Othak-athik: aku kira tidak perlu diterjemahkan; Didudut: ditarik (untuk hal-hal yang ringan); Angel: sulit. Maknanya kurang lebih ngomong tampaknya yummy namun saat ditindak-lanjuti ternyata sukar bukan main.
Contoh yang paling simpel yakni “rapat”. Diantara kita mungkin banyak yang sering mengikuti rapat. Jenis rapat dapat macam-macam. Ada rapat koordinasi, rapat evaluasi, rapat konsultasi teknis, rapat kerja, rapat pimpinan, rapat pimpinan terbatas, rapat paripurna, dan masih banyak lagi.
Lama rapat juga bervariasi. Bisa satu hari, beberapa hari, atau satu hari kemudian pending, kumpulkan materi lagi dan dilanjutkan lagi. Pending dapat ada ketentuan waktu, bisa juga hingga waktu yang mau ditetapkan kemudian, dimana yang dimaksud “kemudian” tidak ada batasannya.Tempat rapat pun dapat di kantor, dapat dari hotel ke hotel, dari kota ke kota.
Rapat tentusaja ada persamaan dan perbedaan dengan seminar. Persamaannya kita kumpul-kumpul banyak orang, ada yang bicara, ada yang dengar, ada tanya jawab. Ada yang tidur, ada yang main gadget, omong-omong sama teman, merokok entah di luar atau di dalam ruangan bergantung aturannya bagaimana dan masih banyak lagi tentunya. Perbedaan yang fundamental mungkin cuma dua hal. Pada rapat kita mengambil atau menawan kesimpulan kemudian menyusun RTL (Rencana Tindak Lanjut). Ini yang tidak ada pada seminar. Pada pelatihan mungkin dibikin kesepakatan. Entah siapa yang mau menindak lanjuti, itu urusan lain hari.
Disitulah letak susahnya rapat. Menarik kesimpulan, yang dalam bahasa Jawa tadi disebut “ndudut”. Othak-athiknya simpel namun ndudutnya yang susah. Untuk “ndudut” kesimpulan sering masih dibikin tim lagi. Bisa tim kecil dapat tim perumus (yang sering diplesetkan menjadi tim “penjerumus”). Setelah selesai dari tim perumus masih sering diplenokan lagi.
Ungkapan “othak athik didudut angel” sudah usang ada jauh sebelum kita suka rapat. Sesepuh kita seolah-olah sudah mengingatkan. Tidak segampang itu mengambil keputusan. Keputusan kerap kali belum menyelesaikan masalah, sehingga mesti mengacarakan rapat gres bahkan studi banding ke luar daerah lanjut ke luar negeri.
Saya punya pengalaman (yang skala kecil saja) rapat RT membahas sampah. Benar-benar tidak pernah selesai. Kemauan tiap warga tidak pernah sama. Ketika satu orang menyampaikan biar tidak tercerai berai masukkan kantong plastik taruh di depan rumah. Ada yang menyahut, nanti diodhol-odhol pemulung. Yang lain angkat bicara, pasang goresan pena pemulung dihentikan masuk. Ada lagi yang menyanggah, pemulungnya tidak bisa baca atau merasa bukan pemulung. Kalau begitu cari petugas khusus untuk menenteng ke TPS, namun siapa yang bayar, iuran RT sudah cukup banyak. Hasilnya warga memperabukan sampahnya sendiri-sendiri, dan itu bukan keputusan rapat, alasannya memperabukan sampah mengakibatkan polusi. Itu gres rapat tingkat RT.
Karena “ndudutnya angel” itulah maka ada Bapak yang suka guyon mengatakan: “Pak RT, dibandingkan dengan rapat gak pernah ada keputusan lebih baik bikin keputusan tanpa rapat” Pak RT yang serius menjawab: “Kalau itu aklamasi, OK aku putuskan”. Bapak yang suka guyon tadi meneruskan: “tapi ya ... kerjakan sendiri”, disambut ketawa warga RT. Pak RT cengar-cengir dan ambil langkah “ndudut” yang niscaya gampang: “Ndudut” rokok dari kotaknya (IwMM).
0 Komentar untuk "Othak Athik Didudut Angel"