Orang-Orang Yang Sengsara/Celaka Alasannya Merupakan Perbuatannya Sendiri Dalam Paribasan Jawa (2)

Sapa nandur ngundhuh. Peribahasa ini mengandung makna yang dalam. Barang siapa menanam ia akan menuai. Bergantung apa yang ditanam: kebaikan atau kejahatan. Bahkan sanggup lebih berat panenannya, sesuai peribahasa Barang siapa menabur angin akan menuai badai. Oleh lantaran itu, hidup semestinya diisi dengan menanam kebaikan.
 
Celaka lantaran perbuatan sendiri tidak senantiasa kendala kejahatan terhadap orang lain. Melanjutkan goresan pena ORANG-ORANG YANG SENGSARA KARENA PERBUATANNYA SENDIRI DALAM PARIBASAN JAWA (1), di bawah merupakan beberapa teladan orang yang apes lantaran kemurkaan, niat jelek sendiri dan kurang kewaspadaan, serta satu lagi justru lantaran kebaikannya. Kiranya sanggup dijadikan rujukan:
 
 
C. CELAKA KARENA KEMURKAAN SENDIRI
 
 Peribahasa ini mengandung makna yang dalam ORANG-ORANG YANG SENGSARA/CELAKA KARENA PERBUATANNYA SENDIRI DALAM PARIBASAN JAWA (2)
1. BRAKITHI ANGKARA MADU
 
Brakithi: Semut. Madu diminati semut. Menggambarkan orang yang celaka lantaran barang yang amat disukai.
 
2. BRAKATHA ANGKARA GENI
 
Brakatha: laron. Laron suka mengunjungi cahaya tergolong api. Pengertiannya sama dengan diatas, orang yang celaka lantaran barang yang beliau sukai.
 
Menggarisbawahi butir 1 dan 2: Contoh sederhana merupakan orang yang suka makan. Pas viral durian kita dipanggil ke desa yang sedang panen durian. Makan sepuasnya lantaran gratis. Malamnya sakit perut lantaran pada biasanya durian.
 
Contoh yang lebih mutakhir merupakan mencuri uang, mulai dari mencopet hingga korupsi, kemudian tertangkap lembap dan ditangkap.
 
3. SONA BELANG MATI AREBUT MANGSA
 
Sona: anjing. Berbeda dengan butir 1 dan 2 yang bersifat perorangan, disini merupakan antara dua orang atau lebih (digambarkan selaku anjing) yang saling berebut (karena contohnya anjing maka yang diperebutkan “mangsa). Mengapa mesti berebut jikalau tidak lantaran kemurkaannya. Risikonya yang berebut sama-sama babak belur. Dapat dibaca pada posting Manusia mesti rukun: dongeng dua orang pemburu.
 
4. JANMA MATI MURKA
 
Janma: manusia. Menegaskan bahwa orang marah akan celaka.

5. MBURU UCENG KELANGAN DHELEG

Mengejar yang kecil (diibaratkan ikan uceng) kehilangan yang besar (diibaratkan ika dheleg: Ikan kutuk/ ikan gabus). Dapat dibaca di Mburu uceng kelangan dheleg).

6. MBUWANG RASE NEMU LUWAK

Bisa disebut juga dengan MBUWANG RASE NEMU KUWUK. Pengertiannya mencampakkan yang jelek (diibaratkan rase) sanggup yang lebih jelek (diibaratkan musang atau kucing jantan liar, tua). Dapat dibaca di Mbuwang rase nemu kuwuk.


D. AKIBAT PUNYA NIAT BURUK
 
1. MENTHUNG KOJA KENA SEMBAGINE
 
Saudagar India pada jaman dahulu disebut “koja”. Sedangkan “sembagi” merupakan kain mahal dari luar negeri. Pengertian “menthung’ (memukul) dalam paribasan ini merupakan menipu. Pikirannya telah sukses menipu. Bukan sembarangan, lantaran pada jaman dahulu saudagar India (koja) kondang jago dalam transaksi jual beli. Padahal yang kena hanya pakaiannya (sembagi). Jelasnya: merasa sukses mendustai padahal ketipu.
 
2. BUDHUK KAWUK

Budhuk: Penyakit kulit menahun. Kawuk: badan yang telah tua; mencela padahal diri sendiri lebih jelek dari yang dicela. Pengertiannya: Berbuat tidak baik jadinya terkena diri sendiri.
 
E. TERLALU BAIK
 
Agak abnormal juga bahwa orang terlalu baik juga sanggup sengsara. Adalah sebutan bahasa Inggris yang pernah aku dengar, tetapi tidak sanggup didapatkan kembali rujukannya: To be a little bad is better than to be good. Menjadi agak jelek masih lebih baikan ketimbang menjadi baik.
 
 Peribahasa ini mengandung makna yang dalam ORANG-ORANG YANG SENGSARA/CELAKA KARENA PERBUATANNYA SENDIRI DALAM PARIBASAN JAWA (2)
1. BLABA WUDA
 
Blaba: pemurah; Wuda: telanjang. Karena terlalu pemurah malah diri sendiri kekurangan. Contoh ringan (pernah aku tulis dalam salah satu posting), waktu di Somalia untuk mengambil hati orang-orang disana aku suka menawari rokok (waktu itu aku masih merokok). Alih-alih mengambil satu batang beliau ambil sanggup hingga 5 batang. Akibatnya aku tak punya rokok. Padahal di kancah perang mirip itu cari rokok susah.
 
2. WELAS TEMAHAN LALIS
 
Welas: meletakkan belas kasihan; Lalis: Hilang, mati. Pengertiannya: meletakkan belas kasihan terhadap seseorang, yang jadinya menyengsarakan diri sendiri. Hal ini biasanya terjadi lantaran yang diwelasi bukannya membalas akal tetapi membalas dengan kejahatan.
 
Kembali kita diingatkan dengan dongeng sapi yang membantu buaya, kemudian buaya justru akan mengkonsumsi si sapi. Kalau tidak ada kancil disitu, barangkali si sapi yang welas kepada buaya akan lalis.
 
Catatan: Peribahasa ini sering disalahucapkan dengan: Welas tanpa alis.
 
 
LIDING DONGENG
 
Orang yang celaka apakah lantaran ucapan, kesombongan, kemurkaan, punya niat jelek atau lantaran hatinya terlalu baik, pada pada dasarnya lantaran kurang waspada. Adalah satu peribahasa Jawa: NGIDAK GENI BLUBUKAN.
 
Geni blubukan merupakan api kayu atau arang yang tertutup abu, sehingga apinya tidak kelihatan. Bisa dibayangkan apabila orang yang tidak mengenakan ganjal kaki dan berlangsung tidak hati-hati kemudian menginjak geni blubukan ini. Pasti melepuhlah telapak kaki.
 
Dilanjutkan ke ORANG-ORANG YANG MEMANG HARUS APES DALAM PARIBASAN JAWA

Related : Orang-Orang Yang Sengsara/Celaka Alasannya Merupakan Perbuatannya Sendiri Dalam Paribasan Jawa (2)

0 Komentar untuk "Orang-Orang Yang Sengsara/Celaka Alasannya Merupakan Perbuatannya Sendiri Dalam Paribasan Jawa (2)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)