Watak Drengki (2): Patih Sangkuni

Melanjutkan “Sifat drengki (1): Serat Wulangreh” pada goresan pena ini akan disampaikan ihwal tokoh wayang yang tenar dengan sifat “drengki-srei”nya, yakni Patih Sangkuni atau dipahami juga dengan nama “Harya Suman”. Dialah perencana sekaligus provokator yang membuat Pandawa terlunta-lunta.


SIAPAKAH PATIH SANGKUNI?


Sangkuni , S(h)akuni, yakni model India. Bisa menjadi Sengkuni atau Harya Suman dalam pedhalangan Jawa. Nama mudanya yakni Raden Trigantalpati. Dipanggil Suwalaputra, alasannya yakni ia anak raja Suwala dari Gandara.  Dia punya adik perempuan berjulukan Dewi Gendari (versi India: Sangkuni abang Dewi Gandari).
Perkenalannya dengan keluarga Hastinapura terjadi  ketika ia dan Dewi Gendari berpapasan dengan Pandudewanata yang OTW pulang dari mengikuti sayembara tanding memperebutkan Dewi Kunti. Perlu dicatat bahwa Pandudewanata dikala itu sudah menenteng dua orang puteri. Yang pertama yakni Dewi Kunti, dan satu lagi Dewi Madrim (setelah sukses mengalahkan Narasoma atau Salya). Sengkuni pun bertarung melawan Pandudewanata dengan kemenangan untuk Pandu, maka sekarang Pandu pulang menenteng tiga putri (tambah satu lagi yakni Dewi Gendari) plus Sengkuni yang ikut “ngawula” ke Hastinapura. Selanjutnya Dewi Kunti dan Madrim diperistri raja Pandudewanata dan Dewi Gendari diperistri Drestarata, abang Pandu yang buta.
Mulailah Harya Suman menapaki kariernya di Hastinapura hingga menjadi Patih yang melayani Duryudana dan adik-adiknya.


TUMBUHNYA BIBIT KEDENGKIAN

Bisa jadi Sangkuni memang dilahirkan untuk bikin keonaran. Saya baca di Wikipedia, dibilang Sangkuni yakni titisan yang kuasa Dwapara yang tugasnya bikin kekacauan di dunia. Dalam pedhalangan Jawa, Dwapara ini kelihatannya tidak pernah disebut-sebut. Kalau dilihat perjalanan hidupnya, maka bibit-bibit kedengkian ini kurang lebih selaku berikut:
1.    HARAPAN TIDAK SESUAI KENYATAAN: Sangkuni ikut ngawula ke Hastinapura bukan tanpa tujuan. Hastinapura yakni kerajaan besar. Perhitungannya Gendari akan diperisteri raja Pandudewanata. Sebagai adik dari isteri raja, ia sanggup berusaha untuk memperoleh peran. Kenyataannya Gendari diberikan Drestarata, abang pandu yang dikala itu bukan raja dan mempunyai cacat mata, yakni buta.

2.    DENDAM: Gendari tidak menolak diperisteri Drestarata. Bahkan ia ikut solider dengan menutup matanya sehingga tidak menyaksikan dunia luar. Tetapi bagaimanapun ia niscaya kecewa terhadap Pandudewanata. Ia berdoa mudah-mudahan punya anak seratus, yang merupakan manifestasi rasa irinya. Sangkuni senantiasa mempergunakan suasana ini.
 
3.    PELUANG DAN TANTANGAN: Peluang muncul sewaktu raja Pandudewanata wafat dan Pandawa belum dewasa. Tahta diberikan Drestarata namun hak atas tahta tetap pada Pandawa. Inilah tantangan bagi Sengkuni, mau exist atau exit.
 
ULAH SANGKUNI
Raja Drestarata bekerjsama bukan orang jahat. Ia bertahta atas nama Pandudewanata dan samasekali tak mempunyai kehendak untuk menampilkan tahta terhadap keturunannya sendiri, Duryudana dan adik-adiknya.  Sangkuni menyaksikan hal ini. Baginya tidak ada cara lain selain mengenyahkan Pandawa dari Hastinapura. Pandawa niscaya tidak akan mengangkat orang menyerupai beliau menjadi patih. “Exit atau Exist”. Kalau pilih “exist” ya mesti ada “extra effort”. Maka mulailah ulah kedengkian Sangkuni, antara lain:
1.    Ketika Pandawa dan Kurawa liburan di hutan Wanarawata, Sangkuni sukses menyiapkan kebakaran di gedung kawasan bermalam Pandawa. Beruntung Pandawa dan ibunya, Dewi Kunti sukses selamat. Kisah ini terjadi pada bab permulaan Mahabharata. Dalam pedhalangan Jawa dipahami dengan lakon “Bale Sigala-gala.
 
2.    Merebut kerajaan Indraprastha dari tangan Pandawa dengan permainan dadu. Dalam pedhalangan Jawa dipahami dengan lakon “Pandhawa dadu”. Sengkuni lah yang menjadi pelempar dadu dan Pandawa kalah habis-habisan. Kerajaan diserahkan, tergolong Drupadi juga mesti diserahkan. Disinilah terjadi episode Drupadi dipermalukan Dursasana. Entah alasannya yakni apa, hasil permainan dibatalkan Dewi Gendari. Pandawa selamat namun tidak lama.
 
3.    Bukanlah Sangkuni jikalau tidak sanggup membujuk Drestarata untuk mengadakan pertarungan ulang. Hasilnya Pandawa kalah lagi. Pandawa sanggup eksekusi buang di hutan selama 12 tahun kemudian mesti menyamar setahun. Kalau tertangkap tangan maka eksekusi diulang lagi. Selama masa pembuangan, banyak dilaksanakan upaya sembunyi-sembunyi untuk membunuh Pandawa, namun tidak pernah berhasil.
 
4.    Selesai masa pembuangan selama 12 tahun ternyata dengan banyak sekali alasan kerajaan Indraprastha tidak dikembalikan terhadap Pandawa. Terjadilah perang besar Bharatayuda.
KEJAHATAN TIDAK KEKAL
Sangkuni mati secara menakutkan dengan badan tercabik-cabik di tangan Bima menjelang selesai perang Bharatayuda. “Sapa nandur ngunduh, sapa nggawe, nganggo” demikianlah kata dalam peribahasa Jawa. Sama artinya dengan “siiapa menabur angin akan menuai badai”. Dalam pagelaran wayang kulit seri Bharatayuda, sehabis episode terakhir ada tradisi melarung wayang Sengkuni ke laut. Mungkin untuk mencampakkan sial. Orang Jawa yang suka othak-athik hingga gathuk, menyampaikan nama Sangkuni yakni singkatan dari mati “sangka unine” . Celaka alasannya yakni omongannya sendiri. (IwMM)

Related : Watak Drengki (2): Patih Sangkuni

0 Komentar untuk "Watak Drengki (2): Patih Sangkuni"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)