Manjing Ajur Ajer

Franklin Delano Roosevelt (1882-1945) merupakan Presiden Amerika Serikat ke 32 yang memimpin Amerika Serikat selama 12 tahun (1933-1945). Saat itu Amerika Serikat menghadapi dua perkara besar yakni krisis ekonomi dan Perang Dunia ke dua. Tidak bisa dibayangkan sosok yang tenar dengan initial FDR ini memiliki efek dan diandalkan memimpin selama itu, padahal beluiau juga lumpuh alasannya merupakan menderita polio.

ROOSEVELT

If you treat people right, they will treat you right – Ninety percent of the time”. Kata-kata bijaknya yang pertama saya temukan. Mungkin ini resep kepemimpinannya, “Perlakukan rakyat dengan baik”. Pada peluang lain saya baca bukunya Pockell dan Avila, “The 100 greatest leadership principles of all time” saya dapatkan satu lagi pitutur Roosevelt, “A good leader can’t get too far ahead of his followers”. Kaprikornus pemimpin dihentikan terlalu jauh dari bawahannya. Ada dua hal dari ucapan pendek Roosevelt yakni bagaimana memperlakukan rakyat dan bawahan.

KI HAJAR DEWANTARA

Saya penasaran, masa dalam pitutur Jawa tidak ada? Ingatan saya pertama lari ke Ki Hajar Dewantara (1889-1969) masih satu generasi dengan FDR. Pendiri Taman Siswa ini pada tahun 1922 memperkenalkan pituturnya yang kesohor dan dipopulerkan lagi pada periode Orde Baru “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang artinya di depan menjadi tauladan, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi dukungan”. Mungkin ini yang dimaksud FDR dengan pemimpin jangan terlalu jauh meninggalkan bawahan. Pemimpin ada di depan, di tengah-tengah dan di belakang bawahan.

MAXWELL

John Maxwell”, generasi yang lebih muda (lahir 1947) seperti menghasilkan analogi motto Ki Hajar Dewantara: “Leaders must be close enough to relate to others, but far enough ahead to motivate them”, pemimpin mesti cukup akrab namun juga agak jauh dari bawahannya, mudah-mudahan bawahan punya motivasi. Pengertian sederhananya tetap pemimpin dihentikan meninggalkan bawahannya.

SCHWEITZER

Ada satu lagi quotes yang saya catat dari “Albert Schweitzer (1875-1965). Yang ini lebih renta 7 tahun dari FDR sementara FDR lebih renta 7 tahun dari Ki Hajar Dewantara. Sebuah kebetulan yang pas untuk angka 7. Ia menyampaikan “Example is leadership”.

KESIMPULAN

Dengan “Othak athik gathuk” maka diperoleh Roosevelt + Maxwell + Schweitzer = RMS. Bukan RMS yang itu tetapi RM Soewardi (nama kecil Ki Hajar Dewantara). Ini guyon saja lho. Yang saya maksud bekerjsama orang Amerika (Roosevelt dan Maxwell), orang Jerman (Schweitzer) dan orang Indonesia bisa menyodorkan hal yang kurang lebih sama meskipun tidak saling berkomunikasi.

Secara keseluruhan sanggup saya rangkum dalam suatu sebutan Jawa yakni “Manjing ajur ajer” (Manjing: Masuk; Ajur-ajer: Menyatu). Manusia mesti bisa memasuki hati dan menyatu dengan sesama manusia. Dengan “manjing ajur ajer” maka kita akan diterima dimana saja, oleh siapa pun dalam keadaan apapun. Seorang pemimpin yang dapat manjing ajur-ajer akan mengenali suasana yang bekerjsama sehingga bisa mengambil keputusan yang benar apa yang menjadi keperluan bawahan dan rakyatnya. Ia akan banyak teman, dicintai sekaligus dihormati dan selamat. (IwMM)

Related : Manjing Ajur Ajer

0 Komentar untuk "Manjing Ajur Ajer"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)