Kadang-kadang kalau mendapatkan “quotes” dari orang-orang yang berasal dari negeri “Ngatasangin” aku coba cari padanan meskipun sedikit dipadan-padankan, apa ada sebutan bahasa Jawanya. Ternyata ya ada saja. Arnold Glason (1905-1998) ia orang Amerika. Tentunya tidak bilang “pupur sadurunge benjut” tetapi kalau didalami, ya seumpama itu kira-kira yang ia sampaikan.
Glason seorang “humorist” Amerika yang terkenal pada jamannya. Salah satu aktifitasnya merupakan selaku kontributor tetap pada “humor section” dalam majalah Reader’s Digest. Kata-katanya yang aku catat adalah: “One of the test of leadership is to recognize a problem before it becomes an emergency”. Tejemahan bebasnya kurang lebih: “Salah satu cobaan kepemimpinan merupakan bisa memahami sebuah duduk persoalan sebelum kondisi menjadi darurat”. Sebuah pesan yang jelas, sesuai dengan kepribadian orang barat yang “assertive”.
Berarti orang mesti senantiasa menjalankan evaluasi situasi. Dulu aneka macam penataran tentang hal-hal ini. Kita belajar analisis SWOT untuk memahami Kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Kita mesti mengenal ATHG, ancaman, tantangan, persoalan dan gangguan. Dalam ilmu kedokteran kita kenal “Promotive & Preventive Medicine” guna mengembangkan kesehatan biar tidak sakit. Bahkan menjalankan “Surveillance epidemiology”, yakni penelitian penyakit berbasis orang, waktu dan tempat. Dengan demikian kita sanggup menjalankan tindakan yang tepat, pada waktu, kawasan dan orang yang sempurna sebelum menjadi duduk persoalan kesehatan baik keluarga maupun masyarakat.
Orang Jawa sebenarnya juga mempunyai pitutur yang disampaikan secara tidak langsung: “Pupur sadurunge benjut” (Pupur: bedak, param; Sadurunge: Sebelum; Benjut: bisul khusus di kepala respon terantuk atau terpukul). Bukan bermakna kalau ada risiko “benjut” kemudian kita pergi kemana-mana dengan param obat teroles di jidat kita. Maksud nenek moyang kita merupakan biar kita menjalankan tindakan prevensi sebelum hal-hal itu menjadi duduk persoalan besar. Bagaimana kita menjalankan prevensi pastinya dengan mengenal duduk persoalan sebelum terjadi masalah.
Di jalan kampung (banyak aku peroleh di Surabaya) ada goresan pena “Ngebut benjut”. Berarti meskipun jalan kampung itu sepi, jangan kenceng-kenceng kalau naik motor. Siapa tahu goresan pena itu serius. Ada juga goresan pena nyeleneh di beling belakang kendaraan beroda empat yang jalan nguler kambang: “nyalip benjut”. Apa akan muncul duduk persoalan kalau disalip? Kira-kira ini kok guyon, ya disalip saja.
Sekarang bulan Nopember, telah mulai hujan. Masalah demam isu hujan di bidang kesehatan antara lain “demam berdarah”. Petugas Kesehatan gencar menjalankan penyuluhan untuk menjalankan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Banyak juga yang tidak mengindahkan, wong nyatanya tidak apa-apa. Kalau sakit, ada dokter, ada rumah sakit. Ketika anaknya terjangkit demam berdarah, ternyata jelalatan juga. Anaknya opname, mesti nungguin, masih ada ongkos dan waktu yang semestinya tidak terbuang. Itu namanya “pupur sawise benjut” dan memang “pupur sawise benjut” lebih realis ketimbang “pupur sadurunge benjut”. Kepala abuh sebab terantuk, kita gosok pakai param kocok. Akibatnya dimanapun dan kapanpun kita senantiasa lengah. (IwM)
Orang Jawa sebenarnya juga mempunyai pitutur yang disampaikan secara tidak langsung: “Pupur sadurunge benjut” (Pupur: bedak, param; Sadurunge: Sebelum; Benjut: bisul khusus di kepala respon terantuk atau terpukul). Bukan bermakna kalau ada risiko “benjut” kemudian kita pergi kemana-mana dengan param obat teroles di jidat kita. Maksud nenek moyang kita merupakan biar kita menjalankan tindakan prevensi sebelum hal-hal itu menjadi duduk persoalan besar. Bagaimana kita menjalankan prevensi pastinya dengan mengenal duduk persoalan sebelum terjadi masalah.
Di jalan kampung (banyak aku peroleh di Surabaya) ada goresan pena “Ngebut benjut”. Berarti meskipun jalan kampung itu sepi, jangan kenceng-kenceng kalau naik motor. Siapa tahu goresan pena itu serius. Ada juga goresan pena nyeleneh di beling belakang kendaraan beroda empat yang jalan nguler kambang: “nyalip benjut”. Apa akan muncul duduk persoalan kalau disalip? Kira-kira ini kok guyon, ya disalip saja.
Sekarang bulan Nopember, telah mulai hujan. Masalah demam isu hujan di bidang kesehatan antara lain “demam berdarah”. Petugas Kesehatan gencar menjalankan penyuluhan untuk menjalankan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Banyak juga yang tidak mengindahkan, wong nyatanya tidak apa-apa. Kalau sakit, ada dokter, ada rumah sakit. Ketika anaknya terjangkit demam berdarah, ternyata jelalatan juga. Anaknya opname, mesti nungguin, masih ada ongkos dan waktu yang semestinya tidak terbuang. Itu namanya “pupur sawise benjut” dan memang “pupur sawise benjut” lebih realis ketimbang “pupur sadurunge benjut”. Kepala abuh sebab terantuk, kita gosok pakai param kocok. Akibatnya dimanapun dan kapanpun kita senantiasa lengah. (IwM)
0 Komentar untuk "Pupur Sadurunge Benjut"