Cangkriman 3: Sebuah Di Saat Dapat Kadaluwarsa



Melanjutkan tulisan  Cangkriman 2b: Jenis dan kaidah (cangkriman tembang) kalau permainan anak lainnya secara perlahan-lahan punah alasannya yaitu kalah berkompetisi dengan permainan baru, maka “cangkriman” sanggup punah alasannya yaitu memang ada diantaranya yang ketinggalan jaman atau tidak sanggup dimengerti lagi pada masa sekarang. “Cangkriman” sendiri tidak akan punah, “cangkriman” gres tetap banyak bermunculan, utamanya “cangkriman blenderan” atau cangkriman “plesetan”. Obyek “plesetan” memang menyerupai sumur yang tak pernah kering airnya. Di bawah ini beberapa rujukan cangkriman yang nyaris tidak sanggup dipakai lagi pada masa ke 21:
  1. Sega sekepel dirubung tinggi” (Nasi sekepal dikerumuni kutu busuk). Jawabannya yaitu “salak” Kulit buah salak memang mirip kerumunan kutu busuk bagi yang pernah menyaksikan kutu busuk. Jaman dahulu kutu busuk merajalela utamanya di tempat tidur dan kursi. Sekarang rasanya nyaris tidak pernah lagi kita jumpai. Sulitlah anak kini meskipun IQ nya tinggi, berimajinasi bahwa salak itu mirip nasi sekepal yang dikerumuni kutu busuk.
  1. Pitik walik saba kebon” (ayam keriting berada di kebun) jawabannya “nanas”. Mungkin masih berkaitan alasannya yaitu pohon nanas masih tetap di kebun, kecuali bagi yang telah tidak pernah lagi lihat pohon nanas alasannya yaitu tinggal di tempat urban yang sarat sesak. Demikian pula “pitik walik saba meja” yang jawabannya “sulak” atau kemoceng. Jaman dahulu memang yang namanya kemoceng niscaya yang dibikin dari bulu ayam. Sekarang ini mungkin lebih banyak kemoceng yang yang dibikin dari “tali rafia”
  1. Ing ngisor kedhung ing nduwur payung” (di bawah ada palung di atas ada payung). Jawabannya “nasi yang sedang ditanak”. Hanya sanggup dijawab oleh orang yang masih kenal “dandang”. Bagian paling bawah dandang untuk tempat meletakkan air, kemudian di atas air ditaruh “sarangan” (seperti saringan dengan lobang agak besar) dan diatasnya kita taruh nasi yang hendak ditanak. Kemudian tutup dandang yang mengerucut sanggup kita bayangkan mirip payung. Anak jaman kini yang tahunya “rice cooker” mana sanggup membayangkan.
  1. Ngarep ireng mburi ireng sing tengah methentheng” (depan hitam belakang hitam yang tengah tegang). Jawabnya “penjual arang sedang memikul arang”. Dulu memang banyak orang jualan arang mirip ini pada masa jaya arang menjadi materi bakar utama baik untuk mengolah masakan maupun untuk seterika. Sekarang telah ada minyak tanah, elpiji, microwave dan seterika listrik.
  1. Pakboletus” ini cangkriman “wancahan” atau singkatan (akronim). Jawabnya “tapak kebo ana lelene satus”. Saya sendiri (sebagai anak kota) pada di saat itu sukar memahami. Beda dengan “burnaskopen” (bubur panas kokopen). Kalau yang ini pribadi paham. Bagaimana ada bekas telapak kerbau ada lelenya. Tapi memang betul, bekas kaki kerbau sanggup ada ikannya. Kala itu kita coba-coba di bersahabat sawah, kawan aku teriak-teriak sanggup ikan di cekungan tanah pinggir sawah, yang konon bekas injakan kerbau. Betul lele, namun cuma satu bukan satus (seratus).
  1. Kalau yang ini cangkriman dalam tembang Pucung: “Bapak pucung cangkemu marep mandhuwur; Sabane ing sendhang; Pencokane lambung kering; Prapteng wisma si pucung mutah kuwaya” (terjemahannya: Bapak pucung mulutmu menghadap ke atas; Perginya ke mata air; Hinggapnya di pinggang kiri; Sampai rumah si pucung memuntahkan air). Jawabannya yaitu “Klenthing” tempat air yang biasanya yang dibikin dari gerabah , bentuknya agak bulat, ada lehernya. Biasanya dibawa wanita, ditaruh di pinggang kiri. Sampai rumah air dari “klenthing” ditumpahkan ke tempat air yang lebih besar. Apa masih banyak perempuan menenteng “klenthing?” Saat ini posisi “klenthing” telah digeser “jirigen” dan tidak ada orang menenteng “jirigen” dengan posisi “pencokanmu lambung kering”
Ada di saat datang, ada pula di saat pergi. Cangkriman di atas mungkin tiba 100 tahun lalu, sanggup saja lebih usang lagi. Barangkali telah saatnya pergi. Materi “cangkriman” boleh pergi namun niscaya timbul “cangkriman-cangkriman” gres yang cocok dengan jamannya. “Cangkriman” selaku bab dari budaya yang menghibur sekaligus mendidik, harusnya tetap “di-uri-uri”. (IwMM)

Dilanjutkan ke Cangkriman 4: Kalau yang ini pelajaran ilmu bumi

Related : Cangkriman 3: Sebuah Di Saat Dapat Kadaluwarsa

0 Komentar untuk "Cangkriman 3: Sebuah Di Saat Dapat Kadaluwarsa"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)