PARA peneliti sudah tentukan bahwa para ibu gres yang terpapar asap rokok di rumah mereka, berhenti menyusui lebih singkat ketimbang perempuan yang tidak terpapar asap bekas.
Penelitian itu dilaksanakan di Hong Kong, melibatkan lebih dari 1.200 perempuan dari empat rumah sakit besar, terang Profesor Marie Tarrant, Direktur Sekolah Keperawatan UBC Okanagan.
Tarrant, yang penelitiannya berkonsentrasi pada kesehatan ibu dan anak, diajarkan di fakultas Kedokteran di Universitas Hong Kong sebelum bergabung dengan UBC.
"Studi kami menyediakan bahwa cuma berada di rumah tangga yang merokok - apakah itu suami, ibu atau anggota keluarga besar - meminimalisir waktu bahwa seorang anak diberi ASI," kata Tarrant.
"Bahkan, kian banyak perokok di rumah, kian pendek durasi menyusui," katanya seumpama dikutip Science Daily, Kamis (2/8/2018).
Penelitian ini, kata Tarrant, yakni salah satu yang pertama meneliti imbas merokok anggota keluarga selama masa menyusui di Hong Kong setelah negara itu menjalankan pergeseran besar pada regulasi pengendalian tembakau pada 2007.
Di Hong Kong sekitar empat persen perempuan dan 18 persen lelaki merokok, untuk rata-rata nasional sekitar 10 persen dari populasi - dibandingkan dengan Cina Daratan di mana statistik merokok masih cukup tinggi. Di Kanada, sekitar 14 persen populasi merokok lebih dari satu batang rokok sehari.
"Temuan kami konsisten dengan observasi sebelumnya dan kami mendapatkan bahwa paparan perokok rumah tangga juga memiliki imbas negatif yang substansial terhadap praktik menyusui,” kata Tarrant.
"Lebih dari sepertiga dari penerima memiliki teman atau anggota rumah tangga lain yang merokok. Dan ayah yang merokok secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menegaskan menyusui apabila dibandingkan dengan pasangan yang tidak merokok."
Nikotin ditularkan dalam ASI terhadap anak dan Tarrant menyampaikan ada juga beberapa nasehat yang sanggup meminimalisir jumlah keseluruhan ASI. Ada juga kekalutan ihwal paparan lingkungan dari perokok pasif pada anak.
"Penelitian kami menyediakan bahwa teman merokok sanggup mempengaruhi keputusan ibu untuk berhenti menyusui dan paparan merokok ayah dan rumah tangga sungguh terkait dengan durasi menyusui yang lebih pendek," katanya.
Tarrant menyampaikan observasi ini mengusulkan bahwa perempuan dan keluarga mereka berhenti merokok sebelum mereka hamil dan ibu-ibu gres menanti hingga mereka final menyusui, kalau mereka menegaskan untuk mengawali kembali merokok.
Dan beliau mengusulkan kalau seorang perempuan menegaskan untuk merokok dengan bayi di rumah, mereka menegaskan bayi tidak terkena asap rokok bekas.
"Kami tahu imbas asap tembakau lingkungan pada bayi muda sungguh merugikan alasannya bayi yang merokok lebih menggemari benjol pernapasan dan pengalaman lain perkara pernapasan lainnya," kata Tarrant.
"Namun, kalau seorang ibu menyusui, faedah dari beliau menjalankan itu masih lebih besar ketimbang imbas negatif dari merokok selama beliau mempertahankan kebersihan merokok yang bagus dan tidak mengekspos bayi itu ke asap rokok."
Penelitian Tarrant baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Breastfeeding Medicine.
DEVINA SETIAWAN Sumber https://www.parentnial.com/
Penelitian itu dilaksanakan di Hong Kong, melibatkan lebih dari 1.200 perempuan dari empat rumah sakit besar, terang Profesor Marie Tarrant, Direktur Sekolah Keperawatan UBC Okanagan.
Tarrant, yang penelitiannya berkonsentrasi pada kesehatan ibu dan anak, diajarkan di fakultas Kedokteran di Universitas Hong Kong sebelum bergabung dengan UBC.
Photo by: Thomas Bjornstad |
"Bahkan, kian banyak perokok di rumah, kian pendek durasi menyusui," katanya seumpama dikutip Science Daily, Kamis (2/8/2018).
Penelitian ini, kata Tarrant, yakni salah satu yang pertama meneliti imbas merokok anggota keluarga selama masa menyusui di Hong Kong setelah negara itu menjalankan pergeseran besar pada regulasi pengendalian tembakau pada 2007.
Di Hong Kong sekitar empat persen perempuan dan 18 persen lelaki merokok, untuk rata-rata nasional sekitar 10 persen dari populasi - dibandingkan dengan Cina Daratan di mana statistik merokok masih cukup tinggi. Di Kanada, sekitar 14 persen populasi merokok lebih dari satu batang rokok sehari.
"Temuan kami konsisten dengan observasi sebelumnya dan kami mendapatkan bahwa paparan perokok rumah tangga juga memiliki imbas negatif yang substansial terhadap praktik menyusui,” kata Tarrant.
"Lebih dari sepertiga dari penerima memiliki teman atau anggota rumah tangga lain yang merokok. Dan ayah yang merokok secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menegaskan menyusui apabila dibandingkan dengan pasangan yang tidak merokok."
Nikotin ditularkan dalam ASI terhadap anak dan Tarrant menyampaikan ada juga beberapa nasehat yang sanggup meminimalisir jumlah keseluruhan ASI. Ada juga kekalutan ihwal paparan lingkungan dari perokok pasif pada anak.
"Penelitian kami menyediakan bahwa teman merokok sanggup mempengaruhi keputusan ibu untuk berhenti menyusui dan paparan merokok ayah dan rumah tangga sungguh terkait dengan durasi menyusui yang lebih pendek," katanya.
Tarrant menyampaikan observasi ini mengusulkan bahwa perempuan dan keluarga mereka berhenti merokok sebelum mereka hamil dan ibu-ibu gres menanti hingga mereka final menyusui, kalau mereka menegaskan untuk mengawali kembali merokok.
Dan beliau mengusulkan kalau seorang perempuan menegaskan untuk merokok dengan bayi di rumah, mereka menegaskan bayi tidak terkena asap rokok bekas.
"Kami tahu imbas asap tembakau lingkungan pada bayi muda sungguh merugikan alasannya bayi yang merokok lebih menggemari benjol pernapasan dan pengalaman lain perkara pernapasan lainnya," kata Tarrant.
"Namun, kalau seorang ibu menyusui, faedah dari beliau menjalankan itu masih lebih besar ketimbang imbas negatif dari merokok selama beliau mempertahankan kebersihan merokok yang bagus dan tidak mengekspos bayi itu ke asap rokok."
Penelitian Tarrant baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Breastfeeding Medicine.
DEVINA SETIAWAN Sumber https://www.parentnial.com/
0 Komentar untuk "Ingin Balita Bunda Menyusui Asi Lebih Banyak? Hindarilah Paparan Rokok"