Melanjutkan goresan pena ANTARA KEHENDAK DAN TINDAKAN DALAM PARIBASAN JAWA (1): KEHENDAK YANGTIDAK BISA DICEGAH, orang-orang yang tidak dapat dipenggak kekarepane ini dalam perbuatan biasanya akan lebih banyak grusa-grusu tanpa petung daripada menjalankan perbuatan taktis yang strategis.
Kita perlu hati-hati dalam memulai langkah dan sebaiknya menjalankan evaluasi situasi, sebelum bergerak: Misalnya dengan mereview kembali “Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Peluang, atau mengikuti pitutur seumpama sudah ditulis dalam Serat Wulangreh: Deduga, Prayoga, Watara dan Reringa.
Orang yang kehendaknya tidak dapat dicegah memang jelas-jelas sukar dikendalikan. Lain lagi dengan orang yang hangat-hangat tahi ayam: Kalau sedang semangat justru mudah diatur, sepanjang kita bakir memotivasi. Tetapi bila tahi ayamnya sudah tidak hangat lagi (dan tahi ayam hangatnya tidak lama), maka ia tidak dapat diapa-apakan lagi. Menjadi sama dengan orang yang kehendaknya tidak dapat dicegah namun pengertiannya terbalik: Yang satu ini tidak dapat digerakkan.
Gambaran orang-orang grusa-grusu demikian pula orang yang dhong-dhongan dalam paribasan Jawa sanggup dilihat pada beberapa teladan di bawah:
1. ORANG YANG GRUSA-GRUSU
A. KADUK WANI KURANG DEDUGA
Menggambarkan orang yang terlalu berani (kaduk wani) namun kurang perkiraan (kurang deduga). Paribasan ini khususnya ditujukan terhadap kawula muda yang alasannya merupakan terdorong darah mudanya yang masih panas sering bertindak tanpa perhitungan.
B. DURUNG PECUS KESELAK BESUS
Pecus: mampu, kompeten; Besus: Suka berdandan atau bersolek. Menggambarkan orang yang belum punya kompetensi namun sudah punya impian macam-macam. Hasilnya akan mengecewakan. Ibarat buah belum masak, keburu dipetik. Rasanya tidak akan enak.
Dua peribahasa di atas dasarnya merupakan “bonek” (Bandha nekad). Bedanya, yang pertama alasannya merupakan terlalu berani dan yang kedua alasannya merupakan ingin cepat memetik hasil.
C. NGGEGE MANGSA
“Banyu gege” merupakan air yang digunakan untuk memandikan bayi (supaya cepat berkembang kembang). Nggege mangsa merupakan orang yang berusaha memendekkan waktu dari yang seharusnya. Maunya supaya cepat beres, namun alhasil belum pasti baik. Sama dengan “durung pecus keselak besus pada butir 2 di atas: Belum waktunya. Nggege mangsa berkonotasi waktu sedangkan durung pecus keselak besus konotasinya hasil kerja.
Cara nggege mangsa yang bagus (misalnya hotel dan rumah sakit) merupakan dengan menjalankan "Soft Opening". Sebenarnya belum waktunya dibuka, namun sudah menerima pengunjung. sekalian untuk "uji coba", bila ada kelemahan secepatnya diperbaiki, dan konsumen menerima kompensasi dengan discount yang bagus.
D. ORA ANGON KOSOK
Kosok: Tali untuk memetik rebab (alat musik Jawa seumpama biola). Maksudnya menjalankan sesuatu tanpa menyaksikan waktu yang pas.
Ibarat orkestra yang bermain dengan nada C tahu-tahu ada yang menggunakan nada F.
Memulai perbaikan jalan pada ekspresi dominan hujan bisa dibilang selaku ora angon kosok. alhasil jalan cepat rusak. Tetapi bila alasannya tahun budget segera berakhir, mau apa lagi?
Kunjungan kerja pada hari libur dapat juga dikatakan ora angon kosok (kecuali inkognito, seumpama yang dilaksanakan Sayidina Umar, yang dikunjungi tidak tahu bila yang tiba Khalifah sendiri).
Tetapi pasien yang tiba pada hari libur jangan ditolak dengan argumentasi ora angon kosok, alasannya merupakan munculnya sakit juga ora angon mangsa.
Apakah tindakan-tindakan seumpama contoh-contoh paribasan di atas ada yang berhasil? Hebatnya ada juga yang slamet.
E. GEMBLUNG JINURUNG EDAN KEWARISAN
Gemblung, Edan: Gila; Jurung: Setuju. Pengertiannya: Nekad namun untung atau ugal-ugalan namun selamat. Tentunya paribasan ini jangan dijadikan pegangan untuk berbuat nekad. Hal-hal diluar praduga senantiasa ada, namun tidak banyak. Baiknya kita normatif saja.
2. ORANG YANG HANGAT-HANGAT TAHI AYAM
A. ROG-ROG ASEM
Rog: menggoncang; Rog-rog: menggoncang-goncang. Banyak orang memetik buah asam dengan menggoncang-goncang dahannya. Buah asam yang sudah masak pun berjatuhan. Kalau tidak digoncang-goncang, tidak ada buah asam jatuh. Kalau ada yang jatuh, paling cuma satu-satu secara insidentil.
Maksudnya merupakan orang yang pada mulanya menggebu-gebu, misalnya menginisiasi bikin kalangan Facebook, bikin yayasan, dll namun tak usang kemudian hilang gaungnya. Dapat dibaca di posting Rog-Rog Asem
B. MBALUNG USUS
Balung: Tulang, sifatnya keras, kaku; Usus: sifatnya saat kenyang keras, saat lapar kendor. Orang yang punya sifat “mbalung usus”, maka tulangnya bersifat seumpama usus, tidak selamanya kenceng, justru banyak kendornya.
LIDING DONGENG
Ditinjau dari aktifitas geraknya, maka dua jenis insan ini terang aktif bergerak. Yang grusa-grusu akan secepatnya berkiprah, tanpa pikir panjang, pokok berani, cepat selesai, cepat petik hasil dan tidak dapat dicegah. Sementara orang kedua tidak kalah cekatannya. Ia akan secepatnya mengambil perbuatan dengan semangat sarat ......... cuma pada mulanya saja. Habis itu ia kembali tidur, kembali terhadap semangat dhong-dhongannya, kembali terhadap sifat angin-anginannya. (Iwan MM)
0 Komentar untuk "Antara Kehendak Dan Langkah-Langkah Dalam Paribasan Jawa (2): Yang Grusa-Grusu Dan Yang Angin-Anginan"