Gugon Tuhon Dan “Sirikan” (Pantangan) Perempuan Hamil

Definisi  “gugon tuhon” merupakan mengikuti rekomendasi atau hikmah dengan patuh, sesuai arti kata Gugu: menurut/mengikuti pendapat/nasihat dan Tuhu: Setia/taat. Setidaknya ada tiga kelompok  gugon tuhon yakni yang bersifat “wewaler” atau pantangan, yang mengandung pitutur namun reasoningnya tidak dijelaskan, dan yang pesan maupun alasannya tidak jelas. Rumus gugon tuhon adalah: “Jangan ....... nanti ........” . (dapat dibaca pada posting berjudul “Gugon Tuhon”)

Hamil merupakan musibah penting bagi bangsa kita tergolong orang Jawa. Oleh alasannya merupakan itu ada selamatan-selamatan tergolong “mitoni” atau syukuran tujuh bulan kehamilan. Disamping selamatan, perempuan hamil juga juga mempunyai pantangan macam-macam. Ada banyak “Jangan ..... nanti ..... “ bagi perempuan hamil bahkan juga bagi suaminya. Pantangan tersebut menjadi semacam “gugon tuhon” yang turun temurun, disertai tanpa menanyakan “Why”. Sebagian ada yang sanggup dianalisis argumentasi dan manfaatnya, sebagian tidak masuk akal.

Dulu, perempuan hamil khususnya hamil pertama dan masih punya orang tua, begitu lapor hamil akan memperoleh kuliah perihal “sirikan-sirikan” yang mesti beliau jalani. Karena perempuan hamil kebanyakan masih muda usia, dan yang menasihati telah tua, maka selaku tanda bekti terhadap orang tua, tidak ada kata lain kecuali “ngestokaken dhawuh”: Siap, kerjakan. Padahal pantangannya banyak sekali.


CONTOH “SIRIKAN” WANITA HAMIL

Di bawah merupakan beberapa pantangan yang sanggup saya inventarisir. Ada yang masuk akal, ada yang tidak sanggup dinalar. Mangga di analisis sendiri, mengapa ada pesan demikian terhadap perempuan hamil (termasuk suaminya)

  1. Menertawakan (geli melihat) orang yang mempunyai kelainan atau agak lain dari lainnya (misalnya juling, pincang, gigi tonggos, dll) nanti menurun pada anaknya
  2. Tidak boleh memaki/mengumpati orang
  3. Makan dan mandi malam hari, nanti anaknya mudah sawanen
  4. Tidak boleh memasukkan kayu bakar ke perapian dengan ujungnya dahulu (nyungsang). Nanti anaknya lahir sungsang. (catatan: jaman dahulu orang masih masak pakai kayu bakar)
  5. Makan jantung pisang (nanti anaknya makin usang makin kecil). Makan ikan lele (nanti kepala bayi besar dan sukar keluar). Makan pisang dempet (nanti anak lahir kembar dan dempet). Demikian pula makan udang dan kepiting juga dilarang. Untuk buah-buahan maka mangga kweni dan durian merupakan pantangan.
  6. Menutup/menyumbat lubang/liang
  7. Membunuh hewan dan menginjak kotoran hewan (misalnya kotoran sapi/kerbau dan ayam)
  8. Kalau di jalan menyaksikan contong atau pincuk (tempat meletakkan masakan dari daun dan masih ada lidinya agar lidi tersebut di lepas.
Tentunya masih banyak lagi pantangan-pantangan bagi orang hamil, khususnya ihwal sikap sehari-hari dan masakan yang tidak boleh dikonsumsi. Demikian pula pantangan tiap tempat ada yang serupa ada yang beda.


BISA MENYUSAHKAN

Kita sanggup disibukkan dengan opsi antara “ya dan tidak” untuk mengikuti pantangan tersebut. Contohnya:

  1. Kalau menyaksikan contong atau pincuk dibuang dan masih ada lidinya agar dilepas. Jaman dahulu contong dan pincuk masih menjadi pembungkus utama makanan. Kalau kita sedang jalan kemudian menyaksikan barang itu, apa ya berhenti sejenak untuk melepas lidinya? Apalagi jikalau kita tergesa-gesa, umpamanya berangkat kerja. Demikian pula orang yang tidak ngerti jikalau lihat ada pria menghentikan langkah sekedar untuk melepas lidi dari pincuk yang tergeletak di jalan, apa tidak tertawa dan menerka kita orang tidak waras?

