Menilik Ihwal Pendidikan Anak Pada Usia Dini

PENGERTIAN ANAK USIA DINI

Menurut Fadillah (2013:46) pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang banyak sekali potensi yang dimiliki anak supaya sanggup berkembang secara optimal. Sedangkan Asef Umar Fakhrudin (2010:27) menyatakan pendidikan anak usia dini yaitu suatu upaya yang ditujukan kepada anak semenjak lahir hingga dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pinjaman rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani semoga anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

 pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang banyak sekali potensi ya Menilik Tentang Pendidikan Anak Pada Usia Dini



Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak yang mempunyai banyak sekali karakter. Isjoni (2010:11) menyatakan Anak Usia Dini atau usia prasekolah yaitu masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan ketika yang sempurna dalam menyebarkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Usia dini disebut juga sebagai usia prasekolah, yaitu dari lahir hingga kira-kira umur 6 tahun. Abu Ahmadi (2005:34).

Johan Amos Comenius dalam bukunya Kartini Kartono (2007:34) menyatakan bahwa usia 0-6 tahun merupakan tahun pertama atau disebut sebagai periode sekolah –ibu, lantaran hampir semua perjuangan bimbingan pendidikan berlangsung di tengah- tengah keluarga.

Untuk para pendidik Usia Dini disebut usia prasekolah dengan maksud untuk membedakan antara anak yang berada dalam pendidikan formal dan yang belum. Sedangkan berdasarkan hebat psikologi anak usia dini disebut sebagai usia berkelompok yang dimengerti sebagai masa di mana bawah umur mempelajari dasar-dasar prilaku sosial untuk mempersiapkan diri mereka dalam kehidupan (Riana Masdar, 2011:8).

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini yaitu anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Pendapat lain menyampaikan bahwa anak usia dini yaitu anak yang berkisar antara usia 0-6 atau 0-8 tahun yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan banyak sekali keunikan pada dirinya (Fadillah, 2013:48).

Fase Perkembangan Anak Usia dini

Perkembangan sanggup diartikan sebagai suatu perubahan yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari lahir hingga mati. Perkembangan sanggup juga diartikan sebagai perubahan yang di alami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis (Nety Hartati dkk, 2004:13).
Kartini kartono ( 2007:21) menyatakan bahwa perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis, alasannya yaitu perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu: (1) Faktor herediter yaitu pembawaan atau warisan semenjak lahir, (2) Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan, (3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi psikis, (4) Aktivitas anak sebagai subyek yang bebas berkemauan.

Secara khusus perlu memahami bagaimana perkembangan anak usia dini atau usia prasekolah yaitu dengan memahami karakteristik masing-masing aspek perkembangannya. Adapun karakteristik masing-masing perkembangan anak usia dini adalah:

Perkembangan Fisik dan Motorik

Menurut Isjoni (2010:26) terdapat ciri –ciri yang menonjol dan berbeda ketika anak mencapai tahapan usia prasekolah dengan usia bayi. Perbedaan tersebut terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat panjang tubuh serta keterampilan yang dimiliki. Pada umumnya anak usia prasekolah ini sangat aktif, lantaran mereka mempunyai penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai acara yang dilakukannya sendiri.

Perkembangan Bahasa
Dengan makin luasnya pergaulan anak di luar keluarga, di dalam permainan dalam kelompok member kesempatan kepada anak untuk memperkaya perbendaharaan bahasa baik secara pasif maupun secara aktif.oleh lantaran itu keluarga yang baik akan berusaha semoga anaknya mengalami perkembangan bahasa dengan baik pula (Agoes, Soejanto 2005:71).

