Tulisan ini yaitu lanjutan dari Serat Wedhatama: “Triprakara” pegangan ksatria Jawa. Pada pupuh Pocung bait ke 10 dan 11 sanggup ditarik kesimpulan bahwa Triprakara tersebut yaitu “LILA, TRIMA DAN LEGAWA”. Anak muda selaku generasi penerus pasti dibutuhkan sanggup menyebabkan tiga hal tersebut selaku pegangan.
Terkait dengan TRIPRAKARA yang menjadi pegangan "Ksatria Jawa ini, maka para ksatria yang telah memiliki mental "Lila, Trima dan Legawa benar-benar merupakan orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Agung seumpama disebutkan pada bait ke 12 "Bathara gung inguger graning jejantung". Ia menyatu dengan Allah dan taat bersungguh-sungguh beribadah (jenek Hyang Wisesa; Sana pasenetan suci). Tidak seumpama si orang muda yang mengumbar nafsu angkara (Nora kaya si mudha mudhar angkara). Lengkapnya bait ke 12 selaku berikut:
Kepada anak muda Sri Mangkunegara IV mengingatkan untuk tidak mengumbar nafsu angkara. Salah satu nafsu angkara yang dimaksud yaitu jangan banya mulut kosong (karem anguwus-uwus, uwose tan ana) seumpama disebutkan dalam bait selanjutnya (bait 13) selaku berikut:
Janganlah menjadi orang yang suka sekali bicara (karem anguwus-uwus) tetapi isinya tidak ada (uwose tan ana). Hari-hari marah-marah (mung jangjine muring-muring), seumpama raksasa pemarah (buta buteng) yang suka menganiaya (betah nganiaya)
Kalau kita lihat TV kini ini banyak anak muda tawuran. Bisa antar sekolah, antar kampung atau antar kelompok. Mungkin benar juga, anak muda dalam darah mudanya yang masih panas, suka omong yang tidak ada isinya. Kemudian bertingkah seumpama raksasa yang suka murka dan menganiaya.
Kiranya anak muda perlu introspeksi dua hal: (1) Apakah karem anguwus-uwus yang tidak ada uwosnya dan (2) bertingkah seumpama buta buteng yang suka berkelahi.
Mengenai omong besar plus kemaki ini juga disebut Sri Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur bait ke 6: “Pindha padhane si mudha; Prandene paksa kumaki”, dapat dibaca pada Serat Wedhatama: Menasihati para muda , sedangkan pemahaman "kumaki" sanggup dibaca pada goresan pena "kumenthus dan kumaki" (IwMM)
Kalau kita lihat TV kini ini banyak anak muda tawuran. Bisa antar sekolah, antar kampung atau antar kelompok. Mungkin benar juga, anak muda dalam darah mudanya yang masih panas, suka omong yang tidak ada isinya. Kemudian bertingkah seumpama raksasa yang suka murka dan menganiaya.
Kiranya anak muda perlu introspeksi dua hal: (1) Apakah karem anguwus-uwus yang tidak ada uwosnya dan (2) bertingkah seumpama buta buteng yang suka berkelahi.
Mengenai omong besar plus kemaki ini juga disebut Sri Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur bait ke 6: “Pindha padhane si mudha; Prandene paksa kumaki”, dapat dibaca pada Serat Wedhatama: Menasihati para muda , sedangkan pemahaman "kumaki" sanggup dibaca pada goresan pena "kumenthus dan kumaki" (IwMM)
0 Komentar untuk "Serat Wedhatama: Anak Muda Jangan Mudhar Angkara Dan Karem Anguwus-Uwus Yang Uwosnya Tan Ana"