Infodemic Di Periode Pandemi Turut Pengaruhi Ibu Menyusui


JAKARTA - Peneliti Utama serta Founder & Chairman Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, menyampaikan banyak sekali info artifisial atau hoax menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh tenaga kesehatan (nakes) dalam menjaga ibu menyusui dan ASI eksklusif.


Oleh alasannya itu, Dr. dr. Ray Wagiu berharap pemerintah dan semua pihak terkait mesti terlibat dalam melakukan pengendalian infodemic atau info kesehatan yang tidak akurat alias hoax. 


"Pemerintah dan stakeholder wajib punya kebijakan ketat dalam pengendalian hoax. Ibu enggan atau kalut tiba ke fasiltas kesehatan selama pandemi covid 19 alasannya mereka banyak menyerap info yang tidak benar beradar di media sosial," kata  dr. Ray di program media brief dalam rangka Pekan Raya ASI Sedunia 2021 secara daring, Rabu (4/8/2021). 


Menurutnya, infodemic menjadi salah satu aspek yang menghasilkan dokter kerumitan menjaga ibu menyusui dan ASI ekslusif alasannya lebih mereka dipengaruhi dengan info laktasi di sosial media. 


"Dari keadaan ini yang sanggup kita jalankan yakni memerangi hoax. Jangan meng-entertain narasumber yang tidak kredibel alasannya narasumber yang tidak kredibel akan menjadi grand hoax dan mereka akan menjadi lawan terbesar," imbuhnya.


Dokter yang memiliki pengalaman observasi bidang laktasi dan nutrisi serta kedokteran kerja ini, mengemukakan bahwa efek pandemi terhadap pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi menjadi tidak sederhana, ditambah lagi dengan meluasnya infodemic di tengah masyarakat. 


Karenanya, pihaknya menampilkan masukan terhadap pemerintah terkait dengan penelitiannya yang menerima bahwa 62 persen tenaga kesehatan Indonesia kesusahan menjaga ibu menyusui dan memberi ASI eksklusif. 



"Penting sekali negara melakukan investasi di bidang inovasi pelayanan ibu anak utamanya pelayanan menyusui ana ASI ekslusif. Inovasi yang terpenting yakni telemedicine dan menampilkan beraneka ragam fasitas online dan akomodasi lain secara tidak tatap paras yang terbukti sanggup secara klinis menolong menjaga ib menampilkan ASI ekslusif yang ialah hak kesehatan utama bayi," kata Ray. 


Ia pun mengingatkan bahwa bonus demografi Indonesia 2045 tergantung dari anak anak dan bayi sekarang. "Mereka akan berusia 15 atau 20 tahun kedepan, mereka yakni bonus demografi kita," imbuhnya. 


Menurutnya, temuan observasi pihaknya ini antiklimaks dari saat-saat Pekan ASI Sedunia di tengah pandemi ini yang bertemakan Lindungi ASI Tanggungjawab Bersama. Apalagi tingginya angka tenaga kesehatan Indonesia yang mengakui kesusahan dalam menjaga ibu menampilkan ASI pribadi alasannya banyak faktor.


“Penelitian kami menerima data bahwa ternyata selama pandemi Covid-19, para tenaga kesehatan utamanya di layanan primer mengakui kesusahan menjaga ibu untuk menyusui alasannya ketidak-tersediaannya layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring," katanya.


Sementara, masih dalam penelitiannya, nyaris 50% pasien ibu hamil dan menyusui menentukan untuk meminimalisir jumlah kunjungan serta posyandu dan puskesmas meminimalisir pelayanan ibu hamil dan menyusui. Akibatnya peluang konseling laktasi terganggu. 


"Ini sanggup akibatkan ibu menyusui gagal ASI pribadi alasannya observasi menunjukan tugas tenaga kesehatan sungguh kritikal dalam kesuksesan menyusui”, katanya.


Dia menjelaskan, ASI terbuti sanggup mengembangkan human capital sehingga amat menekankan agar santunan asupan ASI dilaksanakan sebaik baiknya di permulaan kehidupan anak dengan cara melindungi ibu serta melindungi tenaga kesehatan agar berhasil mempertahan ibu menyusui.


Sumber https://www.parentnial.com/

Related : Infodemic Di Periode Pandemi Turut Pengaruhi Ibu Menyusui

0 Komentar untuk "Infodemic Di Periode Pandemi Turut Pengaruhi Ibu Menyusui"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)