Siklus reproduksi pada binatang khususnya binatang ruminansia merupakan periode antara proses reproduksi yang dimulai dari pubertas, siklus berahi, perkawinan, kebuntingan, kelahiran, laktasi, kondisi anestrus, kembali bersiklus, dan seterusnya yang terjadi secara berulang. Pada pecahan ini, akan dibahas secara khusus perihal pubertas, siklus berahi, demam isu kawin, serta induksi dan sinkronisasi berahi. Sasaran pembelajaran yakni menjelaskan pubertas dan faktor-faktor yang mempengaruhi, siklus berahi/estrus, serta induksi dan sinkronisasi berahi.
Untuk mencapai target pembelajaran pada materi ini, maka taktik pembelajaran yang diterapkan yakni melalui pembelajaran interaktif, berguru mandiri, collaborative learning, praktikum dan pinjaman tugas.
Pubertas
Pubertas pada ternak sanggup didefinisikan sebagai umur pada dikala pertamakali diekspresinya berahi yang diikuti dengan ovulasi. Pubertas terjadi ketika gonadotropin (FSH dan LH) diproduksi pada level yang cukup tinggi untuk memulai pertumbuhan folikel, pematangan oosit, dan ovulasi. Folikel yang tumbuh sanggup dideteksi beberapa bulan sebelum pubertas. Mendekati pubertas, frekuensi pulsa GnRH meningkat dan menstimulir ovarium. Pertama-tama, gelombang folikel tumbuh dan diikuti dengan atresia. Ketika frekuaensi dan amplitudo pulsa GnRH mendekati pola dewasa, maturasi oosit dan ovulasi akan terjadi. Semakin tinggi frekuensi GnRH pada awal munculnya pubertas nampaknya sebagai pecahan dari penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap efek umpan balik negatif steroid ovarium yang mungkin berinteraksi dengan atau hasil dari faktor lain. Endogenous opioids dan/atau melatonin sanggup terlibat dalam pengaturan perubahan pola-pola hormon ini.
Umur pubertas dipengaruhi baik faktor genetik maupun lingkungan, sedangkan berat tubuh pada dikala pubertas dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik sanggup dilihat dengan membandingkan spesies atau bangsa didalam spesies. Umur dan berat tubuh pada dikala pubertas dari spesies dan bangsa yang berbeda disajikan pada Tabel 2.
Sejumlah faktor lingkungan mensugesti umur pubertas. Umumnya faktor dengan pertumbuhan lambat, kekurangan nutrisi, suhu lingkungan yang tinggi, demam isu pada dikala dilahirkan, penyakit, sanitasi lingkungan yang kurang baik akan menghambat munculnya pubertas.
Progesteron mempunyai peranan lebih banyak didominasi dalam mengatur siklus berahi. Selama diestrus dengan fungsional corpus luteum, konsentrasi hormon progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontrol umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan pituitari anterior, yang juga progesteron menghambat tingkah laris estrus. Dan juga selama kebuntingan progesteron menghambat pelepasan hormon gonadotropik dan juga tingkah laris estrus. Untuk kontrol hormon pengaturan siklus berahi ini telah digambarkan pada pecahan sebelumnya mengenai regulasi hormon reproduksi.
Untuk mencapai target pembelajaran pada materi ini, maka taktik pembelajaran yang diterapkan yakni melalui pembelajaran interaktif, berguru mandiri, collaborative learning, praktikum dan pinjaman tugas.
