Hubungan Kekeluargaan Dan Persahabatan Dalam Paribasan Jawa (2)


Namanya manusia, sanggup saja terjadi silang pendapat, bahkan antara kerabat kandung seayah seibu pun hal ini sanggup terjadi. Bisa rukun dengan sendirinya sanggup pula membutuhkan seorang perantara untuk melerai. Sepanjang semangat kekeluargaan kita junjung tinggi maka semua akan baik-baik saja.
 
 
 bahkan antara kerabat kandung seayah seibu pun hal ini sanggup terjadi HUBUNGAN KEKELUARGAAN DAN PERSAHABATAN DALAM PARIBASAN JAWA (2)
 
KERETAKAN HUBUNGAN KEKELUARGAAN
 
CACA UPA arti harfiahnya merupakan butir nasi (upa) yang retak atau renggang (caca). Butir nasi (upa) yang dari sononya telah menyatu sanggup juga menjadi “caca” (retak). Pengertiannya adalah: Meretakkan kekerabatan persaudaraan (termasuk persahabatan). Banyak hal yang menghasilkan kekerabatan antar insan retak, mulai dari yang sepele hingga yang complicated.
 
Persaudaraan yang tidak sanggup rukun digambarkan dalam bebasan yang juga ada dalam bahasa Indonesia: KAYA ASU KARO KUCING (seperti anjing dengan kucing) dan KAYA BANYU KARO LENGA (seperti air dengan minyak)
 
Adalah satu kondisi dimana begitu alerginya seseorang pada orang yang lain, dibaratkan dalam bebasan: DADIYA GODHONG EMOH NYUWEK, DADIYA BANYU EMOH NYAWUK, DADIYA DALAN EMOH NGAMBAH, DADIYA SUKET EMOH NYENGGUT. Andaikan daun tidak mau menyobek, air tidak mau menciduk, jalan tidak mau melalui dan rumput tidak mau mencabut, betul-betul telah tidak mau “sapa-aruh” lagi. Apakah betul-betul tidak akan “wawuh” lagi? Selama ini tidak ada kata-kata DADIYA SEGA EMOH MANGAN dan DADIYA BANYU EMOH NGOMBE. Berarti kurang dan lebihnya, keretakan kekerabatan bukanlah sesuatu yang sifatnya menetap.
 
 
PERTENGKARAN DALAM KELUARGA
 
Pertengkaran dalam keluarga biasanya tidak akan lama, niscaya secepatnya rukun kembali. Ceritera dalam peribahasa jaman dahulu mengatakan: KAYA BANYU PINERANG atau dengan kalimat yang lebih terperinci lagi: BANYU PINERANG ORA BAKAL PEDHOT. Arti harfiahnya adalah: Air diiris (pinerang: memotong pakai pisau atau parang) tidak akan putus. Memotong air merupakan perbuatan mustahil. Mungkin air akan tersibak sebentar apabila kita gunakan kekuatan besar. Tetapi tidak usang lalu akan menyatu kembali.
 
Saudara yang berantem dengan semangat “banyu pinerang ora bakal pedhot” pastinya mesti difasilitasi biar rukun kembali. Oleh lantaran itu kita kenal bebasan NYAMBUNG WATANG PUTUNG (watang: kayu panjang semacam galah, atau tombak tanpa ujung tajam). Dalam ungkapan Jawa tidak dipahami peribahasa semacam PATAH ARANG (hubungan yang telah tidak sanggup dipulihkan kembali)
 
Perselisihan boleh saja memuncak, namun pada kesudahannya akan kembali pada ungkapan dalam peribahasa: TEGA LARANE ORA TEGA PATINE. Bagaimanapun juga masih saudara. Kita sanggup tega hingga batasan tertentu (dalam peribahasa ini: tega sakitnya). Tetapi pada kesudahannya kita akan membela juga.
 
 
JANGAN TERLENA DENGAN KEDEKATAN
 
Hubungan keluarga dan persahabatan janganlah membuat kita terlena. Setidaknya ada tiga peribahasa/bebasan yang perlu kita amati guna dijadikan “pepeling”.
 
