Adalah seekor anjing dan seekor kucing: Keduanya menjadi piaraan manusia. Pada sebuah hari si anjing berpapasan dengan kucing di halaman, kemudian bertengkar
Anjing: “Kucing, apakah sih maksudmu? Setiap saya melalui didekatmu, kau tunjukkan taringmu dengan desisan yang mengerikan. Punggungmu melengkung, bulu-bulumu berdiri. Apa biar saya takut? Aku takut kepadamu cuma jikalau di hadapan tuan kita, alasannya saya senantiasa dikalahkan, bahkan diusir dengan lemparan sandal, tanpa diteliti duduk perkaranya. Sekarang ini kita di halaman, tuan kita tidak ada, jikalau mau saya sanggup hancurkan kepalamu. Mbok jangan seumpama itu, walau kau tidur di kasur bareng tuanmu dan saya cuma di atas keset di teras rumah, bagaimanapun kita ini sama-sama hewan piaraan, sama-sama mengabdi pada tuan yang sama. Hanya kebetulan kau lebih disayangi.
Kucing menjawab sambil tersenyum sinis: Baik anjing, kini saya takut sama kamu. Tapi tunggulah sampai tuan kita datang. Kamu jangan berani-berani mendekat. Aku niscaya akan mendesis seumpama biasa, pura-pura ketakutan seumpama biasa. Demikian pula kau niscaya akan dipukul atau dilempar sandal seumpama lazimnya pula.
LIDING DONGENG
LIDING DONGENG
Dua orang yang mengabdi atau punya pimpinan, alasannya satu dan lain hal sanggup saja salah satu lebih disayangi. Sudah nasib yang kurang disayang, walau ia memperoleh perlakuan tidak baik dari temannya yang disayang, ia tidak berani apa-apa selain menyabarkan diri. Sebab jikalau yang disayangi pimpinan melaporkan, maka dia yang tidak disayangi walau tidak ada salah atau justru benar, malah akan makin celaka. Kecil dimarahi, besar jikalau apes, sanggup dipecat. Pesan sopan santun disini adalah:
(1) Hati-hati jikalau punya teman dekat yang suka ngathok dan tumbak cucukan.
(2) Kalau menjadi pemimpin jangan suka pilih kasih, emban cindhe emban siladan
(3) Kalau disayangi pimpinan jangan aji mumpung untuk hal tidak baik. (IwMM)
(1) Hati-hati jikalau punya teman dekat yang suka ngathok dan tumbak cucukan.
(2) Kalau menjadi pemimpin jangan suka pilih kasih, emban cindhe emban siladan
(3) Kalau disayangi pimpinan jangan aji mumpung untuk hal tidak baik. (IwMM)
Disadur dari Serat Maduwasita, Ki Padmasusastra, Surakarta, 1918
0 Komentar untuk "Kisah Anjing Dan Kucing: Pola Emban Cindhe Emban Siladan"