Maling Dalam Paribasan Jawa

Ternyata lumayan banyak juga paribasan Jawa yang menggunakan kata  MALING DALAM PARIBASAN JAWA
Ternyata lumayan banyak juga paribasan Jawa yang menggunakan kata “Maling”. Bisa jadi di Jawa jaman dahulu banyak maling. Menurut Kamus Poerwadarminta, maling yakni mafia yang melakukan perbuatannya pada malam hari (Durjana: Orang jahat).
 
Dalam paribasan tergolong bebasan, maka problem permalingan ini tidak mesti mencuri barang pada malam hari, tapi juga dapat mengandung makna kiasan.
 
Sementara dalam dunia pedhalangan kalau ada lakon dengan kata “Maling”, umpamanya "Irawan maling"  maka biasanya yang dimaling yakni putri, dan putrinya "mau"
 
Di bawah yakni contoh-contoh paribasan yang ada kata “maling”nya.
 
 
MALING AGUNA:
 
“Guna” yakni kepandaian. Makara pemahaman maling aguna yakni mafia yang amat lihay dalam melakukan tindak kejahatannya. Tentusaja maling ayam tidak bisa disebut selaku “maling aguna”. Dalam dunia pedhalangan, umpamanya ada yang sukses mencuri Jimat/Layang Kalimasada (ajimatnya Prabu Yudistira) maka pencuri ini disebut maling aguna.  Yang terang “maling aguna” ini susah ketahuan, kalau tertangkap berair susah ditangkap dan kalau ditangkap biasanya lepas, dan kalau lepas bablas.
 
MALING AREP
 
Pengertian arep yakni “mau”. Dalam dasanama bahasa Jawa, arep disebut juga “gelem”. Ada pemahaman lain, dalam hal ini. “Arep mangan” yakni orang yang belum makan dan akan makan. Sedangkan yang ini yakni arep yang “mau” dalam pemahaman “gelem”. Pengertian “Maling arep” dalam hal ini yakni orang yang kalau pinjam sesuatu tidak dikembalikan, malah diaku miliknya. Atau orang yang menetralisir barang dukungan (padahal tidak hilang) dan tidak mau mengembalikan. Perilaku menyerupai ini bukannya sedikit dan tidak cuma kapling orang dewasa. Anak-anak pun ada yang bertingkah “maling arep” ini.
 
MALING KEBUNAN
 
“Bun” yakni embun. Arti harfiahnya menjadi maling kena embun. Arti kiasannya tidak susah dipahami. Embun pastinya cuma ada di pagi hari dan niscaya di luar rumah. Maka pemahaman “maling kebunan” disini yakni maling yang melakukan pekerjaannya pada dini hari dan tidak masuk rumah, cukup di pelataran saja. Lalu apa yang dicuri kalau tidak masuk rumah? Dia tidak mencuri tapi menipu. Jaman dahulu orang Jawa pagi-pagi buta sudah di halaman rumah. Ada saja yang dikerjakan, antara lain membersihkan halaman dan merawat tanaman. Orang-orang menyerupai ini lah biasanya yang menjadi korban “maling kebunan”.
 
MALING SADU
 
“Sadu” yakni sikap utama. Pengertiannya yakni orang jahat yang sikap kesehariannya menyerupai orang baik. Gampangnya: Orang yang nampaknya sopan tapi nakal. Orang menyerupai ini biasanya menghasilkan kita lengah. Oleh lantaran itu kita mesti senantiasa waspada, sesuai dengan pesan dalam peribahasa: Yitna yuwana lena kena. Peribahasa yang searah dengan “maling sadu” yakni “musang berbulu ayam”. Hati-hati, jangan hingga Yuwana mati lena.
 
MALING SANDI:
 
Pengertian “Sandi” yakni tersamar. Maling sandi yakni orang yang melakukan perbuatan jahat secara tersamar, atau tidak kentara. Ada banyak cara untuk menyamarkan kejahatan. Antara lain menyerupai yang sudah disebut di atas: Maling sadhu dan maling kebunan.
 
MALING SAKUTHU
 
“Sakuthu” sama dengan “sekutu”. Dalam hal ini malingnya punya komplotan. Komplotan dalam “maling sakuthu” yakni tetangga yang dimalingi.
 
MALING TIMPUH
 
Timpuh yakni “duduk” dengan kaki bersimpuh.  Bagaimana orang duduk dapat jadi maling? Inilah salah satu kepandaian orang Jawa memberi istilah. Pengertiannya memang orang yang tidak usah bergerak tapi dapat mencuri. Merupakan perbuatan yang amat tercela dan dihentikan keras oleh agama. Penjual yang menyiasati timbangan yakni “maling timpuh”. Demikian juga tukang emas yang meminimalkan berat emas yang beliau garap/perbaiki.
 
MALING TOTOS
 
“Totos” yakni boss yang ditakuti. “Maling totos” yakni bossnya maling. Sering disebut juga dengan “gegedhug” atau “benggol”
 
MALING NEBU SAUYUN
 
“Tebu sauyun” yakni serumpun tebu. Pengertian “Maling nebu sauyun” yakni orang atau keluarga yang tinggal serumah, kelakuannya tidak baik semua (copet, penipu, maling, perampok, dll).
 
MALING ATMA
 
“Atma” yakni jiwa. Makara yang dimaksud dengan “maling atma” yakni pencuri yang melakukan langkah-langkah pembunuhan.
 
MALING SAMUN
 
“Samun” yakni samar dalam pemahaman “tidak terang atau kabur”. Ada perbedaan dengan “sandi”. Kalau dalam “sandi” orang tersamar dalam tindakannya,  maka dalam “samun” yang samar yakni manusianya sendiri. Contoh sederhana dari “maling samun” yakni kalau saya menerima barang bermanfaat di jalan kemudian saya simpan dan tidak saya laporkan terhadap yang berwajib, maka saya tergolong “maling samun”.
 
LIDING DONGENG
 
Kata “maling” tidak senantiasa memiliki arti “durjana” meskipun kebanyakan demikian. Kira kenal kata MALING DHENDHENG, MALING RARAS dan MALING RETNA yang punya arti sama yakni pencuri hati/asmara.
 
Demikian pula “maling” tidak mesti disebut “maling”. Yang disebut GENTHO TLESOR yakni pengembara yang sambil jalan sambil mencuri. Kalau selamat, tujuan hingga dengan ongkos dari mencuri (tlesor, tlengsor: pengembara). Dan ... siapa yang tidak kenal kalimat KUCING ENDHASE IRENG (Iwan MM).
 
Ternyata lumayan banyak juga paribasan Jawa yang menggunakan kata  MALING DALAM PARIBASAN JAWA

Related : Maling Dalam Paribasan Jawa

0 Komentar untuk "Maling Dalam Paribasan Jawa"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)