Genthong merupakan tempayan air yang dibentuk dari gerabah dan umos artinya rembes. Karena yang dibikin dari gerabah tentusaja tidak ada genthong yang tidak rembes. Pastilah ada air yang merembes keluar dari sela pori-pori dalam genthong. Ada cara untuk menetralisir rembes merupakan dengan melapisi semen luar dalam. Genthong menjadi warna semen, rembesnya minimal hingga tidak rembes samasekali, namun wajah genthong menjadi jelek.
BOCOR MULUT
Genthong rembes menggambarkan orang yang tidak sanggup simpan rahasia. Alias bocor mulut. Dia sanggup curi dengar atau tidak usah curi-curi dengar, alasannya merupakan ia memang ada di situ, katakan dalam konferensi arisan, ia tinggal kulak berita adol prungon saja. Di dunia moderen orang anggenthong umos ini merupakan narasumber yang bagus meskipun beritanya gunjingan gosip. Terbalik dengan orang yang ana catur mungkur, yang kalau dengan orang nggosip ia pilih menyingkir, maka orang ini kalau ada yang ceritera tidak baik malah tidak menyingkir namun ikut nimbrung.
Ceritera baik atau tidak baik untuk orang menyerupai ini ditampung semua alasannya merupakan ia mesti kulak warta. Karena mulutnya rembes maka warta (berita) yang ia temukan akan dijual di wilayah lain (adol prungon). Tentu ceriteranya sanggup didramatisasi sesuai mental versi yang bersangkutan. Bisa sekedar gunjingan berantai atau menjadi adudomba sengaja maupun tidak sengaja.
Ada kawan yang tanya, apa anggenthong umos ini sama dengan tumbak cucukan? (baca wani silit wedi rai dan tumbak cucukan). Jawaban paling simpel merupakan serupa namun tak sama. Tumbak cucukan sama dengan “wadul” atau mengadu. Seperti anak kecil yang dinakali kakaknya kemudian mengadu pada ibunya. Mengadu satu kali tidak apa-apa, namun kalau sedikit-sedikit mengadu, maka ia disebut tumbak cucukan. Sedangkan nggenthong umos cuma sekedar orang yang mulutnya bocor. Eksesnya memang sanggup menyerupai orang mengadu (wadul).
Anggenthong umos sama dengan NYUMUR GUMULING. Sumur andaikan sanggup terguling niscaya airnya tumpah kemana-mana. yang ini lebih parah dari "nggenthong umos" alasannya merupakan bukan sekedar rembes melainkan tumpah. Nyumur gumuling ini disebut dalam Serat Wulangreh, sanggup dirujuk pada posting Enam sopan santun yang tidak patut dalam Serat Wulangreh.
Bila kita ketemu orang yang punya sopan santun nggenthong umos ini, hati-hatilah. Apa yang disampaikan belum pasti benar, kalau toh benar kita tidak tahu kadar kebenarannya.
BOROS
Pengertian lain dari anggenthong umos merupakan rembes dalam memelihara harta. Nama lain dalam bahasa Jawa merupakan “ngebreh” atau boros. Ia tidak sanggup memanage hartanya, tahu-tahu habis dan tidak tahu lagi tempo hari dipakai untuk apa.
TIDAK BAIK: BAGI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Pitutur dalam peribahasa ini: Anggenthong umos dengan keyword “rembes” baik untuk lisan maupun untuk harta sama-sama tidak baiknya. Yang pertama (rembes mulut) lebih banyak tidak baiknya untuk orang lain, sedangkan yang kedua (rembes harta) tidak baik untuk diri sendiri dan keluarga. Sepanjang kita telah tahu bahwa sifat menyerupai ini ada, maka kita sanggup menghindarkan diri dari berbuat menyerupai itu atau menasihati kalau ada orang punya kelakuan demikian (IwMM)
BOCOR MULUT
Genthong rembes menggambarkan orang yang tidak sanggup simpan rahasia. Alias bocor mulut. Dia sanggup curi dengar atau tidak usah curi-curi dengar, alasannya merupakan ia memang ada di situ, katakan dalam konferensi arisan, ia tinggal kulak berita adol prungon saja. Di dunia moderen orang anggenthong umos ini merupakan narasumber yang bagus meskipun beritanya gunjingan gosip. Terbalik dengan orang yang ana catur mungkur, yang kalau dengan orang nggosip ia pilih menyingkir, maka orang ini kalau ada yang ceritera tidak baik malah tidak menyingkir namun ikut nimbrung.
Ceritera baik atau tidak baik untuk orang menyerupai ini ditampung semua alasannya merupakan ia mesti kulak warta. Karena mulutnya rembes maka warta (berita) yang ia temukan akan dijual di wilayah lain (adol prungon). Tentu ceriteranya sanggup didramatisasi sesuai mental versi yang bersangkutan. Bisa sekedar gunjingan berantai atau menjadi adudomba sengaja maupun tidak sengaja.
Ada kawan yang tanya, apa anggenthong umos ini sama dengan tumbak cucukan? (baca wani silit wedi rai dan tumbak cucukan). Jawaban paling simpel merupakan serupa namun tak sama. Tumbak cucukan sama dengan “wadul” atau mengadu. Seperti anak kecil yang dinakali kakaknya kemudian mengadu pada ibunya. Mengadu satu kali tidak apa-apa, namun kalau sedikit-sedikit mengadu, maka ia disebut tumbak cucukan. Sedangkan nggenthong umos cuma sekedar orang yang mulutnya bocor. Eksesnya memang sanggup menyerupai orang mengadu (wadul).
Anggenthong umos sama dengan NYUMUR GUMULING. Sumur andaikan sanggup terguling niscaya airnya tumpah kemana-mana. yang ini lebih parah dari "nggenthong umos" alasannya merupakan bukan sekedar rembes melainkan tumpah. Nyumur gumuling ini disebut dalam Serat Wulangreh, sanggup dirujuk pada posting Enam sopan santun yang tidak patut dalam Serat Wulangreh.
Bila kita ketemu orang yang punya sopan santun nggenthong umos ini, hati-hatilah. Apa yang disampaikan belum pasti benar, kalau toh benar kita tidak tahu kadar kebenarannya.
BOROS
Pengertian lain dari anggenthong umos merupakan rembes dalam memelihara harta. Nama lain dalam bahasa Jawa merupakan “ngebreh” atau boros. Ia tidak sanggup memanage hartanya, tahu-tahu habis dan tidak tahu lagi tempo hari dipakai untuk apa.
TIDAK BAIK: BAGI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Pitutur dalam peribahasa ini: Anggenthong umos dengan keyword “rembes” baik untuk lisan maupun untuk harta sama-sama tidak baiknya. Yang pertama (rembes mulut) lebih banyak tidak baiknya untuk orang lain, sedangkan yang kedua (rembes harta) tidak baik untuk diri sendiri dan keluarga. Sepanjang kita telah tahu bahwa sifat menyerupai ini ada, maka kita sanggup menghindarkan diri dari berbuat menyerupai itu atau menasihati kalau ada orang punya kelakuan demikian (IwMM)
0 Komentar untuk "Anggenthong Umos: Lisan Yang Rembes"