SOSOKNYA paling dicari dikala sejumlah akademisi dan tokoh yang lazimnya para ibu mengajukan ke Mahkamah Konstitusi (MK) agar para pengidap lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dieksekusi penjara optimal 5 tahun. Beliau yakni Bunda Prof Dr Euis Sunarti.
Euis dan para ibu itu pasti tak jahat terhadap LGBT. Karena LGBT sejatinya sanggup disembuhkan, sehingga tak semestinya kecenderungan itu diperturutkan.
Menurut Euis dan kawan-kawan, homoseksual haruslah dihentikan tanpa membedakan batas-batas usia korban, baik masih belum cukup umur atau sudah dewasa. Sehingga para pelaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dikenakan Pasal 292 kitab undang-undang hukum pidana dan dipenjara optimal 5 tahun.
Euis dipahami selaku Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB, pendiri Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT-PRB), Koordinator Penelitian FPT-PRB, menjadi inisiator dan deklarator pendirian Platform Nasional (PLanas) PRB, Ketua Kelompok Kerja sociodemografi IABI (Ikatan Ahli Bencana Indonesia), dan menjabat Dewan Pengarah Planas PRB (2015-2017).
Secara insidentil Euis yang karib disapa Bunda ini menjadi narasumber aneka macam pelatihan dan workshop di BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Bappenas.
Bunda Euis yakni Guru Besar dan profesor di bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Perhatiannya pada duduk kasus keluarga mendorongnya untuk aktif melakukan suaka generasi bangsa walaupun dengan tantangan yang pasti tidak ringan.
Sehari-hari Euis mengajar di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Ia menjadi dosen IPB sejak 1987 dan sejak 2000 melakukan observasi dan menulis mengenai Ketahanan-kesejahteraan-pemberdayaan keluarga, juga ekologi keluarga.
Perempuan kelahiran Bandung, 18 Januari 1965 itu pernah meluncurkan tiga buah buku Family Kit Ketahanan Keluarga, Buku Potret Ketahanan Keluarga Indonesia di Wilayah Khusus dan Potret Ketahanan Keluarga menurut Keragaman Pola Nafkah pada 2013.
Ia juga aktif di aneka macam lembaga akademik internasional seumpama International Community, Work, Family (CWF) di Sydney dan Konferensi International Work Family Researcher Network (WFRN) di New York.
Beliau figur pembelajar yang patut diteladani. Meskipun bergelar selaku Guru Besar dan akademisi dengan gelar profesor yang disandangnya. Beliau tetap rendah hati. Tak selektif orang untuk berbagi.
Bahkan pada pagi hari ini, Selasa, 31 Juli 2018, Bunda Euis didapuk menjadi narasumber dalam suatu pelatihan mengenai generasi millenial digital di Kota Depok. Di hadapan belum dewasa muda.
Dia menjadi salah satu narasumber dari tiga orang narasumber. Uniknya, dua orang narasumber yang lain yakni pelajar. Keduanya anak anak hebat dengan capaian prestasi yang sudah sukses diraihnya.
Makara tidak melulu ilmuan terlebih yang sudah memiliki sederet prestasi dan legalisasi akademik itu enggak mau duduk bareng sama anak SMP/SMA. Nongkrong bareng. Diskusi bersama.
Bunda Euis Sunarti sudah menunjukkannya. Beliau begitu peduli dan tak canggung "turun gunung" sekedar untuk bersua dengan anak anak remaja.
Barangkali itu juga yang menjadi resep abadi muda beliau. Meskipun usianya sudah klasifikasi "nenek", dia tetap terlihat bersahaja, cantik, muda, dan bercahaya. Sosok pemikir yang tak pernah letih menyebarkan inspirasi.
Semangatnya tak pernah pudar untuk bareng dengan unsur penduduk meneguhkan ketahanan keluarga Indonesiia, terlebih jikalau menyangkut terkait dengan berkembang kembang generasi muda.
Ibu yang bergelar profesor ini tak pernah merasa canggung untuk duduk berdiskusi bareng dengan belum dewasa remaja.
Kita butuh Bunda Euis yang lain yang terus menyuarakan pentingnya gerakan ketahanan keluarga demi merawat martabat dan peradaban bangsa yang berlandas pada nilai-nilai luhur agama sebagaimana dengan terang termaktub dalam Sila Pertama Pancasila.
Atas perhatiannya yang tinggi terhadap ketahanan keluarga dan bangsa serta kepeduliannya terhadap berkembang kembang generasi muda, Eusi Sunarti pantas menyandang predikat selaku "Bundanya Anak-anak Indonesia".
Peneliti dan penulis mengenai ketahanan-kesejahteraan-pemberdayaan keluarga, juga ekologi keluarga ini, tak pernah letih menyebarkan inspirasi.
Kita doakan mudah-mudahan Bunda Euis senantiasa dalam kesehatan, keberkahan, keamanan bareng dengan anggota keluarganya sehingga sanggup terus mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan agama dan bangsa Indonesia tercinta.
