Bila kita menghadiri program siraman kandidat pengantin perempuan dan upacara budpekerti ditangani secara lengkap, ada tujuh bait sekar Dhandhanggula yang dilantunkan ketika mengiringi siraman. Bisa oleh pengatur program sendiri, sanggup juga lewat kaset. Maka dalam bait ke tiga dari tujuh bait tembang tersebut kita akan mendengar (kecuali kita tidak memperhatikan) kata-kata “tata, titi, tatas dan titis”. Sebagai doa nasihat terhadap kandidat pengantin perempuan dalam menjalankan hidup berkeluarga.
Pitutur ringkas yang menggunakan “Purwakanthi” ini sebenarnya tidak hanya berlaku untuk wanita. Memang selaku “kepala staf” di rumah tangga perempuan mesti menguasai keempat hal ini. Walau demikian perilaku “Tata, titi tatas dan titis” ini berlaku untuk lazim baik pria maupun perempuan dalam melakukan sesuatu biar tuntas.
TATA: Adalah “well planned work”, pekerjaan yang ditangani dengan baik lewat penyusunan rencana yang bagus dengan menetapi kaidah penyusunan rencana yang benar.
TITI: Adalah melakukan pekerjaan dengan “tlesih” atau amat teliti dan serba hati-hati. Sudah niscaya ada monitoring dan evaluasi, ada pencatatan dan pelaporan, ada supervisi dan umpan balik.
TATAS: Umumnya kita mengenal arti “tatas” selaku “putus”, menyerupai putusnya layang-layang. Tetapi “tatas” juga sanggup bermakna “tak ada yang kelewatan”. Makara apa yang kita persiapkan sanggup teratasi seluruhnya tanpa ada yang kelewatan.
TITIS: Artinya sempurna sasaran. Misalnya kita bermain dengan ketapel, sekali tembak mangga eksklusif jatuh disebut “titis”. Kalau kita bicara tentang anggaran, maka budget yang digunakan tidak sekedar terserap melainkan hingga ke sasaran dan dicicipi keuntungannya oleh sasaran. Anggaran untuk memajukan gizi balita digunakan untuk memajukan gizi balita dan kesannya balita gizi buruk menyusut sesuai sasaran yang ditetapkan lewat TATA di atas.
Tata, Titi, Tatas dan Titis outputnya merupakan hasil kerja yang efisien sekaligus efektif sanggup juga dibilang selaku hasil kerja yang cost effective. Efisiensi memang senada dengan pengiritan, namun bukan terlalu diirit-irit yang kesannya malah ngorot, atau dalam peribahasa Jawa dikatakan cincing cincing klebus.
Tata, Titi, Tatas dan Titis outputnya merupakan hasil kerja yang efisien sekaligus efektif sanggup juga dibilang selaku hasil kerja yang cost effective. Efisiensi memang senada dengan pengiritan, namun bukan terlalu diirit-irit yang kesannya malah ngorot, atau dalam peribahasa Jawa dikatakan cincing cincing klebus.
Dengan menyanggupi keempatnya TUNTAS telah kiprah kita. Tuntas dalam arti respon tanpa menyisihkan masalah. Bila ada LHP maka kesannya WTP (Wajar Tanpa pengecualian). Satu predikat yang senantiasa kita kejar namun sulit didapat.
“Tata, titi, tatas, titis” sebenarnya merupakan ilmu manajemen, menyerupai halnya “Manajemen Strategis”. Dewasa ini ilmu administrasi telah sedemikian majunya, disokong perangkat keras dan perangkat lunak. Buku-buku manajemen, sekolah-sekolah administrasi ada dimana-mana, demikian pula halnya dengan ahli-ahli manajemen. Konon kini ini kita sanggup mengawasi keadaan sebuah kawasan dengan satu kali “klik”.
Tetapi marilah kita tidak melalaikan ilmu administrasi warisan nenek moyang yang satu ini ....... Mardu mardawa micara, mawuhura TATA TITI TATAS TITIS, dadya tepa tuladha (IwMM).
0 Komentar untuk "Tata, Titi, Tatas Dan Titis"