Wong Nganggur Sa-Ejam Saben Dina Iku Mubadirake Saprapatlikuring Umure


Judul di atas saya terjemahkan dari karangan R Kartawibawa, Tulungagung dalam buku Gagasan Prakara Tindaking Ngaoerip, cetakan Balai Pustaka, 1921 “Wong nganggur saejam saben dina iku mubadirake saprapatlikuring umure”. (Orang menganggur satu jam memubazirkan seperduapuluh-empat umurnya). Rasanya masih berkaitan untuk dibaca orang pada tahun 2012 kini ini. Saya terjemahkan saja tulisannya selaku berikut:

Umur dijumlah hari per hari. Kalau kita masih hidup pada hari ini, apa niscaya bahwa besok belum mati? Tidak ada orang yang tahu kapan hari selesai hidup masing-masing, demikian pula panjang-pendek umurnya. Tetapi orang mati umur 100 tahun telah amat jarang. Orang mati umur 70 tahun telah dibilang mati tua.

Orang hidup usang di dunia niscaya tiap hari kemasukan makanan namun tidak senantiasa berfaedah untuk hidupnya, sering malah merusak. Satu hari ada 24 jam. Satu jam memiliki arti seperduapuluhempat hari. Menganggur satu jam memiliki arti menganggur seperduapuluhempat jam umurnya dalam sehari. Cobalah kita hitung berapa usang waktu kita sebagai insan yang tidak dipakai bekerja.

Jam sepuluh (malam) kita telah tidur. Jam enam pagi gres bangun. Berarti tidur 8 jam atau sepertiga hari. Kalau dijumlah umur hingga 70 atau 60 tahun saja memiliki arti umur yang kita pakai tidur sebanyak 20 tahun. Itu kalau tanpa tidur siang. Oleh alasannya itu diasumsikan tidur selama 25 tahun dalam hidup kita dianggap cukup. Padahal kalau kita sedang melek belum pasti bekerja. Misalnya saja kita bekerja 8 jam dalam sehari, memiliki arti sepertiga umur atau dua puluh tahun. Umur untuk menganggur empatpuluh tahun atau lebih. Selama empatpuluh tahun itu mestinya kita tidak wajib makan. Coba jalankan apabila telah selesai, kemudian makan sekenyang-kenyangnya duapuluh tahun. Semisal kita yang punya bumi ini apa bumi tulus disantap insan yang menganggur kurang lebih duapertiga umurnya? Atau apabila kita naik kereta api, apa mau apabila kereta berhenti dua jam dan jalan satu jam? Kalau tidak salah kereta berhenti lima menit saja kita telah berteriak-teriakkehilangan waktu.

KESIMPULAN

Karangan ini dibentuk tahun 1921. Untuk ukuran jaman kini mungkin tidur insan telah tidak sebanyak itu, demikian pula jam kerja kita mungkin tidak sesedikit itu. Tetapi Kartawibawa disini mengisyaratkan perlunya administrasi waktu utamanya untuk diri sendiri. Karena dalam menyaksikan orang lain menggunakan waktu, kita amat tajam mengkritisinya. Marilah kita rujuk kembali ke QS Surah al Ashri ayat yang pertama “Demi waktu sebetulnya insan dalam kerugian” (IwMM)

 

Related : Wong Nganggur Sa-Ejam Saben Dina Iku Mubadirake Saprapatlikuring Umure

0 Komentar untuk "Wong Nganggur Sa-Ejam Saben Dina Iku Mubadirake Saprapatlikuring Umure"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)