Serat Wulangreh: Tuladha Dari Kluwak



Tentang buah ini, ada banyak sekali penulisan dengan pengucapan yang nyaris sama: Keluwek, kaluwak, keluak, kluwek, kluak. Daerah yang berbudaya Melayu jikalau tidak salah menyebut dengan nama “Kepayang”, sehingga timbul perumpamaan “mabuk kepayang” (biji kluwak yang masih muda jikalau mencucinya tidak benar sanggup memabokkan sehingga membuat pusing). Dalam bahasa Jawa biji kluwak muda disebut Pucung. Apapun namanya dalam bahasa daerah, nama ilmiah pohon kluwak merupakan “Pangium edule”

Bila kita bicara kluwak selaku bumbu makanan, umpamanya rawon, dengan warna hitamnya yang khas, maka kluwak bau tanah merupakan yang paling bagus. Kluwak sanggup berasa pahit jikalau berasal dari buah yang masih muda. Tip untuk menegaskan keluak bau tanah adalah: Ringan, jikalau diguncang akan “berbunyi” alasannya merupakan daging buah sudah berkurang dan terpisah dari kulit buah yang keras.Demikian jikalau kita bicara kluwak selaku bumbu.


MENGAMBIL KLUWAK SEBAGAI TAULADAN


Lain halnya dengan “pepindhan” kluwak selaku pitutur yang terdapat pada Serat Wulangreh Karya Sunan Pakubuwana IV. Pada bait terakhir (27) pupuh Wirangrong (gambar sebelah).

Saya garis bawahi kalimat “tutur tanpa dhapur” yang sanggup diartikan “nasihat tanpa wajah”. Wajah pastinya milik manusia. Nasihat tanpa muka memiliki arti bukan dari insan (jangan cepat-cepat menilai dari “makhluk halus”). Penjelasannya ada pada baris terakhir “Kaya pucung lan kaluwak”. Di atas sudah diterangkan bahwa pucung merupakan kluwak muda. Jadi: teladanilah pucung dan kluwak. Adapun pada baris sebelumnya dijelaskan, jikalau hal ini baik (yen bakale becik), maka dipakai akan memberi faedah (den anggo weh muphangat). Sekaligus kata “pucung” pada bait terakhir sekar Wirangrong memberi sasmita bahwa pada pupuh berikutnya, yaitu pupuh ke 9, akan beralih ke sekar Pocung.


MUDA BERSATU TUA BERPISAH

Marilah kita lihat Pupuh (metrum) ke 9, sekar Pucung, bait ke 1 sd 3 tentang hakekat buah keluak yang pada masa muda bersatu dengan kulitnya dan setelah bau tanah masing-masing berpisah, selaku berikut:


Bait pertama ini menerangkan hakekat pucung dan kluwak. Waktu masih muda (kulit buah dan daging buah) menyatu, selelah bau tanah berpisah.

Bait ke dua memaknai hakekat kluwak dan pucung: Bagaimanapun upayakan jangan hingga berpisah menyerupai masa muda dulu. Waktu muda bersatu setelah bau tanah pun mesti bersatu.

Selanjutnya pada bait ke tiga Sri Pakubuwana IV mengingatkan apa akibatnya kalau kita tidak bersatu: Tersebar hidup sendiri-sendiri dan akhirnya cuma jadi bumbu pindhang.

Rupanya Sri Sunan Pakubuwana IV sudah menengarai bahwa banyak kawan sepermainan pada masa kanak-kanak atau masa muda setelah cukup umur justru menjadi seteru, musuh berkelahi.

Catatan:

Banyak masakan “pindhang berbumbu kluwak. Bila kita mendengar kata Pindhang lulang” maka hal ini merupakan wangsalan yang tujuannya “krecek” (Krecek merupakan masakan yang tebuat dari “lulang” atau kulit sapi).

Baris terakhir ada yang kutipannya beda, tetapi  dari segi guru wilangan, guru lagu serta makna tidak salah. Dari segi kebenaran goresan pena perlu merujuk ke naskah aslinya.


MANUSIA HARUS BERSATU

Adapun pada bait ke 4 hingga dengan 6 Sri Susuhunan menekankan pentingnya "bersatu" dan faedah punya banyak saudara, selaku berikut:


 Bait ke 4 sd 6 menerangkan faedah persaudaraan dan persatuan.

(4) Persaudaraan jangan terpisah dalam segala hal; Dilihat orang akan lebih “prayoga”.

(5) Berat ringannya orang banyak saudara, ringan alasannya merupakan masing-masing berpikir-sendiri-sendiri dan berat jikalau mesti saling membantu.

(6) (Tetapi) banyak kerabat itu lebih kokoh. Satu banding seratus (ji-tus) punya banyak kerabat lebih baik ketimbang sendirian.

Demikianlah, bila sebuah ketika kita berkunjung ke sebuah kawasan dan menikmati masakan khas kawasan (banyak sekali) yang menggunakan kluwak selaku bumbunya, marilah kita ketahui makna kluwak dibalik “mak nyuss”nya verbal mengatakan ketika pengecap bergoyang (IwMM)

Related : Serat Wulangreh: Tuladha Dari Kluwak

0 Komentar untuk "Serat Wulangreh: Tuladha Dari Kluwak"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close