Pubertas
Pubertas pada ternak sanggup didefinisikan sebagai umur pada dikala pertamakali diekspresinya berahi yang diikuti dengan ovulasi. Pubertas terjadi ketika gonadotropin (FSH dan LH) diproduksi pada level yang cukup tinggi untuk memulai pertumbuhan folikel, pematangan oosit, dan ovulasi. Folikel yang tumbuh sanggup dideteksi beberapa bulan sebelum pubertas. Mendekati pubertas, frekuensi pulsa GnRH meningkat dan menstimulir ovarium. Pertama-tama, gelombang folikel tumbuh dan diikuti dengan atresia. Ketika frekuaensi dan amplitudo pulsa GnRH mendekati pola dewasa, maturasi oosit dan ovulasi akan terjadi. Semakin tinggi frekuensi GnRH pada awal munculnya pubertas nampaknya sebagai pecahan dari penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap efek umpan balik negatif steroid ovarium yang mungkin berinteraksi dengan atau hasil dari faktor lain. Endogenous opioids dan/atau melatonin sanggup terlibat dalam pengaturan perubahan pola-pola hormon ini.
Umur pubertas dipengaruhi baik faktor genetik maupun lingkungan, sedangkan berat tubuh pada dikala pubertas dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik sanggup dilihat dengan membandingkan spesies atau bangsa didalam spesies. Umur dan berat tubuh pada dikala pubertas dari spesies dan bangsa yang berbeda disajikan pada Tabel 2.
Sejumlah faktor lingkungan mensugesti umur pubertas. Umumnya faktor dengan pertumbuhan lambat, kekurangan nutrisi, suhu lingkungan yang tinggi, demam isu pada dikala dilahirkan, penyakit, sanitasi lingkungan yang kurang baik akan menghambat munculnya pubertas.
Tabel 2. Umur dan berat tubuh pada dikala pubertas dari
spesies dan bangsa yang berbeda
spesies dan bangsa yang berbeda
Sumber: Bearden and Fuquay, l992 |
Kebanyakan bangsa-bangsa domba mencapai pubertas pada dikala 40 –50% berat dewasa, namun perkawinan hanya direkomendasikan sekitar 65% berat dewasa. Pada sapi perah, pubertas tercapai pada 35 –45 % berat dewasadan tidak direkomendasikan untuk dikawinkan hingga mencapai 55% berat dewasa.
Siklus Berahi
Siklus berahi didefinisikan sebagai waktu atau jarak diantara periode berahi. Periode siklus berahi terdiri dari estrus, metestrus, diestrus, dan proestrus. Periode ini terjadi dan berurutan di dalam satu siklus kecuali untuk periode anestrus (tidak bersiklus) pada ternak yang mempunyai demam isu kawin menyerupai domba, kambing dan kuda, dan juga anestrus selama kebuntingan dan periode postpartum dini pada semua spesies. Tabel 3 di bawah ini menawarkan karakteristik variasi dalam siklus berahi pada spesies yang berbeda.
Tabel 3. Karakteristik variasi dalam siklus berah
pada spesies yang berbeda
pada spesies yang berbeda
Estrus
Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika ternak betina mendapatkan jantan untuk perkawinan. Panjang periode estrus bervariasi diantara spesies. Sebagai contoh, usang estrus pada sapi yakni l2 hingga l8 jam. Namun demikian, pada lingkungan panas usang estrus pada sapi akan lebih pendek sekitar l0 hingga l2 jam dibandingkan dengan rata-rata l8 jam pada iklim dingin.
Metestrus
Metestrus
Periode metestrus dimulai pada dikala berhentinya estrus dan berlangsungsekitar tiga hari. Keutamaan periode ini yakni merupakan periode pembentukan corpus luteum (CL) (corpora lutea pada multiovulasi). Ovulasi terjadi selama periode ini pada sapi dan kambing. Juga sebuah fenomena yang dikenal sebagai “metesrous bleeding” yang terjadi pada sapi, dan hal ini terjadi pada sekitar 90% pada sapi dara dan 45% pad a induk sapi. Selama periode final proestrus dan estrus, konsentrasi estrogen yang tinggi meningkatkan vaskularitas endometrium, dan vaskularitas ini mencapai puncak sekitar satu hari sehabis berakhirnya estrus. Dengan menurunnya level estrogen, beberapa kerusakan kapiler mungkin terjadi menjadikan sedikit pendarahan. Darah yang keluar ini biasanya sanggup dilihat pada ekor sekitar 35 hingga 45 jam sehabis final estrus. Ini bukan merupakan indikasi terjadi konsepsi atau tidak, dan juga bukan sebagai hasil menstruasi menyerupai yang terjadi pada manusia.
