Harga Bbm Naik, Pamor Kereta Pengangkut Bbm Tak Pernah Naik

 Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah NaikNun jauh disana, tepatnya 165 kilometer arah barat kota Semarang, yaitu stasiun kereta api Tegal, Naslam (50) sudah berkemas-kemas duduk dalam kabin lokomotif CC20146. Hari ahad (27/2/05) yang lalu, Naslam bareng tiga rekannya akan mengirimkan 16 gerbong KA Pertamina dari Tegal menuju Maos, Cilacap.

Selaku masinis, Naslam sudah sudah biasa mengemudikan rangkaian kereta ketel westinghouse (KKW) tersebut. Sementara Naslam menyalakan mesin CC20146, Sugiarto (52) dan Tjawan (52), dengan teliti menilik bogie rengkaian KKW, tak terkecuali rantai pengait antar gerbong. Keduanya memsatikan jangan hingga ada baut yang longgar, kebebasan suatu baut dapat berakibat fatal pada perjalanan sepanjang 135 kilometer tersebut.

 Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah NaikSiang itu, kegundahan dan kecemasan akan peningkatan harga materi bakar minyak (BBM) per 1 Maret 2005 sama sekali tak terlihat di tampang Naslam. Entah alasannya merupakan selaku seorang masinis yang gajinya tidak sebesar pilot pesawat terbang, Naslam terlihat santai mengemudikan CC20146. Dalam obrolannya hari itu, ia tidak menyinggung sedikitpun warta peningkatan harga BBMyang memusingkan kepala banyak orang.

Tepat pukul 11.00, rangkaian KW Pertamina itu perlahan-lahan  Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah Naikmeninggalkan jalur tiga stasiun Tegal. Semboyan 40 dan 41, tanda KA kondusif untuk diberangkatkan disambut Naslam dengan semboyan 35 yang khas, suara klakson lokomotif. Seiring peluit petugas perjalanan kereta api (PPKA) Tegal berbunyi, Naslam dengan gesit memukau tuas throtle CC20146 dan ular besi itu pun melaju dengan kecepatan sekitar 60 kilometer per jam.

“Selama 24 tahun, saya bertugas di Cilacap mengerjakan lokomotif D301. Saya mengawali karir  Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah Naiksebagai pegawai KA pada 1973. Tahun 1975, saya mulai mengemudikan lokomotif uap hitam semacam C28, D52, CC50 dan D51. Sekarang saja, alasannya merupakan tidak ada lokomotif uap yang beroperasi lagi, saya mengemudiklan lokomotif diesel”, tutur Naslam panjang lebar sembari matanya tetap menatap lurus ke depan.

Sepanjang perjalanan itu, Naslam tidak sedikit pun melepaskan persepsi ke arah jendela depan lokomotif. Setiap mendekati darerah perlintasan, Naslam dan tangan kanan masinisnya yang duduk di segi kiri kabin bergantian membunyikan klakson lokomotif. Laju rangkaian KA itu pun sedikit diperlambat bila mendekati perlintasan maupun kelokan-kelokan lintasan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.

 Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah NaikPandangan Naslam siang itu memang cuma sebatas segi kanan rel, ia tidak bisa leluasa memandangi semua sudut lintasan rel alasannya merupakan moncong CC20146 sepanjang lebih kurang 10 meter itu mencegah jarak pandangnya. Untungnya, cuaca cerah sepanjang lintasan Tegal-Prupuk mempermudah Naslam mengemudikan KKW tersebut.

Memasuki tempat Linggapura, curahan air hujan mulai membasahi badan KKW. Mau tak mau, Naslam mesti lebih berhati-hati mengemudikan lokomotif diesel produksi General Electric itu, wiper lokomotif yang tak berfungsi dengan baik menghasilkan Naslam dan asistennya mesti sungguh-sungguh cermat memperhatikan lintasan rel yang dilalui.

“Menjadi masinis banyak suka maupun dukanya. Kalau menjadi masinis KA barang, kami haru Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah Naiks banyak menyerah kepada KA penumpang yang melintas. Jelasnya juga tidak ada jatah makan selama perjalanan. Tatapi, tangung jawabnya sama saja memutuskan penumpang maupun barang datang sempurna waktu dan selamat di tujuan”, tuturnya.

Tiba di stasiun Karangsari, KKW Pertaminha yang dikemudikan Naslam berhenti sesaat. Tampak dibelakang lokomotif, Sugiarto dan Tjawan berlangsung dari arah belakang rangkaian hingga ke bersahabat lokomotif untuk menganalisa keadaan pengait antar gerbong. Selaku kondektur pemimpin (KP) selama perjalanan itu, Sugiarto bertanggung jawab kepada kesiapan teknis rangkaian KA dari stasiun keberangkatan hingga di tempat tujuan.

 Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah Naik“Paling sukar apabila mesin lokomotif rusak ditengah jalan, terlebih bial radio panggil di kabin lokomotif juga tidak berfungsi. Kami mesti berlangsung kaki ke stasiun terdekat untuk melaporkan kerusakan dan meminta pertolongan”, tutur Sugiarto.

Pengalaman berlangsung kaki itu pernah dicicipi Sugiarto di saat lokomotif KKW itu gadat di bersahabat jembatan Bumiayu, ia terpaksa berlangsung kaki menyusuri lintasan rel sekitar lima kilometer meraih stasiun terdekat. Jarak itu mau tidak mau ditempuhnya, mengingat lokasi lokomotif mogok itu kebetulan jauh dari jalan raya.

Baik Sugiarto maupun Tjawan selama perjalanan siang itu mesti selalu berada di gerbong KKW. Jangan bayangkan gerbong KKW itu layaknya gerbong penumpang. Tanpa atap peneduh dan dinding, keduanya bangun maupun duduk di lantai gerbong sembari terik matahari dan curahan hujan menghujam badan mereka.

Tjawan selaku petugas rem dalam rombongan itu dituntut dilarang lengah sedikit pun. Meski hujan deras, telinganya mesti was-was padamendengarkan menjelaskan dari masinis melalui lengkingan klakson lokomotif. Salah mengartikan menjelaskan yang didengar, dapat berakibat kecelakaan fatal pada keseluruhan rangkaian ular besi itu.

 Naslam bareng  tiga rekannya akan mengirimkan  Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah NaikBagi Naslam, Sugiarto, dan Tjawan, perjalanan mereka terasa biasa dan tidak ada istimewanya. Padahal, komoditas yang mereka angkut tiap harinya itu merupakan napas hidup semua orang, baik orang kaya maupun orang miskin. Sayangnya, kiprah dan jasa mereka bertiga kerap menguap begitu saja dari benak kita, menguap bareng kecemasan harga BBM yang semakin membumbung.





Tulisan diambil dari:
Kompas edisi Jawa Tengah, 10 Maret 2005

Related : Harga Bbm Naik, Pamor Kereta Pengangkut Bbm Tak Pernah Naik

0 Komentar untuk "Harga Bbm Naik, Pamor Kereta Pengangkut Bbm Tak Pernah Naik"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)