Semua orang niscaya tahu apa yang disebut “aji mumpung”, yakni citra orang yang memanfaatkan potensi untuk kebutuhannya sendiri. Dalam bahasa kini kurang lebihnya dibilang selaku orang yang menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi.
Bila “jaman edan” telah ada pada jaman Ranggawarsita (baca Serat Kalatidha dan Serat Sabda Tama: jaman kala bendu) maka “aji mumpung” pun telah ada pada masa itu, yang disebut selaku "jaman Kalabendu". Disebutkan oleh R Ngabehi Ranggawarsita, dalam Serat Sabdatama, pupuh Gambuh bait ke empat dan lima selaku berikut:
4. Beda kang ngaji mumpung; Nir berhati-hati rubedane tutut; kakinthilan manggon anggung atut wuri; Tyas riwut ruwet dahuru; Korup sinerung anggoroh
5. Ilang budayanipun; Tanpa bayu weyane ngalumpuk; Sakciptane wardaya ambebayani; Ubayane nora payu; Kari ketaman pakewoh
Terjemahannya kurang lebih selaku berikut:
4. Lain dengan yang ngaji mumpung; hilang kewaspadaan, duduk kendala senantiasa bersamanya; Mengikuti terus dari belakang; Hati amat bernafsu, ruwet, tidak tenteram; tidak setia menyembunyikan dusta
5. Hilang tatasusilanya; lemah dan amat sembrono; apa yang dipikirkan berbahaya; janjinya tidak dipercaya; alhasil akan memperoleh masalah
Disini R Ng Ranggawarsita mengingatkan orang-orang yang “Ngaji-aji mumpung” ini, selaku orang yang lupa daratan dan kehilangan nalar sehatnya. Jiwanya lemah. Tidak ada yang yakin dan bahwasanya hidupnya juga tidak tenteram. Pada alhasil beliau akan menuai masalah.
Contoh-contoh aji mumpung antara lain:
Mumpung berkuasa kemudian menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi; Mumpung menang, kemudian adikara terhadap yang dikalahkan; Mumpung cerdik kemudian mempergunakan kepandaiannya untuk hal-hal tidak baik; Mumpung masih muda dan ganteng kemudian merasa paling hebat; Mumpung kaya kemudian angkuh dan merendahkan orang kecil
Masih banyak “mumpung-mumpung” yang lain yang arahnya mempergunakan peluang dengan pengutamaan pada penyalahgunaan, dan apa yang diperoleh merupakan untuk kepentingan diri sendiri. Misalnya mumpung boss tidak ada maka kita sanggup membolos. Walau demikian pemahaman “mumpung” yang bagus juga bukannya tidak ada. Dalam pelajaran management ada kata-kata “Strike while the iron still hot”. mempergunakan momentum. Mumpung boss sedang semangat-semangatnya maka ajuan kita masukkan. Tapi bila ajuan itu menciptakan budget dan kita salahgunakan, maka namanya kembali jadi “aji mumpung”.
Satu-satunya “mumpung” yang paling manis dan tidak sanggup diplintir-plintirkan merupakan kata “mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane ” yang pernah aku tulis dalam dalam “Tembang Ilir-Ilir” (IwMM)
Dilanjutkan ke Aji mumpung dalam paribasan Jawa
0 Komentar untuk "Serat Sabdatama: Aji Mumpung"