Serat Sabda Tama: Pulih Duk Jaman Rumuhun


Setelah kemelut di jaman Kala Bendu maka inilah jaman yang diharapkan, “Pulih duk jaman rumuhun” yang artinya “pulih menyerupai dahulu”. R Ngabehi Ranggawarsita dalam hal ini menerangkan menyerupai apa yang dimaksud pulih ini, dalam pupuh Gambuh bait ke 15 hingga dengan 21.

Bait ke 15-16 ialah pendahuluan sirnanya jaman Kala bendu. Dikisahkan bahwa memang sudah kehendak Tuhan bahwa jaman berubah. Semua orang senang turun temurun dan demikian pula kehidupan bernegara: Rukun dengan negara lain, sekaligus disegani dalam pergaulan internasional. Bait ke 15 dan 16 selengkapnya selaku berikut:

15. Rasa wes karasuk; Kesuk musuh kala mangsanipun; Kawises kawasanira Hyang Widhi; Cahyaning wahyu tumelung; Tulus tan kena tinegor

16. Karkating tyas katuju; Jibar-jibur adus banyu wayu; Yuwanane bebuyutan tan enting; Liyan praja samyu sayuk; Keringan saenggon-enggon

Terjemahan:

(15) Rasanya sudah merasuk; Telah tiba perubahan masa; Karena kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa; Cahaya Wahyu sudah turun; Terlaksana tidak sanggup dihalangi lagi

(16) Kehendak hati yang dituju; Mengguyur tubuh dengan air “wayu” (wayu: sudah diinapkan semalam; diandalkan selaku syarat keselamatan); Keselamatannya bebuyutan hingga anak cucu tidak habis; dengan negara lain rukun; Terhormat dimana-mana.


SEMUA KEMBALI NORMAL: SEPERTI APA?

Selanjutnya pada bait ke 17 sd 21 diterangkan kehidupan wajar yang mau terjadi itu menyerupai apa. Intinya selaku berikut:

1. Luka usang sirna, siapa pun bangga dan mujur (bait 17)
2. Negara aman, tidak ada maling (Bait 18)
3. Orang jahat insyaf (bait 19)
4. Semua orang rajin, taat aturan, atas dan bawah sehati (bait 20)
5. Sifat manusia: Teteg, teguh, tanggon (bait 21)

Bait ke 17 sd 21 selengkapnya yakni selaku berikut:

17. Tatune kabeh tuntun; Lelarane waluya sadarum; Tyas prihatin ginantun suka mrepeki; Wong ngantuk anemu kethuk; Isine dinar sabokor

18. Amung padha tinumpuk; Nora ana rusuh colong jupuk; Raja kaya cinancangan angeng nyawi; Tan ana nganggo tinunggu; Parandene tan cinolong

19. Diraning durta katut; Anglakoni ing panggawe runtut; Tyase katrem kayoman hayuning budi; Budyarja marjayeng limut; Amawas pangesthi awon

20. Ninggal pakarti dudu; Pradapaning parentah ginugu; Mring pakaryan saregep tetep nastiti; Ngisor dhuwur tyase jumbuh; Tan ana wahon winahon

21. Ngratani sapraja agung; Keh sarjana sujana ing kewuh; Nora kewran mring caraka agal alit; Pulih duk jaman runuhun; Tyase teteg teguh tanggon

Adapun terjemahannya:

(17) Semua luka hilang; Semua penyakit sembuh; Hati yang prihatin berganti gembira; Orang mengantuk mendapatkan kethuk (baca: Thenguk-thenguk nemu kethuk); Isinya dinar satu bokor.

(18) Terjemahan: Semuanya cuma ditumpuk; Tidak ada yang berbuat rusuh mencuri; Binatang ternak diikat di luar; Tidak dijaga; Walau demikian tidak ada yang dicuri

(19)  Orang yang berbuat jahat ikut; Menjalani perbuatan baik; Hatinya merasa diayomi oleh kebaikan budi; Budi yang bagus sanggup mengalahkan yang jahat

(20) Pekerjaan tidak baik ditinggalkan; Aturan-aturan pemerintah ditaati; Dalam pekerjaan semua tekun dan sungguh-sungguh; Atas dan bawah sehati; Tidak ada yang saling mencela

(21)  Merata diseluruh negara agung; Banyak kaum cerdas pandai sibuk;tidak kesusahan menghadapi orang-orang yang berangasan maupun halus; Kembali menyerupai jaman dulu; Hatinya “teteg teguh tanggon (baca: Tatag, teteg, Tangguh, Tanggon, Tanggap danTutug).


PENUTUP

Itulah jaman yang ditunggu-tunggu kedatangannya pada sebuah di saat nanti. Kapankah itu? Dalam bait ke 14 disebutkan:

Supaya pada emut; Amawasa benjang jroning tahun; Windu kuning kono ana wewe putih; Gegamane tebu wulung; Arsa angrebaseng wedhon

Banyak yang mengatakan  bait ini yakni ramalan. Ki Pujangga menulisnya dalam bahasa perlambang. Saya tidak berani “ngonceki” bait ini, aku juga dihinggapi keraguan Ranggawarsita yang diungkap pada bait ke tujuh pupuh Gambuh yang sudah aku terjemahkan pada goresan pena Serat Sabda Tama: Selain aji mumpung apa lagi?

7. Galak gangsuling tembung; Ki Pujangga panggupitanipun; Rangu-rangu pamanguning reh harjanti; Tinanggap prana tumambuh; Katenta nawung prihatos

Yang terang pada masa tersebut yang di goresan pena lain disebut "jaman Kala Suba" kira-kira “aji mumpung” sudah tidak populer lagi. Kondisi negara dan penduduk menyerupai yang diucapkan Ki Dhalang dalam pagelaran wayang kulit: “Tata titi tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi” dan seterusnya. Semuanya bergantung pada kita. Mau apa tidak. (IwMM)

Related : Serat Sabda Tama: Pulih Duk Jaman Rumuhun

0 Komentar untuk "Serat Sabda Tama: Pulih Duk Jaman Rumuhun"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)