Njagakake Endhoge Si Blorok

Si blorok yaitu citra ayam betina kampung yang warnanya campur-campur alasannya bukan ayam ras. Biasanya tidak kita kandangkan. Kita lepas begitu saja, cari makan sendiri. Andaikan kita beri makan, ya seadanya. Mungkin sisa-sisa makanan, bahkan tinja manusia, bagi yang berak tidak di kakus namun di kebun, si blorok tidak menolak. Tanpa ditawari eksklusif ia serbu. Yang terperinci si Blorok pasti bertelur (ngendhog) namun tidak bisa kita pastikan seumpama ayam ras. Lha wong ia cari makan sendiri, kalau majikan kasih makan ya tidak tentu, maka ia bertelur juga suka-suka ia sendiri. Kalau ada orang yang “njagakake” (mengharapkan) telurnya si blorok, kesannya tentu besar. Ya kalau hari ini bertelur. Kalau tidak?

Jaman judi buntut belum dilarang, aneka macam orang yang njagakake endhoge si blorok ini. Dia begitu jakin nomor yang ditebaknya akan keluar. Bila dari ramalan-ramalan yang ia kotak-katik, dari respon jalangkung dan dukun yang ia datangi, semua mengarah pada nomor yang ia pilih. Maka ia berani utang dalam jumlah yang cukup besar supaya duit yang ia peroleh kalau tembus juga besar. Bahkan ia berani mengambil barang di toko, katakanlah televisi, alasannya percaya ahad depan semua beres. Ternyata waktu nomor diumumkan, tebakannya salah. Sekarang ia punya utang dan mesti mengembalikan televisi yang sudah ia ambil.

Contoh lain, ada rumor bahwa honor pegawai akan naik 20% mulai tahun lalu. Dibayarkan bulan depan. Wah memiliki arti akan ada rapelan 13 bulan. Langsung kita berhitung sekian kali sekian ketemu sekian. Wah cukup untuk beli sepeda motor. Bergegaslah kita ke dealer motor, Pinjam duit teman dekat untuk DP. Langsung dapat dinaiki, di kampung jadi pembicaraan, honor naik dapat beli sepeda motor. Ternyata bulan depan honor tidak naik. Dia cuma korban April mop.

Pitutur dalam peribahasa ini adalah:  Manusia harus dalam menjalani hidup. Jangan kita mengandalkan hal-hal yang belum pasti, atau andaikan hal itu pasti, belum terperinci kapan datangnya. Korban sudah cukup banyak. Sepeda motor dan televisi hanyalah pola kecil. Ada yang lebih ambisius lagi, misalnya "jabatan". Ada juga yang menjadi gila.

Masih mujur bahwa dalam hal ini banyak juga yang bisa mentertawakan diri sendiri dengan berparikan sambil garuk-garuk kepala: "Luwak mangan tales, dhasar awak lagi apes." Kemudian teman-temannya menasihati: "Sing uwis ya uwis, sing durung diati-ati." (IwMM)

Related : Njagakake Endhoge Si Blorok

0 Komentar untuk "Njagakake Endhoge Si Blorok"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)