 “Cangklakan” (ketiak) merupakan bab badan kita yang amat akrab ke jantung. SATRU MUNGGWING CANGKLAKAN arti harfiahnya adalah: Musuh berada di ketiak (satru: musuh; munggwing: mungguh ing, berada di; cangklakan: ketiak). Pengertiannya: Orang dekat, tergolong keluarga sanggup juga menjadi musuh. Kita sering lupa perihal hal ini, bahwa orang yang paling kita yakin sanggup saja menjadi lawan yang paling berbahaya. Dapat dibaca di posting Satru munggwing cangklakan.
 
Kunang-kunang yang dalam bahasa Jawa disebut “Konang” merupakan serangga malam yang punya lampu kelap-kelip, mengibaratkan orang punya gebyar. KADANG KONANG merupakan bebasan Jawa yang punya arti: Yang diakui selaku kerabat (kadang) hanyalah orang-orang yang punya kedudukan, kaya, punya kelebihan, bangsawan dll yang hebat-hebat. Selain yang itu tidak direken. Demikian pula nasib “konang” apabila telah kehilangan cahayanya. Tidak diakui lagi selaku kadang. Sifat tidak baik ini sanggup dibaca pada posting: Kadang Konang.
 
Yang terakhir ini terkenal untuk jaman kini selaku salah satu komponen KKN yakni bebasan: NGIKET-IKETI DHENGKUL, NGOPYAHI DHENGKUL atau NASABI DHENGKUL. Tulisan lebih panjang perihal dengkul sanggup dibaca di posting: Ungkapan bahasa Jawa dengan “dhengkul”. Arti harfiahnya adalah: Memberi tutup kepala pada dengkul. Dengkul merupakan bab badan kita, ikat kepala/tutup kepala melambangkan kedudukan. Pengertiannya merupakan memberi jabatan pada anggota keluarga kita sendiri.
 
Hati-hati dengan sikap "ngiket-keti dhengkul" lantaran ada satu lagi bebasan dengan “dhengkul” di luar konteks judul goresan pena ini, yaitu: DHENGKUL IKET-IKETAN. Pengertian iket sama dengan yang di atas, namun untuk “dhengkul” berbeda. Disini dhengkul merupakan barang tumpul (masa ada orang yang dengkulnya tajam). Karena pakai ikat kepala, memiliki arti dengkul dianggap kepala yang otaknya tumpul. Tentunya akan mencoreng nama keluarga apabila kita “ngiket-iketi dengkul” dengan pertimbangan “bacin-bacin iwak, ala-ala sanak” ternyata hasilnya “dhengkul iket-iketan”.
 
 
LIDING DONGENG
 
Terhadap kerabat atau kawan yang memang tidak baik, diumpamakan dalam bebasan CUPLAK ANDHENG-ANDHENG ORA PRENAH PANGGONANE. Cuplak merupakan sejenis penyakit kulit yang memunculkan binti-bintil, andheng-andheng merupakan tahi lalat (yang dalam kondisi tertentu sanggup berubah jadi kanker) Kalau tempatnya tidak sempurna (ora prenah panggonane) biarpun kerabat atau kawan lebih baik dikesampingkan saja.
 
Hubungan kekeluargaan dan persaudaraan sebaiknya tidak mirip peribahasa EMBAN CINDHE EMBAN SILADAN, atau disebut juga AMBAU KAPINE yang artinya merupakan pilih kasih, memperlakukan orang secara berbeda. Kita semua bersaudara. Semangat kita sebaiknya sesuai dengan peribahasa DUDU SANAK DUDU KADANG, YEN MATI MELU KELANGAN, yang artinya: Walaupun orang lain, apabila menderita mesti kita bela. (IwanMM)
 
 bahkan antara kerabat kandung seayah seibu pun hal ini sanggup terjadi HUBUNGAN KEKELUARGAAN DAN PERSAHABATAN DALAM PARIBASAN JAWA (2)

Related : Hubungan Kekeluargaan Dan Persahabatan Dalam Paribasan Jawa (2)

0 Komentar untuk "Hubungan Kekeluargaan Dan Persahabatan Dalam Paribasan Jawa (2)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)