BECIK KETITIK ALA KATARA yakni paribasan Jawa yang telah banyak diketahui. Kebaikan meskipun tidak dipamer-pamerkan niscaya akan dikenali banyak orang.
Demikian pula keburukan, meskipun disembunyikan sebuah di saat akan ketahuan.
Jadi buat apa pamer kebaikan, hasilnya menjadi takabur, sikap yang amat dibenci Allah.
Buat apa pula mengingkari perbuatan tidak baik jikalau kesudahannya tertangkap tangan juga, taubatnya menjadi terlambat.
Dibawah yakni beberapa rujukan peribahasa Jawa perihal orang-orang yang suka menyembunyikan atau menutup-nutupi perbuatan baik, namun kesudahannya tertangkap tangan alasannya yakni kelengahannya sendiri.
1. ALING-ALING GODHONG WARINGIN
2. ALING-ALINGAN KATON
Berlindung namun ketahuan. Pengertiannya sama dengan butir 1. Mau mungkir namun kesudahannya tertangkap tangan dari sikap dan ucapannya. Kesimpulannya: Kurang jago dan kurang hening dalam mengkamuflase perbuatan tidak baiknya.
3. BEBISIK NGUWUH-UWUH
Berbisik-bisik namun memanggil-manggil. Mau menyembunyikan rapi hal tidak baik yang dijalankan namun tertangkap tangan alasannya yakni kelakuan dan ucapannya mencurigakan.
4. MANDHEG PADHANG ALINGAN SAYA KATON
Berhenti (mandheg, dalam pemahaman tidak sembunyi, dalam bahasa komputer mungkin dapat dibilang “default”, menyerupai keadaan yang ada di sekarang ini alias tidak sembunyi) kelihatan, bersembunyi (alingan) justru kian kelihatan (saya katon). Pengertiannya: Orang yang akan memungkiri perbuatan tidak baiknya namun caranya terlalu terperinci sehingga kesalahannya kian terlihat.
5. NGUYUH ALING-ALINGAN SADA
Orang kebelet kencing (nguyuh) memang telah semestinya cari kawasan yang tidak terlihat orang banyak. Misalnya dalam perjalanan panjang naik kendaraan beroda empat kemudian tidak bisa menahan hajat kecil ini, ya berhentikan mobil, cari semak-semak untuk berlindung (aling-aling). Tetapi dalam permasalahan ini yang dijadikan aling-aling yakni lidi (sada), pasti mudah kelihatan. Dalam hal ini apabila “kencing” diartikan selaku perbuatan tidak baik yang ingin disembunyikan, maka sarananya tidak mencukupi sehingga mudah diketahui.
6. MENDHAK ALINGAN WEKASAN KATON
Mendhak (merendahkan badan, umpamanya berjongkok) sekaligus alingan (berlindung di balik sesuatu, umpamanya semak-semak) mestinya aman. Tetapi dalam permasalahan ini dibilang kesudahannya tertangkap tangan (wekasan katon). Pengertiannya sama dengan “ala katara” sepandai-pandainya kita menyembunyikan kejahatan kesudahannya ketahuan.
LIDING DONGENG
Enam paribasan di atas memperkuat pitutur luhur bahwa semua perbuatan tidak baik pada kesudahannya akan ketahuan: ALA KETARA. Jadi: Dalam hidup ini janganlah melakukan perbuatan yang tidak baik. Tugas kita dalam bebrayan agung (hidup bermasyarakat) ini yakni amemangun karyenak tyasing sesama, sesuai teladan yang diberikan oleh Panembahan Senapati.
Bila kita terpengaruhi untuk melakukan ANGIN SILEM ING WARIH yang arti harfiahnya yakni Udara bersembunyi di air (warih), dengan makna: Melakukan perbuatan tidak baik secara sembunyi-sembunyi (mana ada perbuatan tidak baik yang tidak sembunyi-sembunyi), hendaknya merujuk lebih dulu peribahasa-peribahasa di atas. Walaupun kita telah mendhak dan aling-alingan pada kesudahannya akan ketahuan. Yang ALA akan KATARA (Iwan MM).
0 Komentar untuk "Semua Yang Disembunyikan Akan Tertangkap Lembap Dalam Paribasan Jawa"