Lanjaran: bambu atau benda apa saja yang digunakan untuk panjatan tanaman, dalam hal ini: kacang; Banyu: air; Mili: Mengalir; Menduwur: kearah atas.
Beberapa hari yang kemudian di depan suatu warung pecel, saya menyaksikan anak pria masih kecil, kira-kira usia kelas VI SD. Anak itu menawan perhatian saya lantaran ia membentak-bentak adiknya yang tentusaja lebih kecil. Betul-betul membentak keras dengan hujatan yang saya sendiri tidak habis pikir perbendaharaan katanya sanggup dari mana. Untung ia tidak menghantam adiknya, namun adiknya menangis keras-keras.
Mungkin mendengar tangis si kecil, tak usang kemudian timbul seorang laki-laki. Rupanya pria itu bapaknya. Ganti si anak pembentak sekarang dibentak-bentak sang ayah. Wah kata-katanya lebih mengerikan, ganti anak itu yang menangis, walau bapaknya juga tidak memukul.
Sebenarnya saya ingin secepatnya meninggalkan kawasan itu lantaran rasanya ngeri menyaksikan drama hardik berantai antara bapak dan anak serta antara abang dan adik, dari bangsaku sendiri yang katanya dimengerti ramah tamah dan sopan santun, namun nasi pecelnya belum siap, masih ada dua orang yang mesti dilayani sebelum saya.
Barangkali ini yang disebut “Kacang ora ninggal lanjaran”, dengan kata lain, kebiasaan anak akan menggandakan orang tuanya. Inilah teladan sederhana. Bapaknya tukang bentak, si anak juga ikut-ikut suka membentak. Ada ungkapan psikologi, “identifikasi” yang pengertiannya anak akan mengidentifikasikan diri dengan “hero” yang ia kagumi. Bisa tokoh fiktif sanggup tokoh betulan di masyarakat. Misalnya anak coba-coba jadi polisi, lantaran menilai polisi itu gagah. Tapi saya pikir ini bukan proses identifikasi. Bahkan mungkin si anak benci pada bapaknya yang suka maki-maki. Si anak tadi tidak menghantam adiknya, mungkin lantaran sang bapak telah cukup puas dengan mencaci-maki dan bukan tukang pukul. Saya bukan andal psikologi, saya anggap saja hal ini proses menggandakan yang tidak disadari, eksklusif terhadap sumbernya, yakni orang tua.
Ada pitutur yang mengatakan: Hukum alam wis netepake, sapa kang nandur bakal ngundhuh. Dene apa kang diundhuh iya manut wijine kang ditandur. Yen sing ditandur winih alang-alang, ya aja ngarep-arep sanggup panen pari, iku genah nyalahi kodrat. Mula mumpung isih esuk, nandura wiji cipta lan panggawe kang becik-becik. Awit elingana, yen akeh sethithik anak putu kita uga bakal katut melu ngrasakake pahit getire wong kang bibite ditandur dening wong tuwane
TERJEMAHAN: Hukum alam telah menetapkan, siapa yang menanam akan memetik hasilnya. Apa yang hendak dipetik tentusaja sesuai dengan apa yang ditanam. Kalau yang ditanam biji alang-alang ya sulit dipercayai memanen padi, lantaran terang menyalahi kodrat. Oleh alasannya yakni itu mumpung masih pagi, tanamlah benih fikiran dan perbuatan baik. Ingatlah sedikit banyak anak cucu kita juga akan ikut mencicipi pahit getirnya orang yang benihnya ditanam oleh orang tuanya.
Kesimpulannya, bapak tadi tidak menanam benih-benih fikiran dan perbuatan baik. Pikiran dan perbuatan sang bapak yang brangasan, akan menuai anak yang brangasan pula. Anak yakni benih kacang yang ditanam orang tuanya, dan benih kacang tidak akan meninggalkan lanjarannya. Dalam pergaulan, si anak kemungkinan besar tidak disenangi teman-temannya lantaran sikap yang tidak menyenangkan, dan sikap tersebut berasal dari bapaknya.
Ungkapan lain yang serupa, masih dalam bahasa Jawa adalah: “Ora ana banyu mili menduwur”, tidak ada air mengalir ke atas. Artinya sama saja, sikap anak mengikuti orang tuanya.
Dalam pengalaman saya, insan remaja yang terlihat santun belum pasti aslinya sopan, lantaran orang remaja telah arif mengenakan aneka macam topeng untuk mengkamuflase sifat aslinya. Guna mengenali sifat orisinil seseorang, saya gunakan rumus “kacang ora ninggal lanjaran” dan “ora ana banyu mili menduwur” secara terbalik. Jelasnya, untuk mengenal sifat orisinil bapaknya, lihatlah sikap anaknya. Mengapa? Karena anak belum arif mengenakan topeng. Anak masih jujur dan tembus pandang seumpama air yang jernih. Kaprikornus jikalau menyaksikan anak membentak-bentak adiknya, kira-kira bapaknya juga suka membentak.Itu gres sikap suka membentak.perilaku lain masih banyak. (IwMM).
0 Komentar untuk "Kacang Ora Ninggal Lanjaran Dan Ora Ana Banyu Mili Menduwur"