“Nginang” ialah salah satu hal yang dijalankan orang Jawa pada jaman dulu. Perlengkapan untuk nginang senantiasa ada di rumah. Mulai dari wilayah untuk meletakkan kinangan hingga paidon (tempat meludah).
Kinangan yang lengkap berisikan lima unsur: Sirih, Pinang (jambe), Gambir, Kapur sirih (enjet) dan terakhir tembakau. Sudah masuk akal jikalau ada orang yang relevan sebuah di saat muncul perdebatan alasannya yakni masing-masing merasa kontribusinya paling besar. Terjadilah perdebatan selaku berikut:
Sirih: Akulah bumbu utama kinang. Tidak ada aku, tidak ada orang nginang
Sirih: Akulah bumbu utama kinang. Tidak ada aku, tidak ada orang nginang
Pinang: Ah masa iya, sebelum ada kamu, saya telah duluan dikinang para bidadari
Gambir: Pakai sirih, pakai pinang kalau tanpa saya (gambir) apa mungkin jadi merah?
Kapur: Tanpa bantuanku, merahnya seberapa sih? Demikian pula rasanya tidak enak, insan tidak akan doyan
Tembakau: Sudah, telah jangan merasa menang sendiri. Yang paling andal ya saya ini. Orang nginang tanpa tembakau rasanya tidak enak, hambar.
Konon karena kisah ini terjadi pada jaman dewa-dewa, maka Batara Guru pun turun dari kahyangan dan meredakan situasi. Bagaimanapun kalau salah satu anggota "Kinang Group" kemudian walk out maka kinang akan kehilangan makna.
“Wahai sirih, pinang, gambir, kapur dan tembakau, jangan kalian berantem berebut benar. Kamu dengar dahulu sejarah nginang itu bagaimana. Yang pertama dikinang memang betul kamu, wahai pinang. Adalah tujuh bidadari yang dipimpin dewi Supraba menginang jambe (pinang). Tapi namanya bukan nginang melainkan "mucang" (pucang yakni nama pohon pinang). Tujuannya cuma untuk menetralisir amis mulut. Selanjutnya Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih nginang dengan menggunakan tiga unsur. Pinang (jambe), gambir dan kapur (enjet). Karena ada tiga komponen maka disebut "nigan" (tigan: telur, unsurnya tiga yakni kuning telur, putih telur dan kulit telur). Tujuannya untuk memerahkan bibir. Barulah terakhir Batara Wisnu melengkapi yang tiga dengan memperbesar dua komponen lagi yakni sirih dan tembakau. Jadilah kinang menyerupai yang kini ini.
LIDING DONGENG
LIDING DONGENG
Jangan merasa paling benar dan berjasa. Semua dongeng berhasil yakni hasil kerja orang banyak secara gotong royong dalam keterpaduan. Tidak ada berhasil dari hasil kerja sendiri, secara sendirian. Tidak ada kesuksesan tanpa kolaborasi, kemitraan dan networking (IwMM)
0 Komentar untuk "Bekerja Dalam Tim: Tuladha Dari Kinang"