Pada goresan pena manusia mesti punya kawan dekat (2): Kisah Garuda, Naga dan Batara Sramba diceriterakan ihwal persahabatan antara orang biasa dan orang berkedudukan tinggi yang punya sifat utama dan sembada. Sedangkan pada tulisan Manusia mesti punya kawan dekat (1): Kisah kura-kura, kera, dan ketam, menerangkan persahabatan antara dua orang yang setingkat. Maka pada posting ini dikisahkan bagaimana bila persahabatan yang telah ada itu retak.
Kisah ini sanggup dibaca pada Serat Panitisastra, karya Yasadipura II, pada pupuh ke3, tembang gambuh bait ke 4 s/d 11 selaku berikut:
(4) Ing pawong kawan tuhu, aywa kadi Sang Singa rehipun, lan Sang Wana atut arukun ing nguni, reksa rineksa akukuh, mulya kalike balero,
(5) Sayekti nora wurung, rinusak dening manusya gupuh, binabadan ginaganan dadya tegil, parandene ganjal iku, ngresula kanggonan ing mong.
(6) Iya Sang Singa iku, mangsa nuli mangiha rahayu, pasthi enggal pinaten ing manungsyeki, parandening marang ingsun, asring pangucapen awon.
(7) Mangkana singa gupuh, kesah saking ing panggenanipun, tilar wana memereng tepining tegil, tan antara gya kadulu, mring wong desa awawartos.
(8) Sanjang myang tangganipun, prapta sagagamane gumrubyug, singa sampun kinepung rinujak mati, pinurak ing manusya gung, rikang sapejahireng mong.
(9) Sang wana mari sintru, ilang kumarane sonya sampun, binabadan dening wong desa sirnanting, dene wus tanpa pakewuh, babyane wus mecethot.
(10)Tan rininga dhusun, singa wana sareng rusakipun, macan mati ganjal binabad tinegil, yeku alaning tumuwuh, bangkelan waon-waonan.
(11) Rebut reh rebut unggul, palaning tan rukun nora arus, prayogane sagung aurip puniki, darbea mahasraya nung, tegese kang winiraos.
Adapun terjemahan bebasnya selaku berikut:
PERSAHABATAN ANTARA HARIMAU DAN HUTAN
Dikisahkan bahwa pada mulanya hutan dan macan ialah dua kawan dekat karib, amat rukun dan saling menjaga. Hutan menawarkan pangan sekaligus kawasan derma bagi harimau, dan macan menjaga hutan dari gangguan tangan-tangan jail manusia. Manusia tidak segampang itu menghancurkan hutan alasannya yakni dihuni harimau.
Entah siapa yang menjadi provokator, persahabatan itu pada karenanya retak. Barangkali hutan merasa “take and give” nya lebih menguntungkan harimau. Harimau merasa sakit hati, pergilah ia dan berdomisili di tegalan pinggir hutan. Melihat macan pergi, hutan tidak berusaha mencegah, malah dalam hati mengkata-katai: “Dasar macan suka ngomong jelek, di kawasan terbuka apa kau akan selamat, niscaya dibunuh manusia. Hutan lupa akan pepatah “rukun agawe santosa, crah marahi bubrah”. Putus arang sudah, persahabatan usang antara macan dan hutan
HARIMAU DIBUNUH MANUSIA, HUTAN DIRUSAK MANUSIA
Tak usang lalu macan yang berada di tegalan pinggir desa pun tertangkap berair insan yang segera kabar-kabar ke penduduk sedesa. Rame-rame orang menjinjing senjata, macan dikepung dan menemui ajalnya. Hutan menyaksikan dari jauh “Nah, salahmu sendiri. Tanpa harimau, saya tidak patheken,” barangkali demikian pikirnya. Hutan lupa, dengan sepeninggal harimau, wibawanya pun ikut hilang. Manusia dengan leluasa masuk hutan alasannya yakni menilai hutan kini aman. Pohon-pohon pun ditebang, ladang diperluas. Harimau mati, hutan ikut mati. Manusia berpesta-pora.
LIDING DONGENG
Tak usang lalu macan yang berada di tegalan pinggir desa pun tertangkap berair insan yang segera kabar-kabar ke penduduk sedesa. Rame-rame orang menjinjing senjata, macan dikepung dan menemui ajalnya. Hutan menyaksikan dari jauh “Nah, salahmu sendiri. Tanpa harimau, saya tidak patheken,” barangkali demikian pikirnya. Hutan lupa, dengan sepeninggal harimau, wibawanya pun ikut hilang. Manusia dengan leluasa masuk hutan alasannya yakni menilai hutan kini aman. Pohon-pohon pun ditebang, ladang diperluas. Harimau mati, hutan ikut mati. Manusia berpesta-pora.
LIDING DONGENG
Pada bait ke 4 disebutkan bahwa dalam persahabatan jangan menyerupai dongeng hutan dan macan (Disebut “singa” tapi juga “mong”. Mong yakni dasanama harimau. Dalam terjemahan bebas semua saya tulis selaku “harimau”). Ketika hutan “ngresula kanggonan ing “mong” (bait 5) maka macan pun terpaksa menyingkir, “singa gupuh kesah saking panggenanipun” (bait 7). Ada duduk kasus mestinya tertuntaskan dengan semangat persaudaraan. Manusia sering lupa bahwa kebersamaan yakni kekuatan. Mestinya mereka mesti menjaga semangat “ sabaya mukti sabaya pati”, bahagia sama dinikmati, sengsara sama dijalani. Yang terjadi karenanya malah mati satu persatu alasannya yakni terpecah-belah (IwMM
0 Komentar untuk "Manusia Mesti Punya Kawan (3): Cerita Hutan, Macan Dan Manusia"