DEVINA SETIAWAN Sumber https://www.parentnial.com/
Euis dan para ibu itu pasti tak jahat terhadap LGBT. Karena LGBT sejatinya sanggup disembuhkan, sehingga tak semestinya kecenderungan itu diperturutkan.
Menurut Euis dan kawan-kawan, homoseksual haruslah dihentikan tanpa membedakan batas-batas usia korban, baik masih belum cukup umur atau sudah dewasa. Sehingga para pelaku lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dikenakan Pasal 292 kitab undang-undang hukum pidana dan dipenjara optimal 5 tahun.
Euis dipahami selaku Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB, pendiri Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT-PRB), Koordinator Penelitian FPT-PRB, menjadi inisiator dan deklarator pendirian Platform Nasional (PLanas) PRB, Ketua Kelompok Kerja sociodemografi IABI (Ikatan Ahli Bencana Indonesia), dan menjabat Dewan Pengarah Planas PRB (2015-2017).
Secara insidentil Euis yang karib disapa Bunda ini menjadi narasumber aneka macam pelatihan dan workshop di BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Bappenas.
Bunda Euis yakni Guru Besar dan profesor di bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Perhatiannya pada duduk kasus keluarga mendorongnya untuk aktif melakukan suaka generasi bangsa walaupun dengan tantangan yang pasti tidak ringan.
Sehari-hari Euis mengajar di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Ia menjadi dosen IPB sejak 1987 dan sejak 2000 melakukan observasi dan menulis mengenai Ketahanan-kesejahteraan-pemberdayaan keluarga, juga ekologi keluarga.
Perempuan kelahiran Bandung, 18 Januari 1965 itu pernah meluncurkan tiga buah buku Family Kit Ketahanan Keluarga, Buku Potret Ketahanan Keluarga Indonesia di Wilayah Khusus dan Potret Ketahanan Keluarga menurut Keragaman Pola Nafkah pada 2013.
Ia juga aktif di aneka macam lembaga akademik internasional seumpama International Community, Work, Family (CWF) di Sydney dan Konferensi International Work Family Researcher Network (WFRN) di New York.
Beliau figur pembelajar yang patut diteladani. Meskipun bergelar selaku Guru Besar dan akademisi dengan gelar profesor yang disandangnya. Beliau tetap rendah hati. Tak selektif orang untuk berbagi.
Bahkan pada pagi hari ini, Selasa, 31 Juli 2018, Bunda Euis didapuk menjadi narasumber dalam suatu pelatihan mengenai generasi millenial digital di Kota Depok. Di hadapan belum dewasa muda.
Dia menjadi salah satu narasumber dari tiga orang narasumber. Uniknya, dua orang narasumber yang lain yakni pelajar. Keduanya anak anak hebat dengan capaian prestasi yang sudah sukses diraihnya.
Makara tidak melulu ilmuan terlebih yang sudah memiliki sederet prestasi dan legalisasi akademik itu enggak mau duduk bareng sama anak SMP/SMA. Nongkrong bareng. Diskusi bersama.
Bunda Euis Sunarti sudah menunjukkannya. Beliau begitu peduli dan tak canggung "turun gunung" sekedar untuk bersua dengan anak anak remaja.
Barangkali itu juga yang menjadi resep abadi muda beliau. Meskipun usianya sudah klasifikasi "nenek", dia tetap terlihat bersahaja, cantik, muda, dan bercahaya. Sosok pemikir yang tak pernah letih menyebarkan inspirasi.
Semangatnya tak pernah pudar untuk bareng dengan unsur penduduk meneguhkan ketahanan keluarga Indonesiia, terlebih jikalau menyangkut terkait dengan berkembang kembang generasi muda.
Ibu yang bergelar profesor ini tak pernah merasa canggung untuk duduk berdiskusi bareng dengan belum dewasa remaja.
Kita butuh Bunda Euis yang lain yang terus menyuarakan pentingnya gerakan ketahanan keluarga demi merawat martabat dan peradaban bangsa yang berlandas pada nilai-nilai luhur agama sebagaimana dengan terang termaktub dalam Sila Pertama Pancasila.
Atas perhatiannya yang tinggi terhadap ketahanan keluarga dan bangsa serta kepeduliannya terhadap berkembang kembang generasi muda, Eusi Sunarti pantas menyandang predikat selaku "Bundanya Anak-anak Indonesia".
Peneliti dan penulis mengenai ketahanan-kesejahteraan-pemberdayaan keluarga, juga ekologi keluarga ini, tak pernah letih menyebarkan inspirasi.
Kita doakan mudah-mudahan Bunda Euis senantiasa dalam kesehatan, keberkahan, keamanan bareng dengan anggota keluarganya sehingga sanggup terus mengabdikan dirinya untuk kemaslahatan agama dan bangsa Indonesia tercinta.
DEVINA SETIAWAN Sumber https://www.parentnial.com/
0 Komentar untuk "Euis Sunarti, Profesor Bagus Dan Bundanya Bawah Umur Indonesia"