Kursus matematika yang memperlihatkan banyak sekali metode alternatif diminati masyarakat. Berbagai waralaba kursus matematika dari luar negeri, menyerupai Kumon atau Sakamoto, serta dari dalam negeri, menyerupai Jarimatika, menjamur. Peserta kursus juga bertambah.
Team Leader Vision Communication Team PT Kumon Institute of Education Indonesia, Agus Sih Haryanto mengungkapkan, penerima Kumon di Indonesia sampai Juni 2008 mencapai 65.000 siswa. Biaya kursus per anak Rp 320.000 per bulan.
Kumon melatih anak mengerjakan soal matematika dengan susunan meningkat sedikit demi sedikit dan sistematis. Anak sanggup mulai kursus semenjak prasekolah sampai SMA, bahkan perguruan tinggi tinggi di level lanjutan.
”Anak mencar ilmu berdikari dan disiplin mengerjakan lembar kerja. Meskipun hanya di bawah 30 menit sehari, tetapi rutin. Kursus sendiri hanya dua kali seminggu,” ujar Agus.
Kursus metode Sakamoto juga digemari. Herjaya JJ, pemilik Sakamoto di Kemitraan Sangaji, Menteng, Tomang, dan Kelapa Gading, mengungkapkan, metode itu masuk ke Indonesia sekitar enam tahun lalu. Sakamoto membangun kebijaksanaan dan penyelesaian duduk kasus melalui soal dongeng dengan tiga langkah, yakni pertama, memahami soal dengan menyusun data dan mencari kekerabatan antardata. Kedua, menciptakan diagram guna memperjelas inti masalah. Ketiga, menulis persamaan dari diagram dalam bentuk angka-angka untuk memperoleh balasan soal.
Herjaya mengatakan, per tahun penerima bertambah sekitar 20 persen dan penerima di kursus miliknya sekitar 1.000 anak sekarang. Metode Sakamoto tersedia bagi anak sekolah dasar. Biaya kursus Rp 350.000 per bulan- Rp 375.000 per bulan.
Salah satu metode hasil pengembangan anak bangsa Indonesia ialah metode Jarimatika yang dikembangkan oleh Septi Peni Wulandani. Metode ini memakai jari tangan guna memudahkan anak dalam penghitungan dasar penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian dengan prinsip mencar ilmu menyenangkan.
Septi mengatakan, Selasa [21/10], terdapat 7.550 penerima kursus di 90 outlet waralaba Jarimatika. ”Peserta kursus naik sekitar 30 persen awal tahun ini. Sasaran kami ialah para ibu. Setelah ibu sukses mendidik anaknya, gres membuka oulet untuk anak lain,” ujarnya.
Antusias
”Kebanyakan orangtua mengkursuskan anaknya untuk melengkapi pembelajaran di sekolah,” ujar Agus mengenai peminat Kumon. Hal senada diungkapkan Herjaya mengenai kursus Sakamoto.
Psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia, Lucia RM Royanto, berpendapat, kehadiran kursus mengisi tugas orangtua. Kemampuan dasar aritmatika menyerupai penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian sebenarnya sanggup dibimbing orangtua. Sepanjang rajin berlatih dan menyiapkan waktu.
Hal yang perlu diperhatikan ialah pemilihan kursus harus diubahsuaikan dengan kesulitan mencar ilmu dan minat anak, serta fokus atau pengutamaan materi kursus.
Di sisi lain, untuk anak yang mengalami gangguan konsentrasi belajar, kursus boleh jadi tidak memecahkan duduk kasus dan jawabannya. Sebaiknya, dilihat dulu kebutuhan anak untuk menentukan kursus yang tepat. [kompas.com]
0 Komentar untuk "Matematika Alternatif Semakin Diminati"