Pembicaraan orang senantiasa menawan untuk didengar oleh orang lain, baik yang terlibat dengan permasalahan kita maupun tidak. Motifnya macam-macam. Yang paling ringan yakni yang sekedar ingin tahu apa yang kita bicarakan. Yang menyebalkan pastinya orang yang ingin kulak berita adol prungon, beliau bisa punya materi untuk diceriterakan di kawasan lain, lebih-lebih bila yang kita bicarakan punya nilai jual bagus. Yang paling berbahaya pastinya jikalau yang dicuri dengar yakni diam-diam negara yang dapat dijual di negara lain.
Tehniknya pun macam-macam. Ada yang aktif ikut nimbrung dalam obrolan bahkan ikut beri komentar, dengan kesempatan memperoleh gunjingan yang lebih lengkap. Ada yang sebaliknya. Dia justru akal-akalan tidak tertarik, akal-akalan tidak mendengar, akal-akalan sibuk dengan mainannya sendiri, umpamanya baca koran atau ber facebook ria. Padahal beliau pasang indera pendengaran lebar-lebar dan mendengar seluruh pembicaraan
Adalah hewan yang mamanya Trenggiling (Manis javanica, Paramanis javanica), menyaksikan nama latinnya tergolong orisinil Jawa. Tubuhnya tertutup sisik besar dan keras yang tersusun membentuk lapisan perisai selaku alat pelindung. Jika mencicipi ancaman ia akan menggulung tubuhnya menyerupai bola, diam, akal-akalan mati. Dengan bergulung, bab perutnya yang lunak akan terlindung. Dengan akal-akalan mati, musuhnya tidak kesengsem untuk memangsa, atau tidak menduga jikalau beliau trenggiling yang dapat dimakan.
Taktik trenggiling yang akal-akalan mati ini mengilhami orang Jawa dahulu untuk menghasilkan sebutan “trenggiling api mati” (api, api-api: pura-pura) bagi si pencuri dengar yang pura-puranya tidak dengar. Satu hal yang mesti kita waspadai siapa tahu ada trenggiling diantara kita. Ada pitutur Jawa yang mengingatkan bahwa berandal itu ada dimana-mana. Bisa saja ada diantara kawan bicara kita.
Taktik trenggiling yang akal-akalan mati ini mengilhami orang Jawa dahulu untuk menghasilkan sebutan “trenggiling api mati” (api, api-api: pura-pura) bagi si pencuri dengar yang pura-puranya tidak dengar. Satu hal yang mesti kita waspadai siapa tahu ada trenggiling diantara kita. Ada pitutur Jawa yang mengingatkan bahwa berandal itu ada dimana-mana. Bisa saja ada diantara kawan bicara kita.
Mencuri dengar yakni sikap tidak baik. Dapat dibaca dalam Pitutur: Kumpulan 3
Wong kang dhemen nguping kepengin weruh apadene nyampuri perkarane liyan, gedhene nganti nrambul urun ucap, padha karo golek-golek momotan kang sejatine ora perlu. Adhakane kepara malah ngreridu awake dhewe.
TERJEMAHAN: Orang yang suka mencuri dengar alasannya ingin tahu, demikian pula orang yang suka mencampuri permasalahan orang lain dan nrombol ikut-ikut bicara, sama dengan mencari muatan yang bergotong-royong tidak perlu. Akhirnya malah menyulitkan diri sendiri.
Dewasa ini eksistensi trenggiling terancam alasannya dikejar insan untuk aneka macam keperluan, mulai selaku masakan hingga obat. Pemerintah sudah menyatakan Trenggiling (Manis javanica) selaku satwa yang dilindungi. Sungguh sayang jikalau hingga punah. Anak-anak kita tidak dapat menyaksikan trenggiling berikut sikap "api mati"nya. Anak-anak kita tidak dapat lagi mengerti nenek moyangnya dahulu yang begitu jeli menyaksikan sikap trenggiling selaku sebutan insan yang suka curi-curi dengar obrolan orang lain. (IwMM)
0 Komentar untuk "Trenggiling Api Mati"