“Wirya, Arta dan Winasis” sanggup kita baca pada Serat Wedhatama, Pupuh Sinom, bait ke 15 pada gambar sebelah. Terdapat dua pilar yakni (1) Wirya, Arta, Winasis dan (2) Aji godhong jati aking.
Dikatakan pada bait tersebut: Salah sendiri bagi yang merasa tidak memerlukan (bonggan kang tan merlokena), tentang pegangan orang hidup (mungguh ugering ngaurip). Hidup dari tiga problem (urupe lan tri prakara) yakni "wirya", "arta" dan yang ketiga "winasis" (wirya arta tri winasis). ini merupakan pilar yang pertama. Pengertian ketiga hal tersebut sanggup dibaca pada pembahasan di bawah.
Adapun pilar yang ke dua: Kalau hingga kosong (kalamun kongsi sepi) dari tiga hal tersebut (saka wilangan tetelu) maka habislah jejak-jejaknya selaku insan (telas tilasing janma). menyerupai masih lebih bermanfaat daun jati kering (aji godhong jati aking), jadinya menderita (papa), menjadi pengemis (papriman) dan terlunta-lunta tak tentu arah tujuan (ngulandara). Mengenai pilar ke dua ini dibahas lebih lanjut pada SeratWedhatama: Aji godhong jati aking
WIRYA
Wirya merupakan “keluhuran, kekuasaan”. Mata kita pribadi terbelalak membaca goresan pena “kekuasaan”.Orang yang luhur memang orang yang dihormati orang banyak. Orang dihormati alasannya merupakan keutamaannya, bukan kekuasaannya. Demikian pula orang “Kuasa”. Kuasa bukan berarti boleh menjalankan apa saja, kehendaknya dituruti semua orang, dimana saja dan kapan saja ada yang melayani. Yang ini namanya sewenang-wenang.
Kekuasaan atau “power” mesti digunakan sebaik-baiknya, dan “power” bukan berarti mesti jadi “Kepala”. Kalau kita memegang “legitimate power” memang kita memegang kekuasaan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Itu amanah yang mesti dilakukan sebaik-baiknya. Kalau yang kita punyai merupakan “expert power” maka kita punya kompetensi di bidang ilmu pengetahuan, jangan diselewengkan ilmu kita mirip yang banyak kita lihat di filem-filem. Masih banyak lagi sumber power lain. Misalnya "Charismatic power". Yang terang orang jikalau tak punya power, mau jadi apa. Tukang tambal ban pun punya kewiryaan di bidang tambal-menambal ban.
ARTA
"Arta" mempunyai arti sempit “uang”. Kalau orang Jawa menyampaikan “boten gadhah arta” berarti tak punya duwit. Demikian pula banyak Bank menggunakan kata “arta” mungkin tujuannya biar penduduk awam mengerti jikalau butuh “uang” disitulah tempatnya. Arta merupakan “harta” yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti alat. Apapun bentuknya harta kita, baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak, yang sanggup berbunyi maupun yang tidak sanggup berbunyi.
Dalam mengerti Serat Wedhatama ini jangan sekali-kali mengartikan “harta” selaku tujuan. Disini “harta” merupakan “alat” untuk meraih tujuan. Keluarga mesti punya harta biar roda kehidupan rumahtangga lancar, bawah umur gizinya baik, sekolah hingga selesai dan menjadi orang berkhasiat di kemudian hari. Negara telah niscaya mesti punya harta. Bagaimana pembangunan sanggup berlangsung jikalau tidak ada alat yang berjulukan “arta” atau “harta”.
WINASIS
Berasal dari kata “Wasis” yang berarti pandai. “Winasis” berarti orang pandai. Kita mesti menjadi orang pandai. Tidak mungkin kita “wirya” jikalau tidak “wasis”.Untuk menjadi “wasis” kita mesti punya ilmu, dan menuntut “ilmu” itu tidak gampang.
Dalam pupuh Pucung bait pertama masih dalam Serat Wedhatama, disebutkan bahwa Ilmu itu sanggup kita dapatkan lewat “laku” (Laku yang kita kerjakan misalnya belajar, latihan, roleplay dan lain-lain. Cara berguru dan latihan kita tentusaja berbeda-beda sesuai ilmu apa yang kita pelajari); Dimulai dengan “kas” (Kas: akas, menjalankan dengan giat, sungguh-sungguh, tidak nguler kambang). Maksudnya kas merupakan “memberi kekuatan, kekokohan (nyantosani); Selanjutnya mesti disokong dengan keteguhan dalam melawan angkara marah (setya budya pangekese dur angkara)
KESIMPULAN WIRYA, ARTA, WINASIS
“Wirya, Arta dan Winasis” suatu pesan luhur dari leluhur. Menjadi orang “winasis” merupakan bekal untuk mendapatkan “kawiryan”. Jangan hingga kita mau “wirya tanpa wasis” atau “mengejar wirya dengan arta” yang mungkin kita dapatkan dari utang yang pada jadinya mesti mengembalikan. Kalau “kawiryan” gagal diperoleh padahal telah keluar “arta” jadinya malah gila. Dengan memiliki “kawiryan” kita sanggup mendapatkan “arta” alasannya merupakan kompetensi kita diakui. “Arta” yang kita dapatkan haruslah kita pakai untuk kepentingan umat manusia. (IwMM)
0 Komentar untuk "Serat Wedhatama: Wirya, Arta, Winasis"