Lima Mitos Sesat Seputar Matematika

Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika.

Akibatnya, lebih banyak didominasi siswa kita menerima nilai jelek untuk bidang studi ini, bukan karena tidak mampu, melainkan karena semenjak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Meski banyak, namun ada lima mitos sesat yang sudah mengakar dan membuat persepsi negatif terhadap matematika.

Mitos pertama,

Matematika ialah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya sedikit orang yang atau siswa dengan IQ minimal tertentu yang bisa memahaminya.

Ini terperinci menyesatkan. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika sebetulnya merupakan ilmu yang relatif gampang kalau dibandingkan dengan ilmu lainnya.


Sebagai contoh, amati perbandingan soal untuk siswa kelas 6 sebuah SD swasta berikut ini. Soal pertama, Sebutkan 3 tarian khas tempat Kalimantan Tengah. Soal kedua, Sebuah lingkaran dibagi menjadi tiga buah juring dengan perbandingan masing-masing sudut pusatnya ialah 2 : 3 : 4, maka hitung besar masing-masing sudut sentra juring-juring tersebut

Ternyata, persentase siswa yang menjawab benar soal kedua lebih besar dibandingkan persentase siswa yang menjawab benar soal pertama. Tanpa ingin mengundang perdebatan, tumpuan di atas menunjukkan, bahwa matematika bukanlah ilmu yang sangat sukar.

Soal matematika terasa sulit bagi siswa-siswa kita karena mereka tidak memahami konsep bilangan dan konsep ukuran secara benar semasa di sekolah dasar. Jika konsep bilangan dan ukuran dikuasai, maka pekerjaan menganalisis dan menghitung menjadi hal yang gampang dan menyenangkan.

Mitos kedua,

Matematika ialah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus.

Mitos ini membuat siswa malas mempelajari matematika dan balasannya tidak mengerti apa-apa wacana matematika. Padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal tidak akan bermanfaat.

Sebagai contoh, ada soal berikut, Benny merakit sebuah mesin 6 jam lebih usang daripada Ahmad.
Jika gotong royong mereka sanggup merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam, berapa usang waktu yang diharapkan oleh Ahmad untuk merakit sebuah mesin sendirian ?

Seorang yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan bisa menjawab soal tersebut apabila tidak bisa memodelkan soal tersebut ke dalam bentuk persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang perlu (tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya.

Mitos ketiga,

Matematika selalu bekerjasama dengan kecepatan menghitung.
Memang, berhitung ialah bab tak terpisahkan dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika. Yang terpenting ialah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan bisa melaksanakan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika.

Jika permasalahan (soal) sudah tersaji dalam bentuk persamaan matematika, gres kemampuan menghitung diperlukan. Itu pun bukan sebagai sesuatu yang mutlak, karena pada dikala ini telah banyak beredar alat bantu menghitung ibarat kalkulator dan komputer. Jadi, mitos yang lebih sempurna ialah matematika selalu bekerjasama dengan pemahaman dan penalaran.

Mitos keempat,

Matematika ialah ilmu ajaib dan tidak bekerjasama dengan realita.
Mitos ini jelas-jelas salah kaprah, karena fakta menawarkan bahwa matematika sangat realistis. Dalam arti, matematika merupakan bentuk analogi dari realita sehari-hari.

Contoh paling sederhana ialah solusi dari Leonhard Euler, matematikawan Prancis, terhadap problem Jembatan Konisberg. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan.
Robot cerdas yang bisa berpikir berisikan kegiatan yang disebut sistem pakar (expert system) yang didasarkan kepada konsep Fuzzy Matematika. Hitungan aerodinamis pesawat terbang dan konsep GPS juga dilandaskan kepada konsep model matematika, goneometri, dan kalkulus. Hampir semua teori-teori ekonomi dan perbankan modern diciptakan melalui matematika.

