Kisah Ubi Dan Kambing

Di suatu pondok yang sederhana, hiduplah seorang guru bau tanah dengan istrinya. Sang guru telah puluhan tahun mengajar di suatu sekolah yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Guru ini sungguh bagus hati dan dihormati oleh murid-muridnya. 

Suatu hari, seorang mantan muridnya tiba ke rumahnya. Ia menjinjing seikat ubi yang diamanahkan oleh ayahnya selaku buah tangan pada sang guru. "Pak guru, aku menjinjing ubi. Hanya ini yang aku dan keluarga punya untuk membalas kebaikan bapak," ujarnya. 

Melihat muridnya yang lugu dan tulus, sang guru tersentuh. "Kok repot-repot, Nak? Duduk di sini dahulu ya. Kamu niscaya kecapekan jauh-jauh dari desa bawa ubi. Bapak ke belakang dulu," ujar sang guru. 

Pria paruh baya itu pun berlangsung ke belakang dan menemui istrinya. "Bu, kita punya apa? Ini muridku bawa ubi," kata lelaki itu. Sang istri menyaksikan ke dapurnya. Tidak ada apa-apa selain alat masak, bumbu dapur dan air minum. "Punya apa kita, Pak? Wong kita hanya punya kambing peliharaan bapak itu di belakang," jawab istrinya. 

Guru itu pun mengangguk-angguk, "Oo.. Ya telah ini ubinya disimpan. Buatkan muridku minum ya, Bu. Kita kasih kambing saja," kata lelaki itu. Istrinya mengangguk dan berbagi teh hangat untuk muridnya. Sementara lelaki itu mengambil kambing peliharaannya. 

"Ini, Nak. Bawa pulang, ya? Bilang terima kasih pada bapakmu," kata lelaki itu. Muridnya terkejut, namun ia sungguh berterima kasih pada gurunya yang memang baik hati itu. Tak lama, ia pun pulang dari pondok gurunya. 

Di jalan, murid ini berjumpa dengan temannya. Teman tersebut mengajukan pertanyaan dari mana ia memperoleh kambing. Murid yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia menjinjing ubi sampai sanggup kambing. Mendengar kisah itu, murid yang satu ini tergiur memperoleh proteksi yang serupa dari gurunya. Ia pun secepatnya pulang dan menceritakan peristiwa itu pada ayahnya. 

Sang ayah yang juga tergiur berkata, "Wah, mungkin bila kau bawa kambing, nanti kau akan diberi sapi, Nak." Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka memberi yang besar, maka mereka akan menemukan yang lebih besar lagi. 

Maka, sore itu pergilah murid yang satu ini menjinjing kambing ke tempat tinggal gurunya. Sang guru kaget, gres saja ia memberi kambing pada muridnya, kini ia menemukan kambing lain yang mengambil alih kambingnya. Maka tergesa-gesa ia menemui istrinya, "Istriku, kita sanggup kambing lagi. Alhamdulillah. Kita hanya punya ubi, ya? Ya telah berikan saja ubinya untuk muridku," ujarnya. 

Maka sang guru keluar menjinjing 3 ikat ubi yang diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang diberikan gurunya, murid kedua ini terkejut. Antara agak kecewa dan mesti tetap senyum di depan gurunya. Maka ia pun pulang dengan menjinjing 3 ikat ubi, bukan sapi menyerupai yang ia harapkan. 

Sahabat, Matematika insan tidak sanggup disamakan dengan matematika Tuhan dalam kebaikan. Berbuat yaitu baik bila diikuti dengan keikhlasan. Bila menginginkan akhir dan ganjaran, belum tulus namanya. Berbuat baik semata-mata sebab Tuhan menggemari perbuatan baik itu. Dan lupakan apa yang telah kita perbuat, mudah-mudahan hati damai dan mudah-mudahan Tuhan yang mengelola selebihnya.


Semoga Bermanfaat.

Related : Kisah Ubi Dan Kambing

0 Komentar untuk "Kisah Ubi Dan Kambing"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)