Diestrus
Diestrus dikarakterisasi sebagai periode di dalam siklus ketika corpus luteum berfungsi secara penuh. Pada sapi dimulai sekitar hari kelima, dimana pertama kali dideteksi terjadinya peningkatan konsentrasi hormon progesteron, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari ke-l6 atau l7. Untuk babi dan domba, periode ini dari hari ke-4 hingga hari ke l3, l4, atau l5. Pada kuda lebih bervariasi yang disebabkan oleh ketidakteraturan panjang/lama berahi. Pada kuda, ovulasi terjadi pada hari ke-5, periode diestrus kira-kira pada hari ke-8 hingga hari ke l9 atau 20. Periode ini dikenal sebagai periode persiapan uterus untuk kebuntingan.
Proestrus
Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan penurunan konsentrasi hormon progesteron untuk memulai periode estrus. Ciri periode proestrus yakni terjadinya pertumbuhan folikel yang cepat.Selama final periode ini efek estrogen pada sistem kanal dan gejala tingkah laris mendekati estrus sanggup diamati. Kontrol Hormon pada Siklus Berahi Pengaturan siklus berahi melibatkan interaksi timbal balik antara hormon-hormon reproduksi padahipotalamus, pituitari anterior, dan ovarium.
Progesteron mempunyai peranan lebih banyak didominasi dalam mengatur siklus berahi. Selama diestrus dengan fungsional corpus luteum, konsentrasi hormon progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontrol umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan pituitari anterior, yang juga progesteron menghambat tingkah laris estrus. Dan juga selama kebuntingan progesteron menghambat pelepasan hormon gonadotropik dan juga tingkah laris estrus. Untuk kontrol hormon pengaturan siklus berahi ini telah digambarkan pada pecahan sebelumnya mengenai regulasi hormon reproduksi.
Musim Kawin
Kebanyakan spesies liar mempunyai demam isu kawin yang dimulai pada waktu lingkungan yang sesuai untuk kelangsungan hidup anak yang dilahirkan. Pola ini berkembang melalui seleksi alam terhadap banyak generasi. Pola-pola demam isu kawin dengan kisaran dari spesies yang mempunyai satu periode estrus setiap tahunnya (monoestrous) hingga kepada spesies yang mempunyai serangkaian siklus estrus yang terbatas setiap tahunnya (seasonally polyestrous). Semua binatang yang didomestikasi (ternak) mungkin menawarkan tendensi demam isu kawin sebelum didomestikasi. Hal ini mungkin sanggup berubah sehabis perbaikan lingkungan (perkandangan dan pakan/nutrisi) dan dengan seleksi untuk ternak-ternak yang atau semoga lebih produktif. Pola-pola demam isu kawin masih menempel pada domba, kambing dan kuda.
