JAKARTA - Sebuah hasil observasi yang dijalankan Health Collaborative Center (HCC) mengungkap beratnya tantangan yang dihadapi oleh tenaga kesehatan (nakes) dalam menjaga ibu menyusui dan ASI eksklusif. Hal ini memperbesar daftar sekelumit rintangan yang masih terus dihadapi nakes utamanya di masa pandemi ini.
"6 dari 10 nakes Indonesia sudah mulai menyampaikan sukar untuk menjaga ibu menyusui dan menjaga ASI eksklusif. Dan jika ini terjadi dengan beberapa faktor, 1,2 hingga 1,4 kali lebih besar, maka itu akan gagal secara biasa pelayanan kesehatan di Indonesia," kata Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi pada program media brief dalam rangka Pekan Raya ASI Sedunia 2021 secara daring, Rabu (4/8/2021).
Dokter Ray yang juga Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC) menyampaikan ia pun mengaku terkejut mendapati hasil observasi tersebut yang menggunakan sistem studi cross sectional dengan analisis statistik.
"Kami mengerjakan observasi kredibel dan etis yang menampilkan bahwa ada permasalahan besar dibalik permasalahan grand permasalahan Indonesia yakni pandemi. Yaitu, ada bahaya kepada potensi untuk menjaga Ibu menyusui dan ASI ekslusif selama masa pandemi," kata Ray tentang riset yang sudah lewat persetujuan Komisi Etchical Clearance itu.
Dari temuan itu, Ray mengaku cukup terkejut sekaligus prihatin, alasannya merupakan ASI ekslusif dan menyusui itu seakan akan tidak menjadi prioritas dalam masa pandemi.
Menurutnya, tanda-tanda ini mesti mendapat perhatian dari negara karena, tegas dia, ini merupakan indikator kesehatan awal.
"Bahwa 1000 hari pertama kehidupan itu, ASI langsung dan menyusui penting sekali. Ibu menyusui akan sehat bahkan ASI ibu yang terkonfirmasi konkret pun mempunyai antibodi yang sanggup melawan covid. Sehingga si kecil tetap mesti mendapat ASI, observasi wacana ini juga sudah banyak," katanya.
Namun, jika kondisinya sebagaimana temuannya dimana nakes tidak sanggup mempergunakan dan tidak mempunyai jalan masuk untuk sanggup terus melanjutkan menampilkan ASI ekslusif, maka dampaknya akan kita rasakan bertahun-tahun ke depan.
"Negara yang maju merupakan negara yang angka ASI ekslusifnya tinggi yang nakesnya sukses menjaga ibu menyusui secara eksklusif," ungkapnya.
Penelitian yang dijalankan Health Collaborative Center selama 5 bulan ini (Februari-Mei 2021) melibatkan sebanyak 1004 responden tenaga kesehatan dengan klasifikasi 154 dokter, 758 bidan, 92 tenaga kesehatan lain. Lalu diantarara mereka 45 persen nakes puskesmas, 25 persen nakes rumah sakit, 18 persen bidan praktik sanggup bangkit diatas kaki sendiri dengan masa kerja antara 8 hingga 23 tahun.
Penelitian ini mencapai respon dari 22 provinsi di Indonesia yakni DKI Jakarta, Bantenm Jawa Barat, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Aceh, Bangka, Belitung, Bengkulu, Jambi,Riau, Kepri, Sumut, Sumbar, Lampung, Sumsel, Kalimantan, Maluku, Sulawsesi, Gotontalo dan Nusa Tenggara.
Health Collaborative Center merupakan wadah penawaran spesial dan advokasi kesehatan non-profit di Indonesia dalam bidang kesehatan penduduk dan kedokteran komunitas.
Didirikan sejak Juni 2019 oleh Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK; Health Collaborative Center (HCC) konsentrasi pada kajian ilmiah, riset dan edukasi dan penawaran spesial kesehatan di bidang nutrisi, kesehatan kerja, kesehatan ibu dan anak serta kedokteran komunitas.
Sumber https://www.parentnial.com/
0 Komentar untuk "Riset Hcc Ungkap Beratnya Tantangan Nakes Pertahankan Ibu Menyusui"