Pepindhan: Membandingkan Secara Paralel (4)

 bersifat menyangatkan tapi memakai  PEPINDHAN: MEMBANDINGKAN SECARA PARALEL (4)
Melanjutkan goresan pena Pepindhan: Membandingkan secara paralel (3), sudah diterangkan bahwa “sanepa” bersifat menyangatkan tapi memakai “pepindhan” secara terbalik, maka pepindhan bersifat tidak menyangatkan, cuma menyamakan sesuatu dengan sesuatu lainnya lewat pembanding.
 
Pembanding sanggup binatang, tumbuh-tumbuhan, kondisi alam, tokoh wayang dan lain-lain. Ciri khasnya merupakan ada kata “kaya, kadya, pindha atau lir” yang ketiganya memiliki arti “seperti”.
 
Episode ini merupakan bab terakhir dari 4 goresan pena dan isinya pepindhan yang tidak menyangkut manusia.
 
 
8. ALAM DAN LINGKUNGAN
 
DALANE MBATHOK MENGKUREP: Jalan yang permukaannya tidak rata, dengan tonjolan cembung yang sanggup dibayangkan mirip tempurung kelapa (bathok) yang ditelungkupkan
 
DALANE NGGEGER SAPI: Jaman dahulu sebelum banyak jalan aspal dan transportasi lazim masih memakai pedati yang ditarik sapi, maka bab jalan yang sering dilewati roda pedati akan lebih rendah ketimbang yang tidak kelewatan. Bagian tengah jalan dan sepanjang jalan yang tidak kelewatan roda pedati posisinya akan lebih tinggi. Bentuknya yang meninggi dan memanjang diumpamakan selaku punggung (geger) sapi.
 
PADHANGE KAYA RINA: (Rina: siang). Ada lagu dolanan jaman dulu: “padhang mbulan, padhange kaya rina”. Gambaran malam terang bulan.
 
PANASE KAYA MECAH-MECAHAKE SIRAH: Gambaran panas terik yang menyengat sehingga diumpamakan sanggup memecahkan kepala.
 
PETENGE NDUMUK IRUNG: Gambaran kondisi gelap gulita sehingga mau menjamah (ndumuk) hidung (irung) sendiri saja tidak bisa.
 
 
8. WARNA
 
ABANGE KAYA GODHONG KATIRAH: “Katirah” merupakan sejenis tumbuhan menjalar yang daunnya (godhong) berwarna merah. Warna merah yang diumpamakan mirip dauh katirah ini digunakan untuk pepindhan bagi merahnya mata orang yang sedang marah.
 
KUNING KAYA EMAS SINANGLING: Kuning mirip emas yang di’sangling” (sangling: dimengkilatkan)
 
PUTIH MEMPLAK KAYA KAPUK DIWUSONI: “Wusu” merupakan alah pemberih kapuk. “Diwusoni” merupakan membersihkan kapuk dengan “wusu”. “Memplak” merupakan gandengan kata “putih” yang punya arti menyangatkan. “Putih memplak” memiliki arti putih sekali, mirip kapuk yang “diwusoni”.
 
ULESE NGEMBANG ASEM: “Ules” merupakan warna untuk binatang. Warna “kembang asem” digunakan untuk kucing yang warnanya coklat oranye. Catatan: Untuk “kuda” dipahami kata “Ulese ngembang duren”.
 
 
9. LAIN-LAIN
 
BUAH-BUAHANSALAKE MEDHI (MASIR): Buah salak yang bagus, didalamnya (antara daging buah yang tebal dan biji) terdapat bab lunak yang terasa mirip pasir manis.
 
MAKANAN – SUGUHANE MBANYU MILI: Hidangan yang mengalir (mili) mirip air. Banyak dan tidak berhenti. Catatan: Kata “mbanyu mili” juga digunakan untuk pepindhan bagi gendhing (musik) yang mengalun tanpa kekosongan nada.
 
HUTANG – UTANGE NYUNDUL EMPYAK: Hutang yang sudah terlampau banyak diumpamakan hingga menjamah langit-langit rumah. Bisa juga dikatakan  UTANGE TURUT USUK: Sepanjang usuk rumah.
 
KAIN SOBEKSUWEKE NYANGKEM KODHOK: Gambaran kain sobek (suwek) yang lebar berupa segitiga mirip verbal katak.
 
PERBEDAAN – BEDANE KAYA BUMI KARO LANGIT: Digunakan untuk membandingkan banyak sekali kondisi yang bertolak belakang. Sifat manusia, perkembangan sebuah daerah, dll,
 
PERMUKAAN YANG HALUSALUSE KAYA SUTRA: Semua yang halus pepindhannya merupakan kain sutera.
 
 
PENUTUP
 
Dengan teladan yang sedikit ini, dengan klarifikasi yang singkat ini, semoga para pembaca yang belum memahami menjadi paham dan yang sudah lupa menjadi ingat. Contoh lain pastinya masih banyak. Orang yang memakai cincin bermata besar sanggup dibilang “ali-aline nggunung sapikul. Orang yang sanggup rejeki nomplok sanggup berkomentar “kaya ketiban cempaka sawakul” dan sebagainya.
 
 bersifat menyangatkan tapi memakai  PEPINDHAN: MEMBANDINGKAN SECARA PARALEL (4)
Bila diringkas, inti dari pepindhan merupakan membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, tapi tidak menyangatkan.
 
Pembandingnya sanggup sesuatu yang positif (misal: bathok mengkurep) sanggup pula abnormal (misal dhemit), tokoh fiksi (misal: Bathara Kamajaya) pokoknya apa saja yang sanggup dibentuk perbandingan. 
 
Hanya saja biar komunikasi tidak “blocking” maka orang yang kita ajak bicara mesti tahu pepindhan yang kita pakai. Jangan hingga kita menyampaikan “cethil (pelit) kaya Gober Bebek” kalau yang kita ajak bicara tidak pernah baca album Walt Disney. (IwanMM)





·         Pepindhan: Membandingkan secara paralel (4)

Related : Pepindhan: Membandingkan Secara Paralel (4)

0 Komentar untuk "Pepindhan: Membandingkan Secara Paralel (4)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)