Dalam bahasa Jawa buah secara lazim disebut PALA. Bukan BUAH PALA. Buah Pala ya Buah Pala, memang namanya itu. Orang Jawa juga tidak membedakan antara umbi-umbian dan buah: Umbi sama dengan Buah. Kita gres tahu bedanya sehabis sekolah. Bahwa umbi ternyata akar yang menggelembung.
Pada di saat kerjabakti di RT, atau bahkan di saat selamatan, kita sering mendengar ucapan: “Suguhane PALA KAPENDHEM”. Ditempat lain kita mendengar pula: Papaya atau Kates disebut TELA GANTUNG. Tidak cuma itu sebenarnya, masih ada beberapa PALA YANG LAIN, yang dalam keseharian mungkin tidak begitu banyak kita dengan lagi.
Saya coba merujuk definisi “pala-palaan” ini ke beberapa goresan pena lama, yaitu: Serat Bauwarna, Ki Padmasusastra, 1898; Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 dan Sarine Basa Jawa, Padmasukaca, 1975. Pembaca juga dapat menelusuri ke Serat Centhini, pada episoda sehabis Syeh Amongraga berjumpa Ken tambangraras.
1. PALA KIRNA
Palakirna adalah-buahan yang bergantung, berasal dari tumbuhan (keras) yang hidupnya lama, hingga puluhan tahun.
Contoh yang simpel adalah: Mangga, Durian, Rambutan, Nangka, Manggis, Langsat, Jeruk, Jambu, Asam dan masih banyak lagi. Adapun Salak, Petai Cina dan Siwalan, disebutkan dalam Serat Centhini tergolong dalam Palakirna juga. Bagaimana dengan Papaya? Kita lihat di bawah.
2. PALA GUMANTUNG
Berbeda dengan Palakirna, maka Pala Gumantung meskipun buahnya sama-sama tergantung tapi pohonnya tidak berumur terlalu lama. Kalau kita lihat batang pohonnya: Termasuk lunak.
Contoh paling simpel yakni Papaya dan Pisang. Papaya dikukuhkan selaku Pala Gumantung dengan sebutan: Tela Gantung. Bagaimana dengan buah Nanas? Ternyata Nanas menurut Ki Padmasusastra masuk dalam Pala Gumantung walau buahnya tegak, sekaligus masuk juga dalam Pala Kasimpar meskipun pohonnya tidak merambat menyerupai klarifikasi di bawah
3. PALA KASIMPAR
Pala Kasimpar yakni buah-buahan yang terletak di tanah dan pohonnya merambat di tanah atau diberi kawasan merambat sehingga berkembang ke atas dan buahnya menjadi tergantung.
Contohnya antara lain: Mentimun, Semangka, Melon, Waluh. Yang buahnya ringan lazimnya diberi kawasan merambat: Misalnya kacang-kacangan, Pare, Kecipir. Lombok dan Terong dalam hal ini masuk ke Pala Kasimpar. Mungkin alasannya batang pohonnya nyaris sama ukuran dengan tumbuhan merambat.
4. PALA KAPENDHEM
Selain Pala Kirna dan Pala Gumantung yang buahnya tergantung di atas tanah, kemudian Pala Kasimpar yang buahnya tergoleh di permukaan tanah, maka masih ada satu lagi yang buahnya “dalam tanda petik” alasannya sebetulnya bukan buah, berada di dalam tanah.
Dalam hal ini Pala Kapendhem diwakili semua umbi-umbian: Ketela Pohon, Ubi Jalar, Talas, Uwi, Gembili, Garut, Bengkowang, Ganyong, Kentang, Kacang Cina dan masih banyak lagi.
CATATAN: PALA KITRI DAN PALA WIJA
PALA KITRI yakni istilah untuk tumbuh-tumbuhan/buah yang ditanam di pekarangan, sedangkan tumbuh-tumbuhan yang ditanam di tegal.sawah SELAIN PADI disebut dengan nama PALA WIJA.
LlDING DONGENG
Sambil jalan-jalan di swalayan mungkin kita dapat sekaligus “Nguri-uri Basa Jawa”. Kita lihat Buah Anggur, Buah Naga, Buah Kiwi, Apricot, atau bahkan Ubi Bakar Cilembu dll. Kira-kira masuk Pala yang mana ya? Lha kalau BlumKool? Hati-hati yang terakhir ini kan Bunga? (Iwan MM)
0 Komentar untuk "Kata “Pala” Dalam Sebutan Jawa"