Ketika Harta Melalaikan Keluarga

Suamiku sayang..
Masih ingatkah dulu?

Ketika kita hidup dalam kesederhanaan dan keprihatinan..
Kala itu saya melihatmu penuh dengan rasa cinta,tanggung jawab dan kepedulian,
Engkau banyak membagi waktumu dengan diriku dan anak2 kita.
Engkau juga banyak memperdulikan saya dan anak2,
saling bercanda,bercerita disetiap waktu..

Setiap waktu kita selalu makan gotong royong walaupun kuliner kita seadanya dan kurang,
namun engkau selalu menasehati diriku dan anak2 untuk selalu bersabar terhadap segala rizki yang diberikan oleh Allah kepada kita,sehingga kami kembali termotivasi oleh nasehatmu..

Setiap hari engkau selalu mengajari diriku dan anak2 wacana Islam, membaca Al Quran, aqidah, fiqih maupun adab2. Sehingga setiap hari ilmu kami selalu bertambah berkat dirimu.

Setiap hari pula engkau keluarkan rayuan2 dan kata2 manismu untukku, sehingga saya selalu mengagumi kepribadianmu. Tidak pula juga, engkau ceritakan pengalaman atau kisah2 yang mengandung pelajaran ketika kita sedang berduaan diatas ranjang atau anak2 sedang tidak di rumah...

Ketika engkau mengantarkanku pergi dengan berjalan kaki, terlihat kemesraan dan keharmonisan kita, engkau gandeng tanganku seolah2 engkau ialah pahlawanku. Kemanapun saya pergi, engkau selalu mengantarkanku dan menjemputku walaupun kita tidak mempunyai kendaraan...

Disaat engkau pulang kerja, anak2 selalu menunggumu di depan pintu untuk mencium tangan dan wajahmu, walaupun engkau pulang tanpa membawa hadiah atau oleh2 untuknya. Namun mereka tetap bangga dan senang akan kedatanganmu sebab sudah ada seorang ayah yang akan mengajaknya bercanda, bermain dan bercerita...

Dan yang lebih indah kulihat pada dirimu adalah, engkau sangat banyak beribadah dan bermunajat kepada Rabb Semesta Alam. Tiada waktu yang kosong melainkan engkau isi dengan ibadah. Engkau perbanyak amalan2 sunnah menyerupai membaca Al Quran, shalat malam, puasa, dan lainnya...

Walaupun dikala itu kehidupan kita sangat sederhana, tinggal di rumah kontrakan yang kecil, namun perasaanku begitu senang bersamamu...

Namun sekarang, semuanya telah berubah, tidak menyerupai masa dulu lagi...

Sekarang hidup kita sudah sangat berkecukupan, tinggal di rumah eksklusif yang berhalaman luas, punya kendaraan, dan mempunyai penghasilan yang besar, Alhamdulillah...

Tapi, kehidupanmu semakin jauh dariku dan anak2. Engkau lebih banyak menghabiskan waktumu di daerah kerja dan di luar rumah. Kesibukanmu menciptakan dirimu jarang di rumah dan jauh dariku serta anak2. Jarang saya melihat canda, kepedulian, dan tanggung jawab darimu...

Makanan yang saya masak setiap hari jarang engkau makan, sebab engkau lebih sering makan diluar, walaupun masakan yang saya buat kini terkesan mahal dan yummy tidak menyerupai dulu yang terlihat murah dan kurang. Aku menjadi sering makan sendirian dengan ditemani anak2. Aku rindu makan bersamamu, sepiring berdua, suapan dari tanganmu, dan rindu tatkala engkau menjilati sisa kuliner yang melekat di jariku...

Engkau sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk mengajariku dan anak2 wacana Islam. Engkau tersibukkan dengan berdakwah di luar atau di dunia maya untuk orang lain atau sahabatmu...

Aku sudah jarang mendengar rayuan dan kata2 manis yang terucap dari lisanmu untukku. Jarang pula engkau bercerita kepadaku, sebab engkau jarang di rumah. Bahkan engkau lebih sering murka dan keluar kata2 yang agresif kepadaku. Sedangkan kepada teman2mu atau rekan kerjamu yang wanita, engkau selalu berkata2 manis kepadanya. Aku rindu rayuanmu...

Engkau juga sudah tidak pernah mengantar atau menjemputku lagi ketika saya pergi, walaupun kita sudah mempunyai kendaraan pribadi. Padahal kami ingin sekali bepergian bersamamu, rekreasi bersama dirimu dan anak2...

Ketika engkau pulang kerja, engkau sudah mendapati anak2 telah tertidur pulas sebab engkau pulang selalu larut malam. Dan dikala engkau pergi kerja, anak2 juga masih tertidur sebab engkau selalu pergi pagi dikala matahari belum terbit. Anak2 merasa sangat merindukanmu, rindu mencium tangan dan wajahmu, serta bercanda dan bermain bersamamu...

Dan sekarang, ibadah2mu sudah banyak berkurang sebab kesibukanmu. Jarang engkau shalat malam, membaca Al Quran, maupun berpuasa sebab engkau terlalu lelah bekerja dan tersibukkan oleh pekerjaan...

Suamiku, saya menginginkan masa2 menyerupai dulu lagi...
Aku merindukan suamiku yang dulu lagi...
Sekarang gres saya rasakan, bahwa dirimu yang dulu lebih berharga dari kekayaan dunia...
Karena kekayaan dunia tidak menjamin saya sanggup bahagia, sedangkan dirimu yang dulu telah menciptakan saya senang walaupun saya tidak mempunyai kekayaan dunia...
Kembalilah wahai suamiku, sebab saya lebih membutuhkan cinta sebab Allah...

Related : Ketika Harta Melalaikan Keluarga

0 Komentar untuk "Ketika Harta Melalaikan Keluarga"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)