  1. Jaman dahulu kiprah utama perempuan ada di dapur. Pada jaman dahulu biasanya kita piara ayam dan dibiarkan berkeliaran kemana-mana. Dapur tergolong tempat strategis untuk dihadiri ayam berikut kotorannya. Kan jadi makin sukar lantaran risiko menginjak kotoran ayam amat besar.

  1. Tiap hari kita mempunyai problem dengan lubang. Orang yang melaksanakan dengan konsekwen akan gundah dengan definisi lubang apa yang tidak boleh ditutup, lantaran jadinya (sesuai gugon tuhon) anak lahir jadi sulit alasannya merupakan pintu jalan lahir akan tertutup.  Botol kecap apa tidak boleh ditutup? Tetapi mengapa waktu menanak nasi dandangnya boleh ditutup? Habis menyedot kolam mandi mau mengisi ulang dengan air bisa-bisa jadi urung lantaran mesti menyumbat lubang pelepasan airnya dulu.

Di atas merupakan pola ekstrim yang menghasilkan perempuan hamil (berikut suaminya) mesti menimbang-nimbang. Mau disertai kok repot, namun jikalau tidak disertai jangan-jangan ........

MAKSUD SEBENARNYA BAIK

Tidak ada orang renta berniat jelek. Semua pantangan di atas intinya demi ibu dan jabang bayi yang hendak dilahirkan. Ibu sehat dan Bayi lahir sehat tanpa cacat.

  1. Ada peribahasa Kacang ora ninggal lanjaran dan ora ana banyu mili mendhuwur. Artinya kuranglebih anak akan mengikuti sifat orang tuanya. Oleh alasannya merupakan itu orang renta berpesan agar dikala perempuan hamil, maka suami isteri mesti bertingkah baik lahir dan batin. Misalnya sesuai pola diatas: Tidak menertawakan kesengsaraan orang, tidak menghujat orang dan tidak membunuh binatang. Dikhawatirkan sikap tidak baik kedua orang renta selama anak dalam kandungan, akan menurun pada anaknya.

  1. Ada hikmah yang berupa perlambang. Misalnya jikalau kita menutup lubang maka jalan lahir akan tertutup. Makan jantung pisang, anak akan makin mengecil seumpama perjalanan jantung pisang. Makan pisang dempet, akan melahirkan anak kembar siam. Masalah gizi amat penting bagi perempuan hamil. Jangan hingga perempuan hamil kurang gizi. Diikuti juga tidak terlampau masalah. Pisang yang tidak dempet masih banyak, demikian pula ikan yang bukan lele lebih banyak lagi. Durian dan mangga kweni jikalau tidak tahan sanggup membuat gangguan pencernaan. Wanita hamil semestinya jangan sakit perut. Buah-buahan lain juga masih banyak.

  1. Tidak boleh menginjak kotoran hewan terang tujuannya baik. Banyak bibit penyakit pada kotoran hewan domestik di rumah kita. Sapi, kerbau, anjing, kucing, ayam. Bibit penyakit tersebut sanggup mengusik kesehatan ibu yang sedang hamil tersebut, bahkan sanggup pula mengusik kesehatan janin yang dikandung. Risikonya sanggup abortus sanggup lahir cacat. Misalnya Toksoplasmosis.

PENUTUP: WONG JAWA PANGGONANE SEMU

Gugon tuhon tidak sekedar “waton ora ilok”. Memang ada yang samasekali tidak masuk akal. Untuk yang seumpama ini, marilah kita tinggalkan. Tetapi banyak gugun tuhon yang jikalau di analisis ada benarnya. Sesuai dengan ungkapan “Wong Jawa panggonane semu” maka marilah kita sibak “semu” yang tersembunyi. Yang baik kita ambil selaku warisan leluhur yang perlu diuri-uri, yang tidak baik kita lewati lantaran telah tidak cocok jaman, demi kesehatan ibu dan janin dalam kandungannya (IwMM).

Related : Gugon Tuhon Dan “Sirikan” (Pantangan) Perempuan Hamil

0 Komentar untuk "Gugon Tuhon Dan “Sirikan” (Pantangan) Perempuan Hamil"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)