Perkembangan Pemikiran

Sebagaimana Abu Ahmadi (2005:93) menjelaskan bahwa perkembangan pikiran (intellect) anak itu intinya bekerjasama bersahabat dengan perkembangan bahasa, keduanya merupakan faktor penentu bagi seseorang sanggup memberikan gagasan dan keinginannya dalam mengadakan komunikasi dengan lain. Secara keseluruhan perkembangan pikiran sanggup di artikan dengan perkembangan pengamatan dan tanggapan anak, maka perkembangan pikiran sanggup dikategorikan dua tahap. Pertama, berpikir faktual sehingga proses berpikir anak harus di rangsang dengan benda atau alat peraga. Kedua, berpikir secara simbolis, anak berpikir dengan memakai simbol-simbol.

Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial yaitu perkembangan sikap anak dalam mengikuti keadaan dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada.perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Ciri sosial anak pada masa ini yaitu gampang bersosialisasi dengan lingkungannya (Isjoni, 2010:30).

Perkembangan Emosi

Asef Umar Fakhrudin (2010:102) emosi merupakan perasaan yang perpaduan gejolak fisiologis dan prilaku yang terlibat di dalamnya. Kemarahan, kesedihan dan kegembiraan yaitu antara jenis belahan dari emosi, pendidikan emosi sangat penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Lantaran sifatnya yang tidak terlihat, maka emosi dikaji dengan beralas pada letupan yang di timbulkan nya termasuk memakai bahasa tubuh. Dalam penelitian disimpulkan bahwa kecerdasan emosi yang baik lebih berperan dalam kesuksesan dan kebehasilan dari pada kecerdasan intelektual.

Perkembangan Moral

Perkembangan moral terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relative terbatas. Seorang anak belum bisa menguasai nilai-nilai yang abnormal berkaitan dengan benar- salah dan baik- buruk. Namun demikian, moral harus sudah di kenalkan dan ditanamkan semenjak dini, supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan sudah sanggup membedakan mana yang benar dan yang salah. Menurut Pieget, pada awalnya pengenalan nilai dan pola tindakan masih bersifat paksaan, namun sejalan dengan perkembangan inteleknya anak berangsur-angsur mulai mengikuti banyak sekali ketentuan yang berlaku di dalamnya (Fadilah, 2013:68).

Periode anak usia dini juga mempunyai karakteristik perkembangan kognitif yang berbeda dengan perkembangan lainnya, berdasarkan Piaget dalam bukunya Riana Masdar (2011:13) menyatakan bahwa anak usia 0-6 atau 7 tahun mempunyai dua tahap perkembangan kognotif yaitu, pertama tahap sensorimotor yang berlangsung dari lahir hingga kira- kira umur 2 tahun. Dalam tahap ini perkembangan mental di tandai dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan engoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan fisik. Kedua, tahap praoperasional yang berlangsung dari usia 2 hingga 6 atau 7 tahun. Dalam tahap ini dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan symbol atau tanda untuk menyatakan suatu objek yang berada dengan bersama subjek. Dalam tahap praoperasional ini pieget membagi dua perkembangan yaitu: (1) Umur 2-4 tahun, mempunyai ciri perkembangan pemikiran simbolis, di mana anak mulai sanggup memakai symbol atau tanda untuk mempresentasikansuatu benda yang tidak tampak di hadapannya, (2) Umur 4-7 tahun, mempunyai ciri perkembangan intuitif yang berkembang secara sedikit demi sedikit ke arah konseptualis. Pada tahap ini perkembangan konseptualis belum utuh lantaran anak masih mengalami pemikiran operasional yang belum lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau kebijaksanaan sehat yang tidak logis.

METODE PENDIDIKAN ANAK

Menurut Aat Syafa’at dkk (2008:39) Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan kea tau cara ke. Dalam Bahasa Arab, metode disebut tariqah artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.

Metode yaitu salah satu komponen yang tidak kalah peranannya dari komponen lainnya dalam pendidikan Islam. Apapun macam dan jenisnya, semua metode sanggup dipergunakan dalam mendidik anak, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua metode harus dipakai jikalau hanya untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang dipilih itu pun harus berdasarkan pertimbangan dan pemilihan yang sempurna (Syaiful Bahri Djamarah, 2004:99).