Mitos Kelima,

Matematika ialah ilmu yang membosankan, kaku, dan tidak rekreatif.
Anggapan ini terperinci keliru. Meski jawaban (solusi) matematika terasa eksak karena solusinya tunggal, tidak berarti matematika kaku dan membosankan. Walau jawaban (solusi) hanya satu (tunggal), cara atau metode menuntaskan soal matematika sebetulnya boleh bermacam-macam.
Sebagai contoh, untuk mencari solusi dari dua buah persamaan, sanggup dipakai tiga cara yaitu, metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Contoh lain, untuk menunjukan kebenaran teorema Phytagoras, sanggup dipergunakan banyak cara. Bahkan berdasarkan pakar matematika, Bana G. Kartasasmita, hingga dikala ini sudah ada 17 cara untuk menunjukan teorema Phytagoras. Solusi matematika yang bersifat tunggal menjadikan kenyamanan karena tegas dan pasti.

Selain tidak membosankan, matematika juga rekreatif dan menyenangkan. Albert Einstein, tokoh fisika terbesar masa ke-20, menyatakan bahwa matematika ialah senjata utama dirinya dalam merumuskan konsep relativitasnya yang sangat populer tersebut. Menurut Einstein, ia menyukai matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa mekanisme kerja matematika ibarat dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya semenjak kecil.

Memang, cara kerja matematika ibarat sebuah games. Mula-mula kita harus mengidentifikasi variabel-variabel atau parameter-parameter yang ada melalui atributnya masing-masing. Setelah itu, laksanakan operasi di antara variabel dan parameter tersebut. Yang paling menyenangkan, dalam melaksanakan operasi kita dibebaskan melaksanakan manipulasi (trik) semau kita biar hingga kepada solusi yang diharapkan. Kebebasan melaksanakan manipulasi dalam operasi matematika inilah yang menantang dan mengundang keasyikan tersendiri, kolam sedang dalam permainan atau petualangan. Karena itu, tidak mengherankan kalau terkadang kita menjumpai siswa yang asyik menyendiri dengan soal-soal matematikanya.

Simak juga bagaimana matematika disajikan dengan kreatif dalam bentuk gambar, lagu dan puisi
  1. Lagu Matematika: Matematika: Raih Masa Depan Bersamaku
  2. Lagu Matematika: I Love You Matematika I Love You..!
  3. Gambar Matematika: Kreativitas Siswa Tentang Matematika dan Seni
  4. Puisi Matematika: Matematika Jantung Kehidupan

Selain itu, secara intrinsik matematika juga mempunyai angka berupa bilangan bundar yang mengandung misteri yang sangat mengasyikkan. Misalnya Anda melaksanakan operasi perkalian maupun pertambahan terhadap dua bilangan tertentu, maka terkadang akan muncul bilangan yang mempunyai bentuk simetri tertentu. Contoh lain, Anda sanggup menawarkan kemahiran menebak dengan sempurna angka tertentu yang telah mengalami beberapa operasi. Bagi yang belum memahami matematika, kemampuan Anda menebak angka dianggap sihir, padahal itu merupakan operasi.

Matematika ialah ilmu yang gampang dan menyenangkan. Karena itu, siapa pun bisa mempelajarinya dengan baik. Untuk itu, kiprah utama kita ialah merobohkan mitos-mitos sesat di sekeliling matematika.

Dengan memahami konsep-konsep matematika maka akan lebih gampang belajarnya. Pahami semua konsepnya, maka rumus matematika yang manapun, apapun itu akan terhafal dengan sendirinya, bahkan untuk membuat rumus cepat atau “the king” katanya akan sangat gampang dilakukan.

Data disadur dari banyak sekali sumber, bila Anda merasa pemilik sebagian atau keseluruhan konten diatas dan keberatan ditampilkan. Anda sanggup menghubungi Admin Blog, dan Admin Blog akan dengan bahagia hati menanggapi undangan Anda. Terima kasih | Admin Blog

Related : Lima Mitos Sesat Seputar Matematika

0 Komentar untuk "Lima Mitos Sesat Seputar Matematika"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)