Domba dan Kambing, kebanyakan bangsa domba dan kambing menawarkan pola-pola demam isu kawin, kecuali domba dan kambing pada tempat tropis yang terencana sepanjang tahun. Musim kawin domba yakni pada dikala hari pendek atau pada demam isu gugur. Musim kawin dimulai pada rasio antara siang dan malam menurun dan berakhir ketika panjang hari meningkat yang mendekati rasio yang sama atara siang dan malam. Namun demikian, beberapa bangsa domba menyerupai Dorset, Horn, Merino, dan Rambouillet memperpanjang demam isu kawin dengan beberapa individu menjadi polyestrous bila kondisi lingkungan (nutrisi dan iklim) membaik. Quiet ovulation (ovulasi tanpa tingkah laris berahi) sering terjadi pada permulaan dan final demam isu kawin. Seperti pada domba, kambing juga merupakan ternak dengan demam isu kawin pada hari/siang pendek, dengan kegiatan siklus terjadi antara final bulan Juni dan awal bulan April. Puncak kegiatan perkawinan biasanya pada demam isu gugur antara bulan September dan bulan Januari. Panjang siang mempunyai kontrol yang lebih banyak didominasi mensugesti permulaan dan berakhirnya demam isu kawin. Kuda, kuda merupakan ternak yang demam isu kawinnya dengan hari/siang yang panjang. Musim kawin kuda dimulai pada rasio siang dan malam meningkat dan berakhir selama penurunan usang waktu siang. Tingkah laris estrus terjadi selama bulan dengan hari pendek tanpa diikuti dengan ovulasi. Variasi yang tinggi terhadap panjang demam isu kawin terhadap individu kuda betina. Pola demam isu kawin belum diketahui dengan niscaya pada kuda jantan. Semen yang fertil sanggup ditampung sepanjang tahun. Namun demikian, penurunan kegiatan seksual dan produksi semen terjadi pada bulan-bulan dengan hari pendek (short photoperiod). Peranan cahaya dalam mengatur kegiatan demam isu kawin telah diketahui dengan baik dan telah dijelaskan kaitannya dengan hormon reproduksi pada pecahan sebelumnya.
Induksi dan Sinkronisasi Berahi
Domba dan Kambing, kebanyakan bangsa domba dan kambing menawarkan pola-pola demam isu kawin, kecuali domba dan kambing pada tempat tropis yang terencana sepanjang tahun. Musim kawin domba yakni pada dikala hari pendek atau pada demam isu gugur. Musim kawin dimulai pada rasio antara siang dan malam menurun dan berakhir ketika panjang hari meningkat yang mendekati rasio yang sama atara siang dan malam. Namun demikian, beberapa bangsa domba menyerupai Dorset, Horn, Merino, dan Rambouillet memperpanjang demam isu kawin dengan beberapa individu menjadi polyestrous bila kondisi lingkungan (nutrisi dan iklim) membaik. Quiet ovulation (ovulasi tanpa tingkah laris berahi) sering terjadi pada permulaan dan final demam isu kawin. Seperti pada domba, kambing juga merupakan ternak dengan demam isu kawin pada hari/siang pendek, dengan kegiatan siklus terjadi antara final bulan Juni dan awal bulan April. Puncak kegiatan perkawinan biasanya pada demam isu gugur antara bulan September dan bulan Januari. Panjang siang mempunyai kontrol yang lebih banyak didominasi mensugesti permulaan dan berakhirnya demam isu kawin. Kuda, kuda merupakan ternak yang demam isu kawinnya dengan hari/siang yang panjang. Musim kawin kuda dimulai pada rasio siang dan malam meningkat dan berakhir selama penurunan usang waktu siang. Tingkah laris estrus terjadi selama bulan dengan hari pendek tanpa diikuti dengan ovulasi. Variasi yang tinggi terhadap panjang demam isu kawin terhadap individu kuda betina. Pola demam isu kawin belum diketahui dengan niscaya pada kuda jantan. Semen yang fertil sanggup ditampung sepanjang tahun. Namun demikian, penurunan kegiatan seksual dan produksi semen terjadi pada bulan-bulan dengan hari pendek (short photoperiod). Peranan cahaya dalam mengatur kegiatan demam isu kawin telah diketahui dengan baik dan telah dijelaskan kaitannya dengan hormon reproduksi pada pecahan sebelumnya.
Induksi dan Sinkronisasi Berahi
Induksi berahi dimaksudkan untuk terjadinya berahi pada ternak yang anestrus. Ovulasi selama anestrus tidak terjadi yang disebabkan oleh sekresi LH sangat rendah, tidak ada perkembangan folikel dan progesteron rendah pada kondisi ini. Hal ini banyak terjadi pada ternak-ternak yang mempunyai demam isu kawin atau siklus berahi tidak muncul sepanjang tahun. Sedangkan sinkronisasi berahi dimaksudkan untuk menjadikan beberapa ternak berahi secara bersamaan dengan cara memanipulasi siklus berahi dengan memakai preparat hormon dengan banyak sekali kombinasi.
