Bila kita membaca cerita klasik “The Three Musketeers” karya Alexandre Dumas, kita akan berkenalan dengan tiga musketeers: Athos, Pothos dan Aramis yang dudu sanak dudu kadang tetapi betul-betul kompak saling pundak membahu dalam membela raja Perancis.
Ubaya (sumpah) mereka yakni “All for one, one for all”. Dalam dunia pedhalangan kita akan menerima dua putera Pandawa yang senantiasa bahu-membahu, yakni Gatotkaca dan Abimanyu.
Orang-orang sehati ini, ada dalam aneka macam jenis dan tingkatan: Misalnya antara pria dan perempuan, di kelompok orang baik maupun orang jahat, kekompakan yang biasa-biasa saja hingga kebersamaan yang patriotik.
Beberapa teladan paribasan Jawa perihal orang-orang yang "sehati" ini antara lain selaku berikut:
A. KUMPULAN ORANG JAHAT
1. KETHEK SARANGGON (kethek: kera; ranggon: rumah panggung di hutan). Menggambarkan kumpulan orang-orang jahat yang tinggal serumah. Misalnya pencuri, pencopet, perampok dll. Pengertian sederhananya kurang lebih: Markas orang jahat. Di kawasan itu mereka berkumpul mempersiapkan tindak kejahatan yang mau diperbuat.
2. GECUL NGUMPUL BANDHOL NGROMPOL (gecul dan bandhol dapat diartikan orang ugal-ugalan, sedangkan bandhol juga berarti pentolan penjahat; ngumpul dan ngrompol artinya sama, yakni “kumpul jadi satu”). Peribahasa dengan purwakanthi UL dan OL ini tujuannya adalah: Orang-orang jahat yang sudah seia-sekata untuk melaksanakan perbuatan tidak baik.
B. DUA ORANG JAHAT YANG SEKONGKOLAN
1. DUDUTAN LAN ANCULAN (Anculan: hantu sawah untuk menakut-nakuti burung. Dudutan: tali penarik yang dihubungkan dengan anculan, sehingga penjaga sawah dapat menarik-narik tali tersebut (ndudut) dari gubuk penjaga. Hantu sawah pun bergerak-gerak dan burung-burung melayang ketakutan. Dua orang jahat yang sekongkolan (biasanya untuk menipu) disebut menyerupai “dudutan dan anculan”.
2. SI GEDHEG LAN SI ANTHUK (Gedheg: menggeleng; Anthuk: mengangguk). Sama persis dengan dudutan lan anculan. Dua orang yang sekongkolan untuk menipu. Yang satu menggeleng, satunya mengangguk. Dapat dibaca pada posting Gedheg lan anthuk, dudutan lan anculan
3. PIDAK SIKIL JAWIL MUNGKUR tujuannya sama persis dengan dua yang di atas. Ketika saya mau bermain peran, maka sembari ngomong saya injak (pidak) kaki kroni saya, supaya ia tahu bahwa saya sudah mulai. Selain dengan cara injak kaki, bisa juga dengan cara mencolek (jawil) secara tidak kentara (Mungkur: arti harfiahnya membelakangi).
C. DUA ORANG YANG COCOK SATU SAMA LAIN
Contoh di bawah tidak ada kaitannya dengan sekongkolan untuk kejahatan, tetapi sungguh-sungguh dua teman dekat yang sudah cocok satu sama lain.
1. TUMBU OLEH TUTUP (Tumbu: wadah umumnya dibentuk dari anjaman bambu, bentuknya sisi empat dan ada tutupnya). Tumbu yang tidak berpenutup kemudian mendapat tutup menggambarkan dua orang yang sifatnya cocok satu sama lain. Dua orang gres berkenalan kemudian eksklusif bersahabat dapat dikomentari dengan: “Wah kaya tumbu oleh tutup”.
2. SATU MUNGGWING RIMBAGAN (Satu: sesuatu yang mau dicetak; Munggwing: mungguh ing, berada di; Rimbagan: cetakan. Maksudnya persis dengan “tumbu oleh tutup”.
3. KAYA MIMI LAN MINTUNA
Mimi dan mintuna, sejenis ketam di pantai yang antara jantan dan betinanya amat rukun. Si jantan (mimi) senantiasa mengikuti kemana si betina (mintuna) pergi. Menggambarkan sepasang suami isteri yang amat rukun, kemana-mana senantiasa bersama. Dapat dibaca di posting Mimi lan mintuna. Bebasan ini ialah teladan pepindhan.
D. TINGKAT KEERATAN HUBUNGAN
1. RENGGANG GULA KUMEPYUR PULUT
Ini yakni teladan sanepa dalam paribasan. Gula yang menyatu saja masih dibilang renggang. Demikian pula pulut (getah) yang lengket masih dibilang kumepyur (berbutir). Menggambarkan keeratan kekerabatan “antar manusia” bukan/ tidak terkait dengan “seksual” antara dua orang. Bisa antara sesama jenis dapat pula dengan musuh jenis
2. JANGET KINATELON
Menggambarkan tingkat kerukunan yang amat sentausa. Menurut Padmasukatja dahulu ada asosiasi yang diberi nama “Janget Kinatelon”, diresmikan oleh: RM Suwardi Surjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Dr Tjipta Mangunkusuma dan Douwes Dekker (Setyabudi). Janget yakni tali yang yang dibikin dari kulit dan kinatelon artinya rangkap tiga. Betapa kuatnya: Sudah besar lengan berkuasa masih rangkap tiga.
E. VISI DAN MISI YANG SAMA
1. GLATHIK SAKURUNGAN (Sakurungan: satu sangkar) menggambarkan orang-orang yang bersatu dalam kesamaan kesempatan (visi).
2. JENANG SALAYAH (Salayah: satu cobek) artinya sama dengan “glathik sakurungan”
3. GENDHON RUKON (Gendhon yakni “uret” atau larva serangga semacam kumbang yang ada di bawah pohon salak, aren, dll). Bila sudah mempunya visi bareng (shared vision) maka orang akan melangkah secara bareng pula untuk melaksanakan misi bareng (shared mission). Orang yang “gendhon rukon” yakni orang yang melaksanakan seluruhnya secara bersama. Dapat digunakan juga untuk menggambarkan suami-isteri yang kompak dalam melakukan kiprah rumah-tangga.
F. SEMANGAT KEBERSAMAAN
1. ENDHOG SAPATARANGAN, PECAH SIJI PECAH KABEH (Patarangan: kawasan ayam bertelur). Maksudnya yakni dalam satu kelompok, satu orang menderita (digambarkan dengan “pecah siji”) maka lainnya pun akan ikut menderita (pecah kabeh)
2. SABAYA PATI SABAYA MUKTI, mati maupun mukti senantiasa bersama. Menggambarkan kerukunan hingga mati meskipun “dudu sanak dudu kadang”
LIDING DONGENG
Betapa luhurnya “kebersamaan”. Merujuk kembali pada posting Serat Wulangreh: Tuladha dari kluwak, Sri Pakubuwana IV mengingatkan supaya kita tidak menyerupai buah kluwak. Waktu muda menyatu (antara kulit buah dan daging buah), setelah renta justru memisah. Akhirnya cuma jadi bumbu pindang. Banyak diantara kita yang menyerupai itu. Teman sepermainan waktu kecil, dapat berseberangan setelah dewasa. Kita ingatkan kembali pada suatu paribasan: RUKUN AGAWE SANTOSA, CRAH AGAWE BUBRAH (IwanMM)
0 Komentar untuk "Orang-Orang Sehati Dalam Paribasan Jawa"