukuran kecil dan bisakah kita membawa sekaligus 3 smartphone atau tablet dalam kantong kita, satu di saku baju, satu di saku celana kiri dan satu lagi di saku celana kanan. Sekarang ini juga sudah tidak ada lagi HP dengan 3 kartu (CDMA dan GSM). Customer Service Indosat boleh dikatakan semuanya baik dan ramah, tetapi yang terbaik mungkin tetap Customer Service Smartfren yang merupakan gabungan Smart dan Fren, dengan catatan masing-masing benefit dan juga tarif dari Smart dan Fren dan Smartfren yang berbeda-beda masih berlangsung hingga saat ini dan konsumen tidak dirugikan, oleh karenanya biasanya Call Center selalu tanya nomornya adalah nomor apa dan pernah nomor 021400xxxxx saya disangka nomor Esia yang mau migrasi, padahal itu adalah nomor Hepi. Hepi adalah lokal keluaran Fren seperti halnya Esia, Flexi dan StarOne. Sampai saat ini masih berfungsi dengan baik. Jadi Customer Service Smartfren harus menangani berbagai macam kartu, bahkan mungkin kartu yang belum pernah mereka lihat. Untungnya semuanya itu ada dalam satu entitas dan tidak tampak terpisah seperti IM2 dan IM3.

Tambahan 5 Juli 2015:
Kuartal I 2015, Bakrie Telepon Rugi 1,51 Triliun, sedangkan Pendapatannya telah menurun hingga tinggal 131 Milliar. Jelas jomplang banget dan apakah Bakrie Telepon dengan Esianya tetap mampu bertahan?! Sebaiknya jika masih memiliki pulsa yang masih banyak alangkah bijaksananya jika segera dihabiskan. Jika Esia sampai bangkrut, maka selama masih ada Smartfren, maka AsFlexi tampaknya juga masih tetap ada dan tak akan dimatikan, seperti halnya StarOne yang telah dimatikan.

Tambahan 23 Maret 2016:
Sudah beberapa hari sinyal Esia hilang sama sekali, menurut Sales Esia sekarang ini Esia sedang dalam proses perawatan. Masalahnya tidak ada berita/iklan apapun mengenai Esia di media apapun (Bakrie Telepon pemiliknya adalah keluarga Bakrie yang juga memiliki AnTV). Jika benar Esia menyewa menara/BTS milik SmartFren, maka mungkin yang terjadi adalah Esia belum melunasi tagihan sewa menara jadi sinyalnya diputus, soalnya SmartFren tidak masalah kok. Sampai saat ini juga belum ada berita apapun dari BRTI (Badan Regulasi Telepon Indonesia) mengenai hal ini.

Tambahan 29 Maret 2016:
Hingga malam ini sinyal Esia belum muncul dan sudah ada yang menulis pada Surat Pembaca mengenai hal ini. Siap-siaplah pulsa dan voucher kita hangus.

Related : Migrasi CDMA ke GSM SALAH

0 Komentar untuk "Migrasi CDMA ke GSM SALAH"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)