Gambar 16. Letak kelenjar endokrin pada pecahan tubuh Sapi |
Sinkronisasi berahi telah dipromosikan sebagai penghematan tenaga kerja bagi produser untuk mendapatkan genetik superior yang tersedia melalui penggunaan metode perkawinan inseminasi buatan (IB). Beberapa jenis hormon yang biasanya dipakai dalam induksi maupun sinkronisasi berahi menyerupai GnRH, prostaglandin, progestagen (progesteron), estradiol dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan induksi atau sinkronisasi berahi pertama-tama dimulai dengan mengetahui kondisi status fisiologi reproduksi.
Namun demikian, kebanyakan pelaksanaan induksi ataupun sinkronisasi berahi mengabaikan kondisi status fisiologi reproduksi pada awal perlakuan. Beberapa protokol sinkronisasi berahi telah dikembangkan dengan banyak sekali tingkat keberhasilan. Prostaglandin (PGF) yakni hormon alami. Selama siklus estrus normal pada ternak yang tidak bunting, PGF dilepaskan dari uterus l6 hingga l8 hari sehabis ternak tersebut berahi. Pelepasan PGF yakni untuk regresi corpusluteum (CL). CL merupakan struktur dalam ovarium yang memproduksi hormon progesteron dan mencegah ternak kembali berahi. Pelepasan PGF dari uterus yakni prosedur pemicu yang menghasilkan ternak kembali berahi setiap 2l hari. PGF tersedia secara komersial (Lutalyse, Estrumate, Prostamate) dengan kemampuan secara bersamaan melisiskan CL pada semua ternak yang terencana dan memudahkan untuk deteksi berahi dan selanjutnya proses perkawinan. Keterbatasan utama dari PGF yakni tidak efektif pada ternak yang tidak mempunyai CL, termasuk ternak dalam 6 hingga 7 hari sehabis berahi, sapi sebelum pubertas dan postpartum anestrous sapi. Meskipun keterbatasan ini, prostaglandin yakni metode paling sederhana untuk menyinkronkan estrus pada sapi.
Namun demikian, kebanyakan pelaksanaan induksi ataupun sinkronisasi berahi mengabaikan kondisi status fisiologi reproduksi pada awal perlakuan. Beberapa protokol sinkronisasi berahi telah dikembangkan dengan banyak sekali tingkat keberhasilan. Prostaglandin (PGF) yakni hormon alami. Selama siklus estrus normal pada ternak yang tidak bunting, PGF dilepaskan dari uterus l6 hingga l8 hari sehabis ternak tersebut berahi. Pelepasan PGF yakni untuk regresi corpusluteum (CL). CL merupakan struktur dalam ovarium yang memproduksi hormon progesteron dan mencegah ternak kembali berahi. Pelepasan PGF dari uterus yakni prosedur pemicu yang menghasilkan ternak kembali berahi setiap 2l hari. PGF tersedia secara komersial (Lutalyse, Estrumate, Prostamate) dengan kemampuan secara bersamaan melisiskan CL pada semua ternak yang terencana dan memudahkan untuk deteksi berahi dan selanjutnya proses perkawinan. Keterbatasan utama dari PGF yakni tidak efektif pada ternak yang tidak mempunyai CL, termasuk ternak dalam 6 hingga 7 hari sehabis berahi, sapi sebelum pubertas dan postpartum anestrous sapi. Meskipun keterbatasan ini, prostaglandin yakni metode paling sederhana untuk menyinkronkan estrus pada sapi.
0 Komentar untuk "Siklus Reproduksi Binatang Ruminansia"