Pendidikan Islam yaitu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada bawah umur yang masih dalam proses pertumbuhan nya berdasarkan norma-norma yang Islami semoga terbentuk kepribadian nya menjadi pribadi yang muslim. Jadi, metode pendidikan anak secara Islam yaitu jalan atau cara yang sanggup ditempuh untuk memberikan materi atau materi pendidikan kepada anak semoga terwujud kepribadian yang muslim.

  1. Abdullah Nashih Ulwan sebagaimana dikutip Aat Syafa’at dkk (2008:40) menyatakan bahwa metode pendidikan anak dalam Islam ada 5 yaitu:
  2. Pendidikan dengan keteladanan; Keteladanan dalam pendidikan yaitu metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini lantaran pendidik yaitu referensi terbaik dalam pandangan anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya, dan tata santunnya, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu citra pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik materil atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Allah memperlihatkan bahwa referensi keteladanan dari kehidupan Nabi Muhammad yaitu mengandung nilai bagi manusia, ibarat pada ayat QS Al Ahzab ayat 21 yang menyatakan: “Sesungguhnya telah ada pada diri rosul itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan hari selesai dan dia banyak mengingat Allah”. (Depag RI, 2004: 421). Demikianlah metode pendidikan Rosulullah SAW ketika membina tabiat anak dengan referensi teladan dia langsung. Bentuk pendidikan inilah yang merupakan sebaik-baik nya metode yang sanggup diterapkan pada anak usia dini.
  3. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan; Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu tehnik pendidikan, kemudian mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, tanpa terlalu payah, tanpa terlalu bayak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan. Oleh lantaran itu, sesudah diketahui bahwa kecenderungan dan naluri bawah umur dalam pengajaran dan penyesuaian yaitu sangat besar disbanding usia lainnya, maka hendaklah para pendidik, orang renta dan pengajar untuk memusatkan perhatian pada pengajaran bawah umur wacana kebaikan dan upaya membiasakannya semenjak ia sudah mulai memahami realita kehidupan.
  4. Pendidikan dengan Nasihat; Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial anak yaitu pendidikan dengan pinjaman nasihat. Sebab setiap anak mempunyai kecenderungan untuk menggandakan dan terpengaruh oleh kata-kata yang didengarnya, kemudian direspon kedalam tingkah lakunya. Al-Qur’an sendiri penuh berisi nasihat-nasihat dan tuntunan-tuntunan, ibarat pada QS. Luqman ayat 13 yang Artinya: “Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia member pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) yaitu benar-benar kezaliman yang besar” (Depag RI, 2004: 413). Rumah tangga yang senang itu yaitu rumah tangga yang dengan sadar menimbulkan kekayaannya saling menasihati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi dalam kebenaran dan kesabaran melalui nasihat yang halus, lembut dan penuh kasih sayang, sehingga nilai-nilai agama lebih mengena pada diri anak.
  5. Pendidikan dengan Memberi Perhatian; Pendidikan dengan perhatian yaitu mencurahakan, memerhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam training iktikad dan moral. Metode pendidikan anak dengan cara memperlihatkan perhatian kepada anak akan memperlihatkan dampak positif, lantaran dengan metode ini si anak merasa dilindungi, diberi kasih sayang lantaran ada daerah untuk mengadu baik suka maupun duka.
  6. Pendidikan dengan Memberikan Hukuman ; Janganlah menghukum atau memukul anak hingga si anak menjerit-jerit yang tentu saja amat sakit. Karena, para hebat beropini bahwa eksekusi yang kejam akan menciptakan si anak menjadi penakut dan akibat-akibat lain yang negative. Dia berani berbohong lantaran jikalau tidak kekerasan akan menimpanya. Anak harus mengetahui mengapa ia dihukum. Selanjutnya, eksekusi itu harus membawa anak kepada kesadaran akan kesalahannya. Dalam kondisi tertentu orang renta merasa perlu memperlihatkan eksekusi fisik kepada anak. Dan yang harus diperhatikan tujuan memperlihatkan eksekusi yaitu untuk mendidik anak.

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ANAK

Fuad Ihsan (2010:16) menjelaskan bahwa Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan. Dalam konteks pendidikan, lingkungan diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Dalam memperlihatkan imbas terhadap perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja diadakan dan ada pula yang tidak.

Lingkungan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi proses berlangsungnya pendidikan. lingkungan pendidikan juga sanggup dibedakan berdasarkan daerah di mana akseptor didik hidup dan mendapatkan pengalaman pendidikan. (Arif Rohman, 2008:196).

Menurut Fuad Ihsan (2010:17) Lingkungan yang dengan sengaja diciptakan untuk menghipnotis anak itu ada 3, yaitu:

Lembaga Pendidikan Keluarga

Keluarga yaitu lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan imbas sadar. Karena itu keluarga merupakan forum pendidiksn tertua, ysng bersifst informal dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai forum pendidikan semenjak insan itu ada. Keluarga merupakan forum pendidikan yang tidak mempunyai jadwal resmi ibarat yang dimiliki oleh forum pendidikan formal. Tugas keluarga yaitu meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, semoga anak sanggup berkembang secara baik.

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Pendidikan keluarga memperlihatkan pengetahuan dan ke terampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial, dan pandangan hidup yang diharapkan akseptor didik untuk sanggup berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Kepmendibud, 0186/p/1984).

Lembaga Pendidikan Sekolah
Arif Rohman (2008:200) Sekolah yaitu jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan hingga dengan pendidikan tinggi.Sebagai tanggapan dari perkembangan ilmu dan teknologi serta terbatasnya orang renta dalam kedua hal tersebut, orang renta tidak bisa lagi untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diharapkan orang lain yang lebih ahli. Guru-guru di dalam forum pendidikan formal yaitu orang bakir balig cukup akal yang menerima kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas tersebut. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan bawah umur untuk kehidupan masyarakat.

Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat merupakan forum pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Masyarakat bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah yang mempunyai aturan atau norma yang mengatur kekerabatan satu sama lain. Pola kekerabatan antar individu dalam masyarakat tersebut intinya mempunyai nilai-nilai yang diakui bersama dan diabadikan dalam norma dan aturan yang pada umumnya diverbalkan. Dengan demikian, masing-masing individu diharuskan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sehingga tercipta suatu kekerabatan sosial yang relatif stabil (Fuad Ihsan, 2010:32).

Hubungan sosial yang relative stabil tersebut dilakukan dengan cara individu menginternalisasikan nilai-nilai yang membentuk keteraturan tersebut sehingga tidak terjadi konflik sosial. Dalam hal ini anak dengan masyarakat akan lambat laun mempelajari dan mengenali pola-pola kekerabatan yang ada tersebut untuk mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Dalam konteks ini, masyarakat yaitu wadah dimana individu mengalami proses pembelajaran secara langsung.

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sesungguhnya masih belum jelas, lantaran faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an al-Karim.
  2. Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0186 Tahun 1984.
  3. Ahmadi, Abu dan soleh munawar. 2005.psikologi perkembangan. Jakarta PT rineka cipta.
  4. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang renta dan Anak dalam Keluarga (sebuah perspektif pendidikan Islam). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  5. Fadillah, M. 2013. Pendidikan huruf usia dini. Jogjakarta: ar-Ruzz.
  6. Isjoni. 2010. Model pembelajaran anak usia dini. Bandung: Alfabeta.
  7. Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan.Jakarta: Rineka Cipta.
  8. Kartono, kartini. 2007. Psikologi anak.Bandung: Mandar Maju.
  9. Masdar, riana. 2011. Emosi anak usia dini dan taktik perkembangannya. Jakarta: Kencana.
  10. Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
  11. Syafaat, Aat, dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  12. Umar fakhruddin, asef. 2010.Sukses Menjadi Guru Tk-Paud.Yogyakarta: Bening

Related : Menilik Ihwal Pendidikan Anak Pada Usia Dini

0 Komentar untuk "Menilik Ihwal Pendidikan Anak Pada